This Author published in this journals
All Journal agriTECH
Putu Sudira
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Aplikasi Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk Penentuan Strategi Pengembangan Subak Sumiyati Sumiyati; Lilik Sutiarso; I Wayan Windia; Putu Sudira
agriTECH Vol 31, No 2 (2011)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.808 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9737

Abstract

Subak is a customary law community that has the characteristics of socio­religious­agriculture, which represents far­ mers’ associations that manage an irrigation system in paddy fields. One characteristics of the subak system is of the Tri Hita Karana (THK) concept based community management system. Recently, due to development of tourism sector, some problems occur i.e. : (i) decreasing agricultural land area, (ii) declining youth’s interest in farming system caused by the prospect of an employment opportunities in tourism sector is more promising than a farmer, and (iii) others inter­ est contained to water beyond agriculture sector.The purpose of this study were to identified the strengths, weaknesses,  opportunities , and challenges faced by subak; find some alternative strategy to subak development solution; and find a solution strategy as an effort to support the development and sustainability of subak.In this research, the determination of an appropriate alternative strategy is done step by step. First, made a SWOT matrix, then based on the SWOT matrix, composed some of alternative strategies, and later is selection of alternative solution strategies that are considered most appropriate, are conducted using Analytical Hierarchy Process (AHP). In this study, AHP resolved by Criterium Decision Plus program version 3.0.The assessment using the AHP results that subak development as agroecotourism zone is the alternative strategy with higher value (0.471) compare to either massal tourism zone (0.157) or agricultural field zone (0.372). Through the de­velopment of subak as an agroecotourism zone, this alternative can support the sustainability of subak system amongBali tourism development, which is a synergy between tourism and agriculture.ABSTRAKSubak merupakan suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosio­agraris­religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Satu keistimewaan dari sistem subak adalah bahwa pengelolaan subak berazaskan pada konsep Tri Hita Karana (THK). Namun seiring dengan berkembangnya pariwisata, terjadi fenomena antara lain : (i) berkurangnya lahan sawah akibat alih fungsi lahan; (ii) minat generasi muda menjadi petani semakin menurun karena prospek kesempatan kerja di bidang pariwisata lebih menjanjikan daripada menjadi petani, dan (iii) terdapat kepentingan lain terhadap air di luar sektor pertanian.Tujuan penelitian ini adalah : mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi subak; me­ netapkan beberapa alternatif strategi untuk solusi pengembangan subak; dan menetapkan strategi solusi terpilih untuk pengembangan dan keberlanjutan sistem subak ditengah pesatnya perkembangan pariwisata Bali.Pada penelitian ini, penentuan alternatif strategi yang sesuai dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dengan cara membuat Matriks SWOT. Tahap berikutnya, berdasarkan Matriks SWOT tersebut, disusun berbagai alternatif strategi. Selanjutnya, pemilihan  alternatif strategi solusi yang dianggap paling sesuai, dilakukan menggunakan Analitical Hi­ erarchy Process (AHP) yang diselesaikan dengan program Criterium Decision Plus Versi 3.0.Penilaian menggunakan AHP diperoleh hasil bahwa pengembangan subak sebagai daerah agroekowisata merupakan pilihan alternatif strategi yang mempunyai nilai (value) paling besar (0,471) dibandingkan dengan alternatif pengem­ bangan sebagai daerah wisata massal (0,157) maupun sebagai daerah pertanian (0,372). Dengan pengembangan subak sebagai daerah agroekowisata diharapkan dapat mendukung keberlanjutan sistem subak ditengah perkembangan pari­ wisata Bali, yang merupakan sinergi antara pariwisata dan pertanian.