Darmawan Sutantyo
Departemen Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perawatan Ortodontik Interseptif dengan Alat Aktivator pada Periode Percepatan Pertumbuhan Setiarini Widiarsanti; Darmawan Sutantyo; Pinandi Sri Pudyani
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.091 KB) | DOI: 10.22146/mkgk.11915

Abstract

Perawatan ortodontik interseptif efektif untuk mengurangi keparahan maloklusi disertai dengan kebiasaan buruk. Pemilihan waktu perawatan sangat penting agar perawatan dapat berhasil. Periode percepatan pertumbuhan berkisar antara 10-12 tahun untuk perempuan dan 12-14 tahun untuk laki-laki. Aktivator dengan skrup ekspansi digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan mandibula, untuk mendapatkan ruang dari ekspansi pada kedua lengkung rahang dan untuk menghentikan kebiasaan buruk. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memaparkan tata laksana perawatan dengan aktivator pada masa percepatan pertumbuhan. Pasien seorang laki-laki berusia 12 tahun datang dengan keluhan utama gigi atas maju dan kurang menarik. Kebiasaan buruk pasien adalah bernafas melalui mulut. Pemeriksaan objektif menunjukkan hubungan klas I pada kedua sisi, pola skeletal klas II, jarak inter P1 atas 35,7 mm dan jarak inter P1 bawah 30,3 mm. Maloklusi Angle Klas I tipe dentoskeletal dengan tipe skeletal kelas II dan incisivus maksila protrusif, overjet: 9,5 mm, overbite: 6,2 mm, palatal bite, scissorbite, malposisi gigi individual, kebiasaan buruk bernafas melalui mulut dan pergeseran midline RA kekanan sebesar 1,6 mm. Setelah 4 bulan perawatan, kebiasaan buruk telah berhenti, overjet menjadi 5 mm, overbite menjadi 3,2 mm, jarak inter P1 atas 36,5 mm dan jarak inter P1 bawah 31,6 mm. Aktivator dengan skrup ekspansi efektif untuk mencegah terjadinya disharmoni rahang dengan modifikasi pertumbuhan dan perkembangan rahang serta untuk menghentikan kebiasaan buruk dalam waktu singkat. Beberapa hal tersebut dapat dicapai dengan ketepatan pemilihan waktu perawatan yaitu dalam periode percepatan pertumbuhan. ABSTRACT: Interceptive Orthodontic Treatment Using Activator in Growth Spurt Period. Interceptive orthodontic treatment is effective to reduce the severity of malocclusion with oral bad habits. Time treatment is an important thing to make the treatment become successful. Growth spurt period in range 10-12 years old for female and 12-14 years old for male. Activator with an expansion screw was used to stimulate the mandibula growth, to create space by expanding both arches and to stop the bad habit. A 12 years old male patient with a chief complaint of protruded maxillary teeth and unpleasant appearance. The oral bad habit of patient was mouth breathing. Objective examination showed class I molar relationship on both sides, skeletal class II pattern, inter upper premolars was 35,7 mm and inter lower premolars was 30,3 mm. Angle malocclusion class I with skeletal class II and protruded incisive maxilla, overjet 9,5 mm, overbite 6,2 mm, mouth breathing bad habit, upper midline shifting 1,6 mm to the right side. After 4 months of treatment the oral bad habit was stop, overjet 5 mm, overbite 3,2 mm, inter upper premolars 36,5 mm and inter lower premolars 31,6 mm. Activator with an expansion screw was effectively prevent the skeletal disharmony by modification of growth and development of jaw, and stop the oral bad habit in short period of time. Those can be achieved by the right time choosing in growth spurt period for the treatment.
Standar Normatif Analisis Sefalograf Postero-Anterior Sub Ras Jawa Indonesia Cendrawasih Andusyana Farmasyanti; Darmawan Sutantyo; Sari Karuniawati
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 19, No 2 (2012): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4207.05 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.12698

Abstract

Latar Belakang. Pasien dengan kelainan asimetri wajah termasuk diantarnya adalah pasien dengan celah bibir dan lelangit memerlukan analisis cefalometri postero-anterior. Tujuan Penelitian. Penelitian pendahuluan ini dilakukan untuk memperoleh standar normal analisis dimensi transversal wajah pada sefalograf postero-anterior orang Jawa serta mengetahui apakah terdapat perbedaan intra dan inter gender. Cara Penelitian. Sampel terdiri dari 30 orang terdiri dari 24 perempuan dan 6 laki-laki yang beretnis Jawa. Subyek adalah individu dengan estesis dan oklusi wajah yang baik, usia 18-30. Hubungan molar klas I dalam variasinya. Setiap subyek di ambil sefalograf postero anterior untuk diukur lebar dimensi transversal landmark dari Broadbent. Penelitian telah mendapatkan ethical approval. Hasil Penelitian. Setelah dilakukan pengujian statistic Wilcoxon, hanya Bi-Zygomatic(Bi-Zyg) yang berbeda bermakna (p<0,05), kanan 66,33 dan kiri 65,28 pada wanita dan Bi-Maxillary(Bi-Mx) kiri 36,31, kanan 34,27 pada laki-laki. Lebar rata-rata pada satu sisi wajah, berturut-turut laki-laki dan perempuan dalam mm adalah Bi-Latero orbitale (Bi-Lo): 45,99 dan 49,51; Bi-Maxillary (Bi-Mx): 33,04 dan 35,29; Bi-Lateronasal (Bi-Ln): 16,6 dan 18,07; Bi-Condylar (Bi-Cond): 50,66 dan 56,08; dan Bi-Gonial (Bi-Go): 44,27 dan 47,59. Uji beda antar gender, Mann Whitney U, dijumpai laki-laki lebih besar bermakna daripada perempuan kecuali lebar Bi-Zyg (p<0,05). Kesimpulan. Lebar Bi-Zyg perempuan dan Bi-M laki-laki pada sisi kiri lebih besar bermakna (p<0,05) daripada sisi kanan. Lebar semua variabel kecuali Bi-Zyg lebih besar bermakna dibandingkan perempuan (p<0,05). Background. Patient with skeletal disorders such as cleft lip and palate patients need a normal standard anteroposterior cephalometric analysis. Aim. The preliminary research was conducted to obtain a normal standard dimensional analysis of Javanese postero-anterior transverse facial cephalography and determined whether there were differences in intra-and inter-gender. Method. The sample consisted of 30 Javanese people, consisting of 24 females and 6 males. Subjects are individuals with good facial aesthetics and occlusion, aged 18-30. The molar relationship were in Class I and its variation. Each subject was taken their postero anterior sefalograph to measure the width of the transverse dimension base on the Broadbent landmarks and has esthically approved. Result. The width of the left side tend to be larger than the right (mm) but only Bi-zygomatic (Bi-Zyg) were significantly different (p<0.05), 66.33 and 65.28 for female and Bi-maxillary (Bi-Mx) 36.31 and 34.27 for males after Wilcoxon statistical test. Average width of the left side of the face, males and females in mm respectively are Bi-Latero orbitale (Bi-Lo): 45.99 and 49.51; Bi-maxillary (Bi-Mx): 33.04 and 35.29; Bi-Lateronasal (Bi-Ln): 16.6 dan 18.07; Bi-Condylar (Bi-Cond): 50.66 and 56.08; and Bi-Gonial (Bi-Go): 44.27 and 47.59. Mann-Whitney U, found that males are significantly greater than females except the width of the Bi-Zyg (p<0.05). Conclusion. Bi Zyg- Bi-Mx width in woman and men on the left side are significantly greater (p<0.05) than the rght side. The width of all variables except Bi-Zyg are significantly larger than females (p<0.05).