Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

RANCANG BANGUN ALAT DESTILASI AIR LAUT MENJADI AIR TAWAR MENGGUNAKAN TENAGA SURYA Haryadi Haryadi; Imron Rosyadi; Ni Ketut Caturwati
Jurnal Teknika Vol 12, No 2 (2016): Edisi November 2016
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v12i2.6608

Abstract

Pada sistem destilator surya merupakan alat pengubah air laut menjadi air tawar yang murah serta ramah lingkungan, karena alat ini tidak membutuhkan peralatan seperti listrik, generator ataupun bahan bakar lainnya. Alat Destilator merupakan alat yang mengandalkan pasokan energi dari matahari karena kita tahu bahwa posisi Indonesia di daerah khatulistiwa pancaran sinar matahari. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat destilasi air laut dengan menggunakan tenaga surya. Destilator terdiri dari 3 buah alat yang divariasikan berdasarkan permukaan absorbernya, tujuannya adalah untuk mengetahui absorber yang paling baik menyerap dan menyimpan radiasi matahari. Absorber pertama dari bahan dasar plat yang di cat dengan warna hitam, yang kedua berwarna putih dan yang ketiga adalah dengan bahan kaca. Sudut kaca dirancang pada 30o, nilai ini berdasarkan riset yang telah ada sebelumnya. Penelitian dilakukan didepan halaman Gedung Center Of Excellence (COE) Industri Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Ageng Tirtayasa Cilegon – Banten. Waktu penelitian dari perancangan dan pembuatan sampai penyelesaian laporan direncanakan selesai selama 5 bulan. Adapun waktu pelaksanaan pengambilan data dilaksanakan selama 2 bulan pada pukul 09:00 – 17:00 WIB dengan pengambilan data setiap 1 jam sekali. Setelah melakukan pengujian dan pengambilan data kemudian hasil air destilasi tersebut akan dilakukan pengujian komposisi kimia di Dinas Kesehatan di Kota Serang. Pada pengujian ini untuk mengetauhi komposisi kimia dari hasil air destilasi, sehingga layak atau tidak untuk dikonsumsi.
Analisis prestasi mesin mobil diesel turbocharger yang diuji dengan dynamometer Yusvardi Yusuf; Ni Ketut Caturwati; Imron Rosyadi; Haryadi Haryadi; Syarif Abdullah
Jurnal Teknika Vol 15, No 2 (2019): Edisi November 2019
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v15i2.6815

Abstract

Gas buang kendaraan adalah salah satu penyebab polusi udara di dunia khususnya kota-kota besar yang disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna. Untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna pada mesin diesel dibutuhkan kompresi udara pada tekanan dan temperatur tinggi dan jumlah bahan bakar yang sesuai dimana kondisi udara tersebut harus mampu membakar bahan bakar pada saat diinjeksikan ke ruang bakar. Untuk itu diperlukan turbocharger  untuk menghasilkan pembakaran yang lebih baik sehingga gas buang yang dihasilkan lebih ramah lingkungan. Turbocharger selain digunakan untuk menghasilkan pembakaran yang lebih baik juga membantu meningkatkan daya mesin menjadi lebih besar dengan kapasitas silinder yang sama. Dari pengujian didapatkan kenaikan torsi maksimum sebesar 18,31 N.m pada 2000 rpm dan tanpa turbocharger torsi maksimumnya sebesar sebesar 16,52 N.m pada 1800 rpm. Untuk maksimum daya dengan turbocharger dicapai 3800 rpm yaitu 57,24 kW dan tanpa turbocharger pada 3800 rpm yaitu 52,15 kW. Untuk konsumsi bahan bakar spesifik pada torsi maksimum dengan turbocharger sebesar 154,8 gr/ps.h dan tanpa turbocharger yaitu 172,3 gr/psh. Dengan turbocharger tekanan efektif rata-rata maksimum dicapai pada 2000 rpm yaitu 9,20 kg/cm2 dan tanpa turbocharger pada 1800 rpm sebesar 8,30 kg/cm2. Untuk batas asap pada mesin yang menggunakan turbocharger hasil pengukuran batas asap maksimum 2,07g/m3 sedangkan pada mesin tanpa turbocharger hasilnya adalah 4,53g/m3.
PEMBUATAN CYCLONE BURNER DENGAN BAHAN BAKAR SERBUK BATUBARA DENGAN KAPASITAS 76 kg/jam Imron Rosyadi; Ni Ketut Caturwati; Fahrizal Pradana Putra
Jurnal Teknika Vol 10, No 2 (2014): Edisi November 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v10i2.6669

Abstract

Proses konversi batubara menjadi kalor terjadi di burner yang terletak di furnance. Jenis pembakaran batubara pada PLTU bermacam–macam, yaitu: grate, fuidized bed, dan pulverized coal combustion. Cyclone Burner adalah burner yang prinsip kerjanya menggunakan jenis pulverized coal combustion. Burner ini menggunakan bahan bakar batubara bubuk (pulverized coal) yang memiliki ukuran 50-200 mesh. Penelitian ini bertujuan untuk merancang cyclone burner yang dapat mengumpankan bahan bakar secara kontinu dan menghasilkan temperature pembakaran yang tinggi. Hasil rancangan yang dibuat , burner terdiri air blower, screw feeder, system gas burner dan sebuah inverter. Dengan komponen tersebut alat dapat berfungsi dengan baik ditandai dengan tercapainya parameter prestasi atau unjuk kerja yang diinginkan yaitu temperature dan panjang api. Temperatur maksimal yang dihasilkan yaitu 1014°C. Titik ini dicapai pada massa aliran bahan bakar paling besar (0,0357 kg/s). Panjang api optimum dihasilkan dari masukan batubara sebesar 0,0357 kg/s dihasilkan lidah api sekitar 58,49 cm.
ANALISA PERHITUNGAN ENERGI LISTRIK PADA SEPEDA LISTRIK HYBRID Dhimas Satria; Rina Lusiani; Haryadi Haryadi; Imron Rosyadi
SINTEK JURNAL: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol 11, No 1 (2017): SINTEK JURNAL
Publisher : University of Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In this increasingly modern era, many needs are increasing, one of which is energy. Fossil energy has long been the main fuel used on machines. Excessive use of energy further decreases the availability of fossil energy. To reduce the dependence on fossil energy that its formation is very long and quickly exhausted, hence the need for the utilization of alternative energy more environmentally friendly and easy to get. In this research, electrical energy analysis on hybrid electric bikes is done. In this analysis includes the utilization of electrical energy and electrical energy consumption on a hybrid electric bike with the test results to utilize the energy wasted on a hybrid electric bike at a speed of 25 km / h when the horizontal road condition is 9.36 watts. Whereas with the utilization of wasted energy at a speed of 20 km / h when the road conditions horizontally, the generator generated power of 8.16 watts. While on road conditions decreases at a speed of 15 km / h when the road conditions decrease is 3 watts and at a speed of 10 km / h power raised by 0.03 watts. For electric energy consumption of power used by hybrid electric bikes at the initial loading with a distance of 25 meters and travel time of 12.83 seconds is 87.61 watts, while for horizontal road conditions at a constant speed of 20 km / h is 29.42 watts with Covering 475 meters. While the power used by a hybrid electric bike on a ride load up to 25 meters with a slope of 220 at a speed of 5 km / h will consume power of 483.85 watts.
STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN LPG SEBAGAI FLUIDA PENDINGIN PENGGANTI REFRIGERANT R22 PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA Imron Rosyadi; Ipick Setiawan
FLYWHEEL : Jurnal Teknik Mesin Untirta Volume I Nomor 2, November 2015
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.606 KB) | DOI: 10.36055/fwl.v1i1.541

Abstract

Mesin pendingin yang sudah umum dipakai di Indonesia selama ini menggunakan daur kompresi uap dimana dalam pengoperasiannya membutuhkan daya listrik yang cukup besar serta adanya efek buruk dari refrigeran yang digunakan terhadap lingkungan sekitar. Perlu dicari suatu refrigeran alternatif yang mampu menggantikan Freon yang aman, murah, ramah terhadap lingkungan dan tersedia di Indonesia. Salah satu refrigeran yang dapat digunakan adalah Hidrokarbon yaitu campuran butana propana yang dikenal sebagai Liquified Petrolium Gas atau LPG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa mesin kompresi uap dengan membandingkan antara R-22 dan LPG sebagai refrigerant pada mesin pengkondisian udara skala ½ PK di Laboratorium Prestasi Mesin Teknik Mesin Untirta. Hasil Pengujian menunjukkan bahwa fluida pendingin LPG memiliki performa dengan COP tertinggi sebesar 4,53 pada kondisi tanpa beban dengan tekanan 40 Psia dan masih lebih rendah dibandingkan R22 yaitu sebesar 5,72. Penggunaan energy listrik fluida LPG lebih sedikit dibandingkan dengan R22 sehingga secara ekonomis konsumsi energy listrik dapat lebih hemat.
ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD Imron Rosyadi; Agung Sudrajad; Dhimas Satria; Yusvardi Yusuf; Kurnia Tri Wijaya
FLYWHEEL : Jurnal Teknik Mesin Untirta Volume III Nomor 2, Oktober 2017
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.992 KB) | DOI: 10.36055/fwl.v2i1.2587

Abstract

Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil berbagai macam produk pertanian salah satunya berupa padi, Padi merupakan tanaman yang penting di Indonesia, karena sebagai sumber makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia adalah nasi yang berasal dari padi. Pengeringan salah satu proses tahapan padi menjadi beras untuk menurunkan kadar air bahan sampai tingkat yang di inginkan. Pengeringan yang dilakukan di Indonesia sebagian besar menggunakan metode tradisional, hal tersebut memiliki beberapa kekurangan yaitu kehilangan sejumlah gabah akibat kotoran, dimakan hewan, serta tidak dapat dijemur pada saat hujan. Karena faktor – faktor tersebut pengeringan mekanis sangat dibutuhkan. Tujuan penelitian adalah menganalisa karakteristik laju aliran fluida pada mesin pengering untuk memberikan gambaran tentang profil kecepatan, tekanan dan temperature pada saat proses pengeringan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan software CFD yaitu Gambit 2.2.30, dan Fluent 6.3.26. Pada varian temperature 45°C merupakan varian terbaik karena menghasilkan kontur yang merata yang ada diruangan pengering dengan suhu 43,3°C. Pada varian kecepatan 25 m/s merupakan varian terbaik menghasilkan tekanan sebesar 1800 – 2000 pascal karena proses pemindahan gabah membutuhkan 1876 pascal, dan udara yang masuk keruangan pengering lebih merata walaupun terdapat pusaran.
Pengaruh Peningkatan Temperatur Terhadap Nilai Kalor, Proksimat dan Ultimat Pada Sampah Padat Kota (MSW) Imron Rosyadi; Yusvardi Yusuf; Aswata Aswata; Muhammad A Fadhil; Haryadi Haryadi
FLYWHEEL : Jurnal Teknik Mesin Untirta Volume V Nomor 1, April 2019
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/fwl.v0i0.5843

Abstract

Sampah merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai saat ini merupakan tantangan bagi pengelola kota, peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya sebanding dengan peningkatan jumlah volume sampah. Sampah khususnya organik dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar padat menggantikan batubara sebagai sumber energi fosil berbentuk padatan jika ditangani dengan baik, perlu adanya penanganan untuk menjadikan sampah organik menjadi bahan bakar padat yang nilai kalornya memenuhi standar. Dengan memanfaatkan panas gas buang dari pembakaran insenerator menggunakan proses torefaksi memungkinkan nilai kalor sampah organik menjadi meningkat setara dengan batubara subbituminious. Dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur torefaksi terhadap nilai kalor dari sampah tersebut, guna meningkatkan nilai kalor dari sampah yang memiliki kadar air rata-rata >20%. Sampah organik yang digunakan yakni berbasis nasi sisa makanan dan kayu dalam bentuk pellet kayu dengan temperatur torefaksi 210 oC, 240oC, 270oC dan 300oC selama 1 jam. Pengujian hasil dari produk torefaksi yang dilakukan yakni uji nilai kalor, uji proksimate dan uji ultimate. Dari hasil penelitian, didapat nilai kalor meningkat sebesar 39,3% untuk nasi sisa dan 26,1% untuk pellet kayu dibandingkan dengan yang tidak ditorefaksi, peningkatan nilai kalor paling tinggi terjadi pada produk torefaksi temperatur 300oC yakni 5811 kal/gr untuk nasi sisa dan 5571 kal/gr untuk pellet kayu, hasil proksimate didapat peningkatan karbon tetap sebesar 41,14% serta 38,57% dan kadar abu sebesar 13,13% serta 14,21% sedangkan terjadi penurunan kadar air sebesar 8,54% serta 7,23% dan zat terbang sebesar 50,56% serta 48,73%, hasil ultimate didapat peningkatan karbon serta nitrogen dan penurunan hidrogen. Dari hasil uji tersebut, terjadi dekomposisi senyawa organik menjadi zat-zat volatile. Dengan terbentuknya zat-zat volatile, maka kadar O/C dan H/C akan terus berkurang sehingga meningkatkan kadar karbon sampel dan meningkatkan nilai kalor produk torefaksi.