This Author published in this journals
All Journal JURNAL PANGAN
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TANTANGAN MEWUJUDKAN KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL YANG KUAT Ismet, Mohammad
JURNAL PANGAN Vol 16, No 1 (2007): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.093 KB) | DOI: 10.33964/jp.v16i1.271

Abstract

Pangan, dalam hal ini adalah beras, memiliki peran yang sangat penting dalamkehidupan bangsa Indonesia. Karakteristik produksi yang tersebar dan sensitif terhadap perubahan iklim, karakteristik konsumsi dengan permintaan yang in-elastis dan menyebar di seluruh Nusantara dan sepanjang waktu, serta beras sebagai komoditi paling penting di sektor pertanian (penentu inflasi, penentu tingkat upah dan mempunyai peran terbesar dalam pengeluaran rumah tangga berpendapatan rendah), mengharuskan Pemerintah untuk memberlakukan Kebijakan Perberasan. Karena berbagai karakteristik tersebut, harus terwujud kebijakan pangan yang bersifat nasional dan komprehensif, tidak terpisah-pisah atau parsial. Kebijakan pangan dalam bentuk intervensi Pemerintah terhadap harga dan pasar selalu kontroversial dalam hal permasalahannya, bagaimana Pemerintah mengatasi permasalahan tersebut serta bentuk intervensinya. Harus terwujud kebijakan harga beras yang rasional dengan dampak distorsi seminimal mungkin dan keadilan bagi semua pelaku pasar. Kebijakan ini harus tetap menciptakan iklim berusaha yang kompetitif dan memberi ruang yang cukup bagi sektor swasta agar tetap berperan dalam perdagangan antar tempat dan waktu. Kebijakan ini juga harus dilengkapi dengan kebijakan perdagangan yang terbuka dan reasoanable, misalnya dengan memberlakukan kebijakan kuota &tarif yang selektif jumlah, waktu dan tujuan impor. Dengan demikian, intervensi Pemerintah akanoptimal, tidak menimbulkan distorsi pasar terlalu besar dan penggunaan subsidi menjadi lebih efisien. Manfaat ketahanan pangan sangat besar bagi kelangsungan kehidupan bangsa, tidak saja dari aspek ekonomis tetapi juga sosial dan politis yang sulit dihitung dengan nilai rupiah.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMASARAN PRODUK PANGAN DAN PERTANIAN DI ASIA Ismet, Mohammad; Dwi Indiarto, Agus
JURNAL PANGAN Vol 15, No 1 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.998 KB) | DOI: 10.33964/jp.v15i1.279

Abstract

Teknologi informasi dan komunikasi berperan penting dalam pemasaran produk pangan dan pertanian di Asia, khususnya dalam mewujudkan sistem pemasaran yang efisien sehingga mampu mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan memacu pertumbuhan ekonomi. Teknologi informasi mampu memberikan informasi yang dibutuhkan pelaku pasar seperti harga komoditi, data produk dan kualitas, kondisi cuaca, ketersediaan akses pasar, kredit pertanian hingga promosi pasar. Di Asia, teknologi informasi belum sepenuhnya berkembang baik yang ditandai antara lain dengan lemahnya infrastruktur telekomunikasi, kurangnya tenaga ahli di bidang teknologi informasi, kurangnya kesadaran akan arti penting teknologi informasi bagi pertanian akibat sifat konservatif petani, cara bertani yang masih tradisional, serta kekhawatiran penggunaan teknologi baru. Pemerintah pun kurang memberi dukungan, baik melalui kampanye pentingnya sistem ini bagi pertanian maupun alokasi finansial. Pihak swasta juga dapat berperan melalui penciptaan inovasi baru di bidang ini serta memperkuat jaringan informasi pasar seperti pemasaran dan produksi.
TANTANGAN MEWUJUDKAN KEBIJAKAN PANGAN NASIONAL YANG KUAT Mohammad Ismet
JURNAL PANGAN Vol. 16 No. 1 (2007): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v16i1.271

Abstract

Pangan, dalam hal ini adalah beras, memiliki peran yang sangat penting dalamkehidupan bangsa Indonesia. Karakteristik produksi yang tersebar dan sensitif terhadap perubahan iklim, karakteristik konsumsi dengan permintaan yang in-elastis dan menyebar di seluruh Nusantara dan sepanjang waktu, serta beras sebagai komoditi paling penting di sektor pertanian (penentu inflasi, penentu tingkat upah dan mempunyai peran terbesar dalam pengeluaran rumah tangga berpendapatan rendah), mengharuskan Pemerintah untuk memberlakukan Kebijakan Perberasan. Karena berbagai karakteristik tersebut, harus terwujud kebijakan pangan yang bersifat nasional dan komprehensif, tidak terpisah-pisah atau parsial. Kebijakan pangan dalam bentuk intervensi Pemerintah terhadap harga dan pasar selalu kontroversial dalam hal permasalahannya, bagaimana Pemerintah mengatasi permasalahan tersebut serta bentuk intervensinya. Harus terwujud kebijakan harga beras yang rasional dengan dampak distorsi seminimal mungkin dan keadilan bagi semua pelaku pasar. Kebijakan ini harus tetap menciptakan iklim berusaha yang kompetitif dan memberi ruang yang cukup bagi sektor swasta agar tetap berperan dalam perdagangan antar tempat dan waktu. Kebijakan ini juga harus dilengkapi dengan kebijakan perdagangan yang terbuka dan reasoanable, misalnya dengan memberlakukan kebijakan kuota &tarif yang selektif jumlah, waktu dan tujuan impor. Dengan demikian, intervensi Pemerintah akanoptimal, tidak menimbulkan distorsi pasar terlalu besar dan penggunaan subsidi menjadi lebih efisien. Manfaat ketahanan pangan sangat besar bagi kelangsungan kehidupan bangsa, tidak saja dari aspek ekonomis tetapi juga sosial dan politis yang sulit dihitung dengan nilai rupiah.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMASARAN PRODUK PANGAN DAN PERTANIAN DI ASIA Mohammad Ismet; Agus Dwi Indiarto
JURNAL PANGAN Vol. 15 No. 1 (2006): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v15i1.279

Abstract

Teknologi informasi dan komunikasi berperan penting dalam pemasaran produk pangan dan pertanian di Asia, khususnya dalam mewujudkan sistem pemasaran yang efisien sehingga mampu mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan memacu pertumbuhan ekonomi. Teknologi informasi mampu memberikan informasi yang dibutuhkan pelaku pasar seperti harga komoditi, data produk dan kualitas, kondisi cuaca, ketersediaan akses pasar, kredit pertanian hingga promosi pasar. Di Asia, teknologi informasi belum sepenuhnya berkembang baik yang ditandai antara lain dengan lemahnya infrastruktur telekomunikasi, kurangnya tenaga ahli di bidang teknologi informasi, kurangnya kesadaran akan arti penting teknologi informasi bagi pertanian akibat sifat konservatif petani, cara bertani yang masih tradisional, serta kekhawatiran penggunaan teknologi baru. Pemerintah pun kurang memberi dukungan, baik melalui kampanye pentingnya sistem ini bagi pertanian maupun alokasi finansial. Pihak swasta juga dapat berperan melalui penciptaan inovasi baru di bidang ini serta memperkuat jaringan informasi pasar seperti pemasaran dan produksi.