Soedarso Soedarso
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KEKAYAAN ALAM DENGAN PENDEKATAN MARKETING PLACES (STUDI KASUS PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BOJONEGORO) Soedarso Soedarso; Nurif Nurif
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.892 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v7i2.582

Abstract

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia saat ini tengah aktif mengembangkan diri dalam segala bidang. Pengembangan kegiatan-kegiatan di setiap sektor  tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Penelitian ini memfokuskan diri pada bagaimana mengembangkan sebuah potensi wisata suatu daerah. Metode yang digunakan adalah marketing places. Pada makalah ini akan dipaparkan hasil utama penelitian terutama dari sisi potensi dan kendala. Secara garis besar setiap daerah harus mengembangkan sektor pariwisata dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin. Salah satu sektor yang masih belum dioptimalkan pengembangannya adalah sektor pariwisata, meskipun dalam penyusunan kebijakannya, strategi untuk sektor ini telah sering dirumuskan, namun ternyata pelaksanaannya masih mengalami kendala seperti yang juga dialami oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
STUDI KEMASYARAKATAN PENANGANAN KORBAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI JEMBER 2006 Soedarso Soedarso
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 1, No 1 (2008)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.146 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v1i1.679

Abstract

This article is the report of the research result. The research aims to know how strategy of adaptation  was carried out by the victim of disaster of  torrent and landslide in Jember, early January 2006. The research methodology  used are observation and non-structured interview under researcher guidance. The data taken in July 2007 where the disaster takes place, that is in Subdistrict Panti, Jember.A period of emergency, safe disaster victims live in the evacuation tents during 6 month, before they are evacuated in the aid house which have been built by local government. Housing is built under hilly area in which another disaster can emerge, therefore, it requires further attention.  A period of recovery still continues until now. The victims have not been able to forget yet about what happens to them. They are still trauma of losing anything, and importantly of feeling scare. They remain expect  attention and assistance from the government and related parties. 
STRATEGIC PLACE TRIANGLE PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN PARIWISATA BOJONEGERO Muchammad Nurif; soedarso soedarso; Suyanto Suyanto; Wahyuddin Wahyuddin
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.263 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v8i1.1240

Abstract

Kabupaten Bojonegoro ditetapkan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Jawa Timur karena memiliki potensi obyek wisata alam dan budaya yang telah mendapatkan perhatian wisatawan nusantara pada umumnya. Dalam kebijakan pengembangan yang tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Jawa Timur 1999-2015 Kabupaten Bojonegoro meskipun bukan sebagai gerbang utama namun memiliki peran strategis untuk mendorong pertumbuhan kawasan di sekitarnya.Dalam penelitian, peneliti melakukan pemetakan perubahan lingkungan eksternal, pemetakan pesaing dan pelanggan, analisis internal, dan analisis TOWS. Selanjutnya akan dirumuskan  Strategic Place Triangle. Yang dimaksud dengan Strategic Place Triangle adalah suatu pendekatan strategi pemasaran wilayah  yang mencakup tiga hal kunci, yaitu  (1) Strategi yang mencakup Segmentasi-Targeting-Positioning, (2) Taktik yang mencakup Diferensiasi-Marketing Mix-Selling,  (3) Value yang mencakup Brand-Servis-Proses.Analisis  pemetaan terhadap lingkungan eksternal dan internal dengan menggunakan pendekatan  Strategi Pemasaran Wilayah (Marketing Places) tersebut akan menghasilkan Positioning, Diferensiasi, dan Brand, bagi potensi kawasan pariwisata Bojonegoro.  Positioning- nya adalah ibarat  Bali bagi Jawa Timur dengan kekhasan tetap memegang nilai-nilai religi dan kultur lokal setempat. Diferensiasi-nya adalah  one-stop-shopping services, pesona wisata yang tak berakhir, cantik alami, penduduknya yang santun, ramah dan mempesona.  Brand-nya adalah  Pesona Wisata Bojonegoro.
MASYARAKAT DEMOKRATIS MENURUT ALEXIS DE TOCQUEVILLE (1805-1859) Soedarso Soedarso
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 3, No 1 (2010)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.375 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v3i1.653

Abstract

Masa-masa tahun 1770 – 1850 dalam sejarah pemerintahan dunia (barat) merupakan masa-masa transisi dari bentuk-bentuk monarchi ke bentuk demokrasi. Pada masa-masa itu muncul berbagai perubahan, ada yang bersifat revolusioner maupun non-revolusioner yang mengubah bentuk pemerintahan suatu negara dari monarchi ke republik (baca: monarchi konstitusional). Salah satu pemerintahan negara pada masa itu yang dipandang paling konstitusional, liberal dan demokratis di banding pemerintahan lain manapun adalah Amerika Serikat (Godechot, 1989:1).Alexis de Tocqueville anak dari kalangan bangsawan yang lahir di Paris 29 Juli 1805. Sebagai seorang dari kalangan bangsawan, beberapa keluarganya terkena imbas dari revolusi Perancis 1830 yang berhasil menggulingkan dinasti Bourbon. Tidak hanya itu, Tocqueville muda juga merasa kurang mendapat perhatian lagi dari pemerintahan Perancis yang baru (Bradley, 1944:391). Akhirnya, Tocqueville bersama Beaumont melakukan serangkaian perjalanan ke Amerika Serikat dengan maksud mempelajari sistem pemerintahan demokrasi disana, alih-alih dapat untuk  masukan kepada proses reformasi pemerintahan yang tengah berlangsung di Perancis.  Perjalanan ke Amerika berlangsung dari tahun 1831-1832, dan pada tahun 1835 terbitlah bukunya: De la Democratise en Amerique. Buku Tocqueville yang lain: L’ Ancien regime et la Revolution terbit pada tahun 1856, dan 3 tahun kemudian ia meninggal dunia.
DINAMIKA MULTIKULTURAL MASYARAKAT KOTA SURABAYA Soedarso Soedarso; Muhammad Nurif; Sutikno Sutikno; Windiani Windiani
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.921 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i1.611

Abstract

Penelitian ini berujuan untuk menjelaskan kondisi dan faktor-faktor penyangga dari suatu masyarakat multikultur khususnya di Kota Surabaya.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yakni melalui studi literatur, penyebaran kuesioner dan interview mendalam.Penelitian ini menggunakan sample 5 lokasi kampung di Surabaya yang mewakili seluruh wilayah baik pusat, selatan, timur,utara dan barat yakni kampung Plampitan, Ketintang, Medokan Ayu, Kenjeran dan Manukan Lor. Kesimpulan hasil penelitian ini antara lain bahwa kondisi kampung-kampung di Surabaya selama ini telah hidup secara multikultural; antar warga tidak lagi membedakan secara diskriminatif persoalan etnis, agama dan tingkat kesejahteraan sosial di antara sesama warganya, dapat hidup rukun dan berdampingan satu sama lain. Kondisiini disebabkan antara lain karena faktor sejarah yang panjang serta kesediaan menerima perbedaan sebagai sebuah keniscayaan kehidupan kemasyarakatan.Pemerintah kota Surabaya juga mengembangkan sarana dan prasarana yang mendukung berbagai kegiatan kebersamaan di lingkungan warga seperti adanya taman-taman kota, pusat kuliner, kegiatan senam pagi lansia, organisasi kepemudaan Sinoman.  Modal kultural dan sosial baik yang tumbuh dari masyarakat maupun yang diupayakan melalui usaha-usaha pemerintah merupakan faktor penting yang memungkinkan tetap bertahan dan semakin berkembangnya multikulturalisme warga masyarakat Kota Surabaya.