Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PERBEDAAN HARGA PASAR LAHAN DAN KETETAPAN HARGA LAHAN OLEH PEMERINTAH (NJOP) DI KECAMATAN SIDOARJO Hasyim, Abdul Wahid; Pandiangan, Ardi Bakhtiar; Sasongko, Wisnu
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 8, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v8i1.2270

Abstract

Abstrak: Lahan menjadi tempat aktivitas bagi makhluk hidup, dan akan berubah sesuai dengan bentuk adaptasi serta kegiatan di masa yang datang. Sisi demand lahan yang selalu meningkat akibat peningkatan dan perubahan aktivitas sementara supply lahan yang yang tetap membuat persaingan untuk mendapatkan lahan yang menciptakan kelangkaan terhadap masing-masing aktivitas lahan tersebut. Semakin tinggi intensitas kegiatan pada lahan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai lahannya. Dengan kondisi normal pun harga lahan akan terus meningkat, karena populasi manusia semakin pesat, pertumbuhan ekonomi serta investasi yang memerlukan lahan. Besar nilai dan harga lahan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yang pertama adalah pemilik lahan dan pemerintah dalam NJOP(Nilai Jual Objek Pajak). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis interpolasi kriging untuk mengetahui pola persebaran harga lahan dan NJOP serta analisis deskriptif statistik berupa Assessment Ratio (AR) untuk mengetahui level perbandingan NJOP dan harga lahan di Kecamatan Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan harga lahan dibanding NJOP menggunakan AR yang mengacu pada standar penilaian properti dari Dirjen Pajak dan IAAO (International Association of Assessing Officers). Diketahui bahwa setiap desa/kelurahan di Kecamatan Sidoarjo berada pada level Under Assessment, artinya NJOP berada dibawah harga pasar dari standar yang digunakan.Kata Kunci: Harga Lahan; NJOP; Assessment Ratio Abstract:  Land will become a place of activity for living things and will change depending on the form of adaptation and future activities. The land demand side continues to grow due to the increase and change in activities, while the supply of land that maintains competition for land leads to a shortage of each of these land activities. The higher the intensity of activities in the country, the higher the value of the country. Even under normal conditions, land prices will continue to rise due to the rapidly growing human population, economic growth, and investments that require land. The value and price of land can be viewed from two perspectives: the first is the landowner and the government(Tax Object Sale Value). This study uses a quantitative approach with kriging interpolation analysis to determine patterns of distribution of land prices and NJOP and descriptive statistical analysis in the form of Assessment Ratio (AR) to determine the comparative level of NJOP and land prices in Kecamatan Sidoarjo. This study aims to determine how much the difference in land prices compared to NJOP uses the Assessment Ratio (AR) which refers to the property valuation standards of the Director General of Taxes and the IAAO (International Association of Assessing Officers). It is known that every village in Kecamatan Sidoarjo is at the Under Assessment level, meaning that NJOP is below the market price of the standard used.Keywords: Land Prices; NJOP; Assessment Ratio
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KEPANJEN Khoiriyah, Khotimatul; Hasyim, Abdul Wahid; Kurniawan, Eddi Basuki
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 9, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Kepanjen telah ditetapkan sebagai Ibu Kota Kabupatan Malang yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 dimana memiliki fungsi dan peran sebagai pusat pemerintahan kabupaten. Adanya pemindahan ibu kota kabupaten Malang berdampak pada perubahan guna lahan dari tak terbangun menjadi terbangun. Berdasarkan kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur tahun 2011- 2031 disebutkan bahwa, struktur pusat permukiman perkotaan wilayah Malang Raya diarahkan di Perkotaan Kepanjen. Dengan mengacu kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2031, pemerintah berperan untuk merencanakan pengembangan permukiman di Kecamatan Kepanjen, yang menyangkut dengan kebutuhan akan lahan untuk bermukim. Permasalahan yang terdapat diwilayah studi adalah harga lahan yang bervariasi pada wilayah pusat kota dan sub pusat kota, dimana harga lahan tinggi dipengaruhi oleh nilai lahan, maka dari itu tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan permukiman pada lahan rumah di Kecamatan Kepanjen dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Faktor yang mempengaruhi harga lahan permukiman adalah luas lahan, lebar jalan, jarak terhadap pusat kota, jarak terhadap sarana perkantoran, jarak terhadap sarana kesehatan, jarak terhadap sekolah, jumlah rute angkutan umum, dan ketersediaan jaringan air bersih. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk pemerintah terkait dengan pengembangan permukiman di Kecamatan Kepanjen
Pengembangan Paket Wisata Di Kota Ternate Karim, Taufik Z.; Hasyim, Abdul Wahid; Meidiana, Christia
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 6, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the current era of regional autonomy, tourism is one of the key sectors of a region’s economy development, as each local government is required to develop and to utilize its natural resources, namely tourism sector, in order to increase its local revenue to improve the welfare of its society. Despite having diverse tourism attraction potentials including historical, cultural, natural, and artificial tourist attractions, the city of Ternate has not developed its potential prevalently. The purpose of this study is therefore to identify potential tourist attraction, to arrange clusters of the potentials based on their common attraction characteristics, and to develop a tourism package formulation strategy in Ternate. The analytical methods used were descriptive analysis on the characteristics of Ternate’s tourism potential, and quantitative analysis including cluster analysis to arrange tourism clusters, travel time analysis, and tour package price calculations. The results showed that the tourism attractions in Ternate could be classified into three different clusters based on their shared values. The first cluster consists of palace of Sultan of Ternate, Sulamadaha Beach, BobaneIci, Legu Gam Festival, and the Festival of Kora-kora. Cluster II includes Oranje Fort, Kalamata Fort, St. Paulo Fort, Tolucco Fort, St W Church, ThianHou Temple King, Resident Bridge, Grave of Sultan Badaruddin II, Batu Angus, Tolire Lake, and Laguna Lake. Finally, Cluster III includes Kastela Fort, Grave of Sultan Babullah, KedatonIci, Kastela Beach, Tabanga Beach, Ake Rica, CengkehAfo, and Gamalama Tracking. Moreover, the study proposed three tour packages: two recreational and cultural package and one cultural and adventural package. Keywords: tour route, tour packages, analysis cluster
Demak Sultanate: The Fortress of Islamic Greatness in the Middle Ages Java Island Hasyim, Abdul Wahid
Buletin Al-Turas Vol 27, No 1 (2021): Buletin Al-Turas
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/bat.v27i1.16400

Abstract

This article focused on the Demak Sultanate as a stronghold of Islamic greatness in Java island in the Middle Ages. The research used a qualitative method with historical approaches and policy theories. Data collection techniques were done through heuristic stages, internal and external criticism, interpretation, and historiography. The research aimed to answer questions about the historical establishment of the Demak Sultanate and its policies until it became a powerful country and a stronghold of Islamic greatness. This research unveiled important findings. First, Islam, which existed in 1082 on the efforts and struggle of Wali Songo, continued to develop until the Muslim community was formed. Second, the Demak Sultanate, which lasted for almost half a century, was ruled by three sultans; and with their policies, it became a stronghold of Islamic greatness in Java. Third, the Demak Sultanate grew to be an Islamic power center beside Pasai, Malacca, Aceh, Ternate and Tidore. The Demak Sultanate could fend off Portuguese influence which built alliances and conspiracies with the Pajajaran Kingdom in Ujung Barat and Panarukan in the Eastern Edge of Java Island, and Banjarmasin in South Kalimantan, giving rise to the expression of "Because of Demak, Christianity failed to dominate in Java and some areas outside Java,” and Islam became stronger in Java that being “Javanese was the same as being Muslim.” 
Urban Growth Modelling of Malang City using Artificial Neural Network Based on Multi-temporal Remote Sensing Nugroho, Agung Bayu; Hasyim, Abdul Wahid; Usman, Fadly
Civil and Environmental Science Journal (CIVENSE) Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Teknik UB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.civense.2018.00102.2

Abstract

In this study, the prediction of urban growth was simulated by Artificial Neural Network (ANN) model using MOLUSCE, plugin of QGIS. Objectives of this study is to illustrate the urban growth in Malang City over time span of 24 years and also to predict the future of urban growth using ANN model for the year 2027. Land cover maps were extracted for 2003, 2009 and 2015 via remote sensing images from Landsat ETM+ and OLI, respectively. The overall classification accuracy and kappa coefficient for all classified maps were over 85% and 0.76, respectively. According to the simulation result, 1049.58 ha of vegetation and 241.29 ha of bare land in 2015 would experience a transition to built-up areas in 2027. Then, the built-up areas would experience an increase by 11.79% from 2015 to 2027. In 2027, the built up areas would covered the city by 73.21% of the city area. There was a trend in increasing of built-up areas during the period 2003 to 2027. Overall, the result shows that urban growth models by using ANN model can be a considerable option for future changes according to past and current factors.
Pola Spasial Harga Lahan Permukiman Akibat Pembangunan Stasiun LRT Harjamukti, Depok Nurhana, Adhania; Hasyim, Abdul Wahid; Setyono, Deni Agus
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 13, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Intensitas mobilitas dari suburban menuju pusat kota terus meningkat setiap tahunnya. Pergerakan yang terjadi bervariasi menggunakan berbagai moda, baik pribadi maupun umum. Namun, pergerakan dengan kendaraan pribadi memperburuk kemacetan, sedangkan fasilitas kendaraan umum masih memiliki banyak permasalahan, salah satunya overcapacity, ketidapastian waktu tunggu, dan belum adanya integrasi antar moda. Pemerintah menyelenggarakan kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) sebagai solusi permasalahan transportasi tersebut dengan mengadakan sistem transportasi massal dalam Kawasan Metropolitan Jabodebek dengan Stasiun LRT Harjamukti, Depok sebagai stasiun akhir dari segmen Cawang-Cibubur. Pembangunan Stasiun LRT Harjamukti, Depok menyebabkan peningkatan aksesibilitas wilayah di area sekitar pembangunan, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan lahan di area sekitar proyek pembangunan. Namun, keterbatasan lahan yang tersedia menimbulkan terjadinya kelangkaan terhadap lahan di kawasan tersebut, sehingga terjadi peningkatan nilai ekonomi lahan yang kemudian terefleksi dalam pembentukan harga lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga lahan, menyusun peta pola distribusi spasial harga lahan permukiman, serta menyusun peta spasial dan model harga lahan permukiman di area sekitar proyek Stasiun LRT Harjamukti, Depok. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis karakteristik harga lahan, analisis regresi linear berganda, dan metode interpolasi cokriging. Dengan menggunakan data hasil kuesioner, observasi, wawancara, serta tinjauan terhadap data sekunder, penelitian ini memperoleh model harga lahan akhir berupa Y = 7.375.584,160 + 177.232,579X2.2 – 61.060,826X2.4 + 25.075,015X2.5 + 93.258,006X4.1 + 293.584,789X5.1. Berdasarkan analisis regresi linear berganda yang dilakukan, diperoleh subvariabel luas lahan, jenis dan kualitas permukaan jalan, waktu tempuh menuju pusat kota, lebar jalan, kualitas jaringan persampahan, dan status kepemilikan lahan sebagai subvariabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan harga lahan di area permukiman sekitar proyek pembangunan Stasiun LRT Harjamukti, Depok.
Penataan Kawasan Bencana Lahar Dingin di Kecamatan Ternate Tengah Dan Ternate Utara Hendra Saputra; Abdul Wahid Hasyim; Arief Rachmansyah
The Indonesian Green Technology Journal Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1258.279 KB)

Abstract

Gunung api Gamalama terletak di Pulau Ternate Propinsi Maluku Utara. Letusan pertama Gunung api Gamalama yang tercatat dalam sejarah terjadi pada tahun 1530. Tahun 2011 dan 2012  terjadi  bencana lahar dingin di Kecamatan Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Utara yang menimbulkan korban jiwa serta kerusakan sarana dan prasarana. Tujuan penelitian ini yaitu mengurangi tingkat resiko bencana lahar dingin (mengurangi ancaman, kerentanan dan meningkatkan kemampuan masyarakat) dan meningkatkan ketahanan masyarakat dalam memberikan rasa aman dan mengurangi jumlah korban jiwa akibat bencana aliran lahar dingin (menentukan tipologi bencana dan pola ruang). Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Ternate Tengah dan Ternate Utara di Kota Ternate. Metode analisis yang digunakan sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah yaitu analisis resiko bencana yang dilakukan dengan  pembobotan, pengskoran dan overlay yang menggabungkan antara peta ancaman, peta kerentanan dan peta kemampuan. Analisis kemampuan menggunakan teknik crostabbulation yang didapat dari 100 responden. Hasil analisis resiko tersebut kemudian digunakan sebagai informasi dalam menentukan tipologi kawasan bencana lahar dingin dan penentuan pola ruang dalam penataan kawasan bencana lahar dingin. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh resiko tinggi di Kecamatan Ternate Tengah yaitu di Kelurahan Kalumpang, Moya, Mrikurubu, Kampung Pisang, dan Kota Baru. Sedangkan resiko sedang di Kecamatan Ternate Utara yaitu di Kelurahan Dufa-Dufa, Tubo, Akehuda, dan Tafure. Penataan kawasan bencana di fokuskan bagi kelurahan yang aman dan memilki resiko rendah sedangkan untuk resiko sedang dan tinggi akan dilindungi. Kata kunci: Bencana lahar dingin, Jalur Gunungapi Pasifik, Penataan kawasan bencana, Eesiko bencana
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kawasan Perkotaan Karangplsoso, Kabupaten Malang sebagai Dampak dari Urban Sprawl Baiq Rindang Aprildahani; Abdul Wahid Hasyim; Turniningtyas Ayu Rachmawati
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : Graduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kebutuhanruang untuk aktivitas perkotaan yang semakin besar menyebabkan pertumbuhan Kota Malang mulai bergerak menjauh dari pusat kota (urban sprawl)dengan menyebar ke wilayah pinggiran, salah satunya adalah Kawasan Perkotaan Karangploso (KPK), Kabupaten Malang.Urban sprawlditandai dengan alih fungsi lahan pertanian di wilayah pinggiran kota karena peningkatan penduduk dan pertumbuhan kegiatan. Alih fungsi lahan pertaniandapat diketahui dengan analisis perkembangan guna lahan, yaitumelakukan overlaypada satu area dalam waktu yang berbeda dengan menggunakan ArcGISv.10.0. Oleh karena itu, dilakukan tinjauan spasial di wilayah studi pada tahun 2010 dan 2013 dengan bantuan media peta.Hasilnya,KPK adalah wilayah pingggiran Kota Malang yang diidentifikasi terkena perluasan kegiatan perkotaan dari Kota Malang dengan ditandai tingginya alih fungsi lahan pertaniandi KPK. Dari tahun 2010 hingga tahun 2013, luas sawah irigasi berkurang 60,7 Ha dan luas tanah ladang berkurang 0,93 Ha. Lahan pertanian dialihfungsikan menjadi lahan terbangun, seperti kawasan perumahan, perdagangan dan jasa serta industri, sehingga disimpulkan kebijakan larangan alih fungsi lahan pertanian irigasi di KPK tidak memberikan dampak bagi implementasi di lapangan.Alih fungsi lahan tidak mungkin dapat dicegah karena kebutuhan akan lahan yang meningkat, namun alih fungsi lahan harus tetap direncanakan agar tidak menimbulkan dampak negatif.   Kata kunci:Urban sprawl, Alih fungsi lahan pertanian, Wilayah pinggiran kota
Dynamic of the Land Use and Land Cover Change in Banyuwangi Regency From 1995-2019 Nurlita Indah Wahyuni; Abdul Wahid Hasyim; Soemarmo Soemarmo
Jurnal Wasian Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Wasian
Publisher : Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPLHK)Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jwas.v8i2.6707

Abstract

The land use and land cover change phenomenon has become one concern over many regions worldwide, including Indonesia. Land use and land cover change due to human activities triggered alteration terrestrial ecosystems and its services including climate control functions. The study aimed to analyze land use and land cover change in Banyuwangi regency during 1995 – 2019. Four satellite images from acquisition year 1995, 2000, 2014 and 2019 were used to analyze the spatial and temporal changes along with field observations. The classification processes of land use and land cover included determination of training areas, supervised classification, and accuracy assessment. There are 12 land use and land cover based on supervised classification as follow primary forest, secondary forest, plantation forest, mangrove forest, plantation, settlement, cropland, paddy field, shrubs, water, fishpond and barren land. The result showed during observation period of 1995 until 2019 land use and land cover which tends to decrease are secondary forest, mangrove forest, and rice fields. On the other hand, the area of settlements, shrubs and fishponds were increased significantly. Keywords: Banyuwangi, land cover, land use, Landsat, supervised classification
Model pertumbuhan kota (urban growth) di Kabupaten Manggarai Timur sebagai administrasi wilayah baru (startup) Abdul Wahid Hasyim; Gunawan Prayitno; Hyang Iman K Gusti
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 15, No 2 (2020)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v15i2.38063

Abstract

Kabupaten Manggarai Timur merupakan hasil pemekaran wilayah dari administrasi Kabupaten Manggarai tepatnya pada tanggal 17 Juli 2017. Sebagai wilayah kabupaten baru (startup), Kabupaten Manggarai Timur masih dalam proses pengembangan dan pembangunan wilayah. Seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk di Kabupaten Manggarai Timur semakin meningkat akibat beberapa faktor dan berdampak pada bertambahnya jumlah kebutuhan lahan. Kebutuhan lahan tersebut diwujudkan dengan bertambahnya luas lahan terbangun dibeberapa kawasan dengan berbagai fungsi seperti perumahan, fasilitas umum, perdagangan, dan fungsi lainnya. Bertambahnya luas lahan terbangun akan membentuk sebuah embrio kota yakni bibit awal (startup) terjadinya pertumbuhan kota (urban growth). Peristiwa demikian tentu menimbulkan perubahan fungsi lahan dan rentan terhadap munculnya permasalahan kota di masa yang akan datang apabila tidak diatur dengan regulasi yang kuat. Sehingga diperlukan sebuah kajian penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap sebagai pemicu utama terjadinya perubahan tutupan lahan, khususnya bertambahnya lahan terbangun sebagai wujud pertumbuhan kota (urban growth). Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh (Remote Sensing) dengan teknologi GIS pengolahan Raster Citra Satelit 8 OLI Kabupaten Manggarai Timur dengan tanggal akuisi 22 Maret 2013 dan 11 November 2018. Sampel yang digunakan adalah kondisi lapangan disetiap desa. Berdasarkan hasil keseluruhan analisa data, bahwa pada tahun 2013 dan tahun 2018 pertumbuhan lahan terbangun disetiap desa sangat dipengaruhi oleh faktor kemiringan lahan, kepadatan penduduk, jarak titik pusat desa dengan jalan kolektor terdekat, dan kekuatan pusat aktivitas disuatu kecamatan. Sebagai rekomendasi dalam pengendalian pertumbuhan kota maka diprioritaskan untuk mengontrol jumlah kepadatan penduduk disetiap kawasan.