Haryo Mustiko Dipoyono
Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Rehabilitasi pasien pasca hemimaksilektomi dengan obturator resin akrilik Mohammad Faid Fahlevy; Haryo Mustiko Dipoyono; Esti Tjahjanti; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.46252

Abstract

Hemimaksilektomi merupakan operasi pengangkatan sebagian dari palatal dan maksila yang mengakibatkan defek pada integritas rongga mulut. Defek menyebabkan terjadinya hubungan antara rongga hidung dan mulut serta malformasi palatum dan agenese gigi. Penutupan defek dilakukan dengan menggantikan jaringan keras, lunak, dan gigi yang hilang menggunakan protesa maksilofasial intraoral yaitu obturator. Laporan kasus ini bertujuan mengkaji rehabilitasi obturator resin akrilik. pada pasien pasca hemimaksilektomi. Pasien pria, 55 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan defek pada palatal yang mengakibatkan suara sengau. Pemeriksaan menunjukkan terdapat defek pada bagian kanan palatum durum, defek gingiva labial dexter, serta kehilangan gigi 12, 13, 14, 15, 16, dan 17. Tatalaksana perawatan: Pasien dibuatkan obturator resin akrilik untuk menutup defek pada palatum pasca hemimaksilektomi dan menggantikan gigi yang hilang. Pencetakan menggunakan hidrokoloid irreversible yang diberi kain kassa pada defek untuk menahan bahan cetak agar tidak masuk ke hidung. Insersi obturator menunjukkan penutupan defek palatum oleh obturator resin akrilik menutup dengan baik. Retensi, stabilisasi dan oklusi pada pemakaian obturator baik, suara sengau berkurang, sayap labial menutup defek gingiva labial. Pada kontrol 1 minggu tidak ada keluhan, pasien merasa puas, suara sengau berkurang, estetis, pengunyahan dan penelanan baik. Kesimpulan: Obturator resin akrilik dapat merehabilitasi defek palatal pasca hemimaksilektomi dan mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, dan estetik.
Last tooth in the arch syndrome management by using triple tray technique Lina Lina; Haryo Mustiko Dipoyono; Maria Theresia Esti Tjahjanti; Murti Indrastuti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.832 KB) | DOI: 10.22146/mkgk.49225

Abstract

Inter occlusal record serves as a guide to copy the upper and lower jaw relationship of the oral cavity to the articulator. Proper inter occlusal record minimizes the adjustment time of fixed denture in the patient’s mouth, thus saves the working time and cost. The making of fixed unilateral dentures involving the posterior teeth as abutments is often difficult in term of placing the working model of the upper jaw and lower jaw in articulator with proper occlusion (last tooth in the arch syndrome), therefore it is necessary to use inter occlusal record. One method to produce precise and simple inter occlusal record is a triple tray technique. This report provided information about how to use triple tray technique to produce inter occlusalrecord in the preparation of fixed denture of a patient with last tooth in the arch syndrome. A 54 years old male patient came to Prof. Soedomo Dental Hospital, Yogyakarta, Indonesia for a treatment using a denture due to the extraction of 16, 14, 24, 25, 26, and 46. The management of this case was comprised of anamneses, clinical and radiographic examination, first stage preparation of abutment tooth on 45 and 47, triple tray try in on prepared teeth, adjustment of the size of gauze, materials bite registration positioning on the surface of the upper and lower triple tray, inter occlusal record with a triple tray technique on maximum inter cusp position, the excess of bite registration materials trimming, articulator mounting, laboratory processing, and the fixed bridge insertion. Furthermore, stage II and III tooth preparation were performed using the same procedure. Based on our work, the triple tray technique is a simple method to produce an accurate inter occlusal record on a patient with a last tooth in the arch syndrome. ABSTRAKInter occlusal record berfungsi sebagai catatan untuk memindahkan hubungan rahang atas dan bawah dari rongga mulut ke artikulator. Inter occlusal record yang tepat meminimalkan penyesuain gigi tiruan cekat dalam rongga mulut sehingga menghemat waktu perawatan dan biaya. Pembuatan gigi tiruan cekat unilateral yang melibatkan gigi paling posteriorsebagai gigi penyangga seringkali terhambat karena kesulitan penempatan model kerja rahang atas dan rahang bawah pada artikulator dengan oklusi yang tepat (last tooth in the arch syndrome) sehingga diperlukan inter occlusal record. Salah satu teknik inter occlusal record yang sederhana dan akurat adalah menggunakan triple tray technique. Laporankasus ini memberikan informasi mengenai penggunaan triple tray technique untuk menghasilkan inter occlusal record dalam pembuatan gigi tiruan cekat pada kasus last tooth in the arch syndrome. Pasien laki-laki 54 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta, Indonesia untuk dibuatkan gigi tiruan karena gigi 16, 14, 24, 25, 26, dan 46 telahdiekstraksi. Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi anamnesa, pemeriksaan klinis dan radiografi, preparasi gigi penyangga tahap pertama pada elemen 45 dan 47, try in triple tray pada gigi yang dipreparasi, penyesuaian ukuran kasa, peletakkan bahan bite registration di permukaan atas dan bawah triple tray, inter occlusal record dengan triple tray technique pada maximum inter cusp position, pengurangan kelebihan bahan bite registration, penanaman padaartikulator, pemrosesan di laboratorium, dan insersi gigi tiruan cekat. Selanjutnya, dilakukan preparasi gigi penyangga tahap II dan III dengan prosedur yang sama. Berdasarkan laporan kasus ini, triple tray technique merupakan teknik inter occlusal record yang sederhana dan akurat pada kasus last tooth in the arch syndrome.
Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis Adi Kristanto Tandadjaja; Haryo Mustiko Dipoyono; Suparyono Saleh; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.55744

Abstract

Periodontitis kronis merupakan masalah masyarakat di banyak negara berkembang. Periodontitis kronis termasuk penyakit peradangan pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh bakteri spesifik pada subgingiva yang dapat menimbulkan respon inflamasi gingiva, dan berlanjut ke struktur jaringan penyangga gigi, sehingga menyebabkan kegoyangan gigi. Gigi tiruan yang proses pemasangannya dilakukan langsung setelah pencabutan gigi dalam mulut pasien disebut gigi tiruan sebagian immediate. Tujuan studi pustaka adalah untuk mengkaji perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis untuk mengembalikan efektifitas pengunyahan pasien segera setelah pencabutan gigi. Seorang laki-laki, 40 tahun datang dengan keluhan gigi molar kedua atas kanan dan molar pertama bawah kiri mengalami periodontitis kronis disertai kegoyangan derajat 3. Pasien merasa kesulitan mengunyah dan kurang percaya diri karena banyak gigi geliginya hilang. Pada pemeriksaan intra oral didapatkan gigi 14, 15, 16, 18, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 35, 36, 45, 46, 47, 48 telah hilang. Anamnesa, pemeriksaan klinis, dan rehabilitasi protesa gigi tiruan sebagian lepasan dengan immediate pencabutan gigi 17 dan 36 dengan hasil insersi: gigi tiruan retentif dan stabil, tidak ada traumatik oklusi, dan baik secara estetik. Pada kontrol pertama, 24 jam pasca insersi, tidak ada keluhan, tidak ada pendarahan, gigi tiruan tidak menekan luka. Pada kontrol kedua, luka telah menutup dengan sempurna dan pasien merasa puas karena fungsi pengunyahannya telah kembali. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan immediate pada pasien dengan periodontitis kronis dapat mengembalikan efektifitas pengunyahan, estetik dan fonetik pasien segera setelah pencabutan gigi serta meningkatkan kenyamanan pasien.
Overdenture kaitan magnet pada rahang atas dengan torus palatinus Ricky Novianto; Murti Indrastuti; Haryo Mustiko Dipoyono; Heriyanti Amalia Kusuma
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65684

Abstract

Torus palatinus dapat menjadi masalah bagi retensi gigi tiruan lengkap. Overdenture merupakan gigi tiruan lengkap atau sebagian yang didukung oleh mucoperiosteum dan beberapa gigi atau akar gigi asli yang telah mengalami perawatan endodontik. Penambahan kaitan magnet pada gigi penyangga overdenture dapat meningkatkan retensi gigi tiruan. Laporan kasus ini bertujuan untuk memberi informasi tentang penatalaksanaan perawatan prostodonsia pada rahang atas dengan torus palatinus menggunakan gigi tiruan lengkap kerangka logam dengan overdenture kaitan magnet. Wanita 49 tahun datang ke klinik prostodonsia RSGM UGM Prof.Soedomo dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan. Pasien mengeluh banyak gigi atas dan bawah yang telah dicabut karena karies sehingga kesulitan dalam mengunyah. Hasil pemeriksaan pada rahang atas menunjukkan adanya torus palatinus, dan hanya tersisa gigi 23 dengan kondisi non vital dan telah dilakukan perawatan endodontik. Pasien kehilangan gigi 37,36,34,44,45,46,47 pada rahang bawah. Anamnesa, pemeriksaan klinis, pencetakan model studi, gigi 23 dipertahankan sebagai penyangga overdenture magnet, dipreparasi berbentuk dome shaped, dilakukan pengambilan guta perca sesuai dengan panjang keeper, sementasi keeper. Pencetakan model kerja, pembuatan kerangka logam gigi tiruan lengkap rahang atas dengan plat palatal yang terbuka di bagian torus palatinus dan kerangka logam gigi tiruan sebagian rahang bawah, penyusunan gigi dan pasang coba penyusunan gigi pada pasien, prosesing laboratorium, lalu insersi seluruh gigi tiruan, dilakukan pengecekan estetis, fonetik dan oklusi lalu pada gigi tiruan rahang atas dilakukan pemasangan kaitan magnet pada permukaan fitting surface. Penggunaan overdenture dengan kaitan magnet dapat meningkatkan retensi pada gigi tiruan lengkap rahang atas dengan torus palatinus.
Perawatan gigi tiruan lengkap menggunakan overdenture magnet, coping dan bare root sebagai retensi Gene Rizky Natalia Gunawan; Titik Ismiyati; Haryo Mustiko Dipoyono; Herijanti Amalia Kusuma
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65735

Abstract

Overdenture adalah jenis gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan lengkap yang didukung oleh akar gigi atau implan. Overdenture merupakan salah satu pilihan perawatan untuk meningkatkan retensi pada gigi tiruan. Di samping untuk membantu meningkatkan retensi, overdenture dapat meningkatkan stabilisasi gigi tiruan, dan mengurangi resorpsi tulang secara signifikan yang terjadi karena pencabutan gigi. Jenis-jenis overdenture antara lain overdenture bare root, overdenture magnet, telescopic overdenture, overdenture bar dan overdenture coping. Overdenture magnet berupa magnet yang dilekatkan pada basis gigi tiruan dan keeper yang disementasi pada gigi penyangga. Magnet memiliki kekuatan retentif untuk menahan keeper di tempatnya. Coping sebagai pegangan overdenture dapat meningkatkan retensi melalui gaya gesek yang ditimbulkan antara coping dan gigi tiruan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengkaji peningkatan retensi gigi tiruan overdenture dengan pegangan coping, magnet dan bare root pada gigi tiruan lengkap rahang bawah. Pada pemeriksaan klinis terdapat kehilangan gigi 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 23, 24, 25, 26 pada rahang atas dan 37, 36, 35, 34, 32, 42, 43, 44, 45, 46, 47 pada rahang bawah. Gigi anterior rahang bawah yang tersisa yaitu gigi 31, 41,dan 43 telah ekstrusi. Tatalaksana kasus: gigi 31 sebagai penyangga coping, gigi 41 sebagai penyangga bare root, dan gigi 43 sebagai penyangga overdenture magnet. Penggunaan overdenture dengan kaitan coping, magnet dan bare root dapat meningkatkan retensi pada gigi tiruan lengkap rahang bawah.
Pembuatan ulang protesa mata non-fabricated untuk rehabilitasi estetik I Gede Putu Sukrasena Sugiantara; Haryo Mustiko Dipoyono; Titik Ismiyati; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.49471

Abstract

Kehilangan salah satu atau kedua dari bola mata merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis, fungsi organ sekitar, dan gangguan estetis wajah. Pembuatan protesa mata merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengembalikan kepercayaan diri pasien, mencegah kolaps kelopak mata dan menahan bentuk rongga mata, sehingga rehabilitasi estetis pasien dapat terwujud. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk memberikan informasi tentang proses pembuatan protesa mata menggunakan bahan resin akrilik dalam upaya memperbaiki penampilan. Seorang pria berusia 70 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Universitas Gadjah Mada untuk membuat pengganti protesa mata non-fabricated sebelumnya yang telah digunakan selama 40 tahun dan sudah tidak bagus lagi dari segi warna, mudah terlepas dan mengiritasi jaringan yang tersisa. Pasien kehilangan matanya pada operasi enukleasi okular karena trauma benda tajam 45 tahun yang lalu. Prosedur perawatan pasien dimulai dari anamnesis pasien, pemeriksaan klinis, pencetakan protesa mata yang lama atau sebelumnya menggunakan putty, pembuatan model malam sklera dan mencobakan sklera model malam, pembuatan sklera akrilik, mencobakan sklera akrilik dan menentukan lokasi dan diameter iris, melukis pupil dan iris, prosesing akhir, kemudian insersi protesa mata. Pada kontrol pasca 1 minggu insersi, pasien tidak memiliki keluhan dan puas dengan protesa mata yang baru. Pembuatan ulang protesa mata dengan menggunakan teknik mencetak kembali protesa yang lama menggunakan putty sebagai bahan cetak sangat membantu mempersingkat proses pembuatan sklera menjadi lebih cepat serta penggunaan bahan resin akrilik secara psikologis dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien, secara estetik dapat pasien merasa nyaman dan puas dengan protesa baru.
Penggunaan gigi tiruan untuk rehabilitasi perubahan otot wajah akibat kehilangan gigi Intan Ruspita; Esti Tjahjanti; Erwan Sugiatno; Haryo Mustiko Dipoyono
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.46389

Abstract

Perubahan dimensi jaringan lunak dan tulang paska pencabutan gigi dapat menyebabkan perubahan estetika wajah. Hal ini disebabkan karena gigi berfungsi untuk mendukung otot wajah, tanpa dukungan gigi wajah terlihat berkerutdan lebih tua. Perubahan yang terlihat pada wajah meliputi lipatan nasolabial menjadi lebih dalam, sudut mulut turun, bibir menipis, bibir atas terlihat panjang dan hidung terlihat lebih besar akibat hilangnya dukungan bibir atas. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah pembuatan gigi tiruan yang dapat mendukung kembali otot wajah. Tujuan artikel ini yaitu untuk menginformasikan akibat kehilangan gigi pada perubahan otot wajah dan usaha memperbaikinya menggunakan gigi tiruan. Seorang wanita usia 67 tahun datang ke RSGM Prof Soedomo dengan keluhan merasa rendah diri karena wajah terlihat lebih tua akibat hilangnya seluruh gigi pada rahang atas dan bawah. Tatalaksana kasus 1). Anamnesa, 2). Pemeriksaan klinis dan radiografis, 3). Pencetakan rahang, 4). Pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL) kerangka logam untuk rahang atas dan rahang bawah, 5). Insersi GTL. Pembuatan GTL pada rahang atas dan rahang bawah yang sesuai dengan kaidah pembuatan gigi tiruandapat memperbaiki estetika akibat hilangnya dukungan otot wajah. Kesimpulan dari penggunaan GTL konvensional yang dibuat sesuai dengan prinsip prostodontik yang ditetapkan dapat mengembalikan estetika otot wajah akibat kehilangan gigi.
Perawatan anopthalmic soket dengan protesa mata custom pada pengguna protesa mata ready made yang tidak sesuai Antoni Halim; Haryo Mustiko Dipoyono; Murti Indrastuti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 6, No 3 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.64654

Abstract

Laporan kasus ini menjelaskan metode sederhana pembuatan protesa mata custom made dengan bahan akrilik pada pasien wanita berumur 19 tahun yang memiliki keluhan kesulitan untuk melepaskan protesa matanya, ukuran protesa mata yang terlalu besar sehingga merasakan ketegangan otot mata, dan estetik kurang baik. Pemeriksaan objektif pada soket mata pasien tidak ditemukan adanya gambaran peradangan, otot kelopak mata yang sehatdan kedalaman sulkus yang cukup untuk menahan protesa mata. Tujuan Studi kasus ini menunjukkan perbedaan penggunaan protesa mata custom made dibandingkan protesa mata ready made dalam hal kepercayaan diri dan penerimaan sosial pasien. Rencana perawatan adalah pembuatan protesa mata custom made berbahan akrilik. Bahan dasar akrilik adalah salah satu bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan protesa mata. Prosedur perawatan dilakukan dengan tahap-tahap yaitu pencetakan daerah sekitar mata dengan sendok cetakperorangan, pencetakan soket mata dengan sendok cetak mata perorangan dan pengisian hasil cetakan dilakukan dengan 2 tahap. Pembuatan pola malam sklera, mencoba pola malam sklera, pewarnaan sklera, membuat sklera akrilik, mencoba sklera akrilik, dan penentuan lokasi pupil dan diameter iris, pewarnaan iris, pupil dan pembuluh darah pada sklera, penyempurnaan protesa mata, serta insersi protesa mata custom made. Hasil kontrol setelah satu minggu tidak didapati keluhan rasa sakit dan peradangan. Hal ini menunjukkan rehabilitasi defek mata berhasildilakukan, ukuran protesa mata yang sesuai dengan mata pasien dan dapat diterima dalam estetika, retensi, dan stabilisasi. Kesimpulan, pasien merasa lebih nyaman menggunakan protesa mata custom made daripada protesa mata ready made. Penggunaan protesa mata dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien dan penerimaan sosial terhadap pasien.