Idi Subandy Ibrahim
Dosen Luar Biasai, Fisip Unpas (1999-2000) Dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom)

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Wanita dan Abad Baru Sensualisme Media Ibrahim, Idi Subandy
Mediator Vol 2, No 2 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wacana tentang wanita di era cyberspace tidak terlepas dari bahasa media yang merepresentasikan realitas wanita dalam kerangka yang telah diagendakan. Wacana ini merentang mulai dari diskusi seputar perpindahan dari “kekerasan domestik” ke “kekerasan simbolik” yang lekat dengan kehidupan wanita, seksualitas di ruang maya (cyberspace dan cyberporn), serta migrasi simbolik para artis sebagai wujud perburuan popularitas dalam kebudayaan pop. Wacana kekerasan simbolik menghadirkan pemajangan atau display tubuh wanita sebagai objek tontonan untuk memenuhi hasrat laki-laki, dan sebagai objek imajinasi serta fantasi seksual laki-laki. Ini terkait dengan wacana seksualitas di ruang maya yang menawarkan kebebasan tanpa batas untuk berpartisipasi dalam segala bentuk, sehingga terjadi pergeseran ke arah hypersexuality yang sulit diterima akal sehat karena sudah terlalu melebihi kondisi normal. Pada perburuan popularitas dalam kebudayaan pop, terdapat kecenderungan di antara para artis wanita untuk mengadakan semacam ‘migrasi simbolik’ — pergantian atau perpindahan simbol-simbol yang dikenakan seseorang untuk menjaga citra dirinya di mata orang lain. Dalam perspektif inilah perubahan tatanan simbolik dan budaya citra dikritisi sebagai sebuah siasat atau trik yang beroperasi di balik logika kapitalisme untuk bertahan dalam arus percepatan citra — dan bukannya suatu perwujudan dari pencerahan jiwa.
Dunia Simbolik dan Gaya Hidup dalam Beragama: Dari Ideologisasi ke Komersialisasi Spiritualitas Ibrahim, Idi Subandy
Mediator Vol 3, No 1 (2002)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ternyata, agama selama ini cuma ditempatkan di bagian pengjaran dalam drama kehidupan masyarakat dan nilai bangsa. Sekiranya menguasai sejarah kita gunakan untuk melihat sejauh mana peran agama dalam hubungannya dengan proses politik di Indonesia selama setengah abad ini. betapa akibat langsung atau tidak langsung dari korupsi wilayah agama ini telah mengantarkan bangsa kila mencapai "prestasi" terbesar, paling tidak dalam empat hal: salah satu paling korup di dunia, negara paling banyak utangnya. bangsayang paling tidak kompetiti[di dunia, dan bangsa yangpaling sering mempertontonkan silang saling-tuding bahkan saling bunuh antarbangsa sendiri.
Kampanye Publik tentang Antikorupsi Ibrahim, Idi Subandy
Mediator Vol 5, No 2 (2004)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setelah reformasi bergulir sejak Mei 1998, muncul harapan praktik penyelenggaraan pemerintahan yang lebih memberikan harapan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun, harapan itu belum sepenuhnya menjadi kenyataan, karena masih berakar-kuatnya praktik KKN(korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam pemerintahan, parlemen, dan kehidupan publik. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah “kampanye publik antikorupsi” untuk melawan praktik KKN ini. Kampanye publik harus dilakukan secara terencana dan sistematis. Ia juga harus bersifat informatif, persuasif, dan edukatif, dengan memanfaatkan media komunikasi konvensional maupun inkonvensional secara optimal agar kampanye bisa mendorong publik berpartisipasi secara aktif dalam kampanye antikorupsi.
Kampanye Publik tentang Antikorupsi Idi Subandy Ibrahim
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 5, No 2 (2004): Seorang Periset yang Baik Mesti Memiliki Sikap Enteng
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v5i2.1168

Abstract

Setelah reformasi bergulir sejak Mei 1998, muncul harapan praktik penyelenggaraan pemerintahan yang lebih memberikan harapan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun, harapan itu belum sepenuhnya menjadi kenyataan, karena masih berakar-kuatnya praktik KKN(korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam pemerintahan, parlemen, dan kehidupan publik. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah “kampanye publik antikorupsi” untuk melawan praktik KKN ini. Kampanye publik harus dilakukan secara terencana dan sistematis. Ia juga harus bersifat informatif, persuasif, dan edukatif, dengan memanfaatkan media komunikasi konvensional maupun inkonvensional secara optimal agar kampanye bisa mendorong publik berpartisipasi secara aktif dalam kampanye antikorupsi.
Dunia Simbolik dan Gaya Hidup dalam Beragama: Dari Ideologisasi ke Komersialisasi Spiritualitas Idi Subandy Ibrahim
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 3, No 1 (2002): Atas Dasar Apa: Mediator Kali ini
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v3i1.745

Abstract

Ternyata, agama selama ini cuma ditempatkan di bagian pengjaran dalam drama kehidupan masyarakat dan nilai bangsa. Sekiranya menguasai sejarah kita gunakan untuk melihat sejauh mana peran agama dalam hubungannya dengan proses politik di Indonesia selama setengah abad ini. betapa akibat langsung atau tidak langsung dari korupsi wilayah agama ini telah mengantarkan bangsa kila mencapai "prestasi" terbesar, paling tidak dalam empat hal: salah satu paling korup di dunia, negara paling banyak utangnya. bangsayang paling tidak kompetiti[di dunia, dan bangsa yangpaling sering mempertontonkan silang saling-tuding bahkan saling bunuh antarbangsa sendiri.
Wanita dan Abad Baru Sensualisme Media Idi Subandy Ibrahim
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 2, No 2 (2001): 'Chaos' Komunikasi 'Nothing to Hide'
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v2i2.730

Abstract

Wacana tentang wanita di era cyberspace tidak terlepas dari bahasa media yang merepresentasikan realitas wanita dalam kerangka yang telah diagendakan. Wacana ini merentang mulai dari diskusi seputar perpindahan dari “kekerasan domestik” ke “kekerasan simbolik” yang lekat dengan kehidupan wanita, seksualitas di ruang maya (cyberspace dan cyberporn), serta migrasi simbolik para artis sebagai wujud perburuan popularitas dalam kebudayaan pop. Wacana kekerasan simbolik menghadirkan pemajangan atau display tubuh wanita sebagai objek tontonan untuk memenuhi hasrat laki-laki, dan sebagai objek imajinasi serta fantasi seksual laki-laki. Ini terkait dengan wacana seksualitas di ruang maya yang menawarkan kebebasan tanpa batas untuk berpartisipasi dalam segala bentuk, sehingga terjadi pergeseran ke arah hypersexuality yang sulit diterima akal sehat karena sudah terlalu melebihi kondisi normal. Pada perburuan popularitas dalam kebudayaan pop, terdapat kecenderungan di antara para artis wanita untuk mengadakan semacam ‘migrasi simbolik’ — pergantian atau perpindahan simbol-simbol yang dikenakan seseorang untuk menjaga citra dirinya di mata orang lain. Dalam perspektif inilah perubahan tatanan simbolik dan budaya citra dikritisi sebagai sebuah siasat atau trik yang beroperasi di balik logika kapitalisme untuk bertahan dalam arus percepatan citra — dan bukannya suatu perwujudan dari pencerahan jiwa.