Bambang Sutaryo
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Ekspresi Daya Hasil dan Beberapa Karakter Agronomi Enam Padi Hibrida Indica di Lahan Sawah Berpengairan Teknis Bambang Sutaryo
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 15, No 2 (2012): Desember
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.584 KB) | DOI: 10.22146/ipas.2513

Abstract

INTISARIPenelitian untuk mengkaji ekspresi daya hasil dan beberapa karakter agronomi enam  padi hibrida indica di  lahan sawah berpengairan teknis yaitu : Bioibrd-1, Bioibrd-2, Bioibrd-3, Bioibrd-4, Bioibrd-5, Bioibrd-6, dan  empat varieties pembanding yaitu : Ciherang, Sintanur, Inpari 6 dan Inpari 14 dilaksanakan di Wirokerten, Banguntapan, Bantul dari bulan November 2012 hingga bulan  Maret 2013.  Percobaan dirancang sesuai dengan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Bibit berumur 17 hari ditanam dengan satu bibit per lubang tanam pada petak berukuran 4  x 5 m2. Pemupukan pada pesemaian dilakukan tiga kali, sedangkan selama pertumbuhan dilakukan empat kali pemupukan. Data mengindikasikan bahwa Bioibrd-3, Bioibrd-1, dan Bioibrd-4, merupakan tiga padi hibrida terbaik berturut-turut menghasilkan gabah sebesar 8,6; 8,5; dan 8,3 t/ha, memberikan heterosis baku sebesar 14,67; 13,33; dan 10,67  % terhadap. varietas pembanding terbaik Inpari-14 (7,5 t/ha), dengan produktivitas per hari masing-masing sebesar  95,55; 91,89; dan 91,01  kg/ha/hari, dan persen di atas pembanding terbaik masing-masing sebesar 23,58; 18,84; dan 17,71%. Jumlah gabah isi per malai dari Bioibrd-3, Bioibrd-1, dan Bioibrd-4 berturut-turut sebanyak 250,5; 240,7; dan 231,0  butir.  dan secara nyata lebih banyak bila dibandingkan dengan Inpari-14 (189,4 butir). Bioibrd-3, Bioibrd-1, dan Bioibrd-4, dengan bobot 1000-butir masing-masing  29,8; 28,2; dan 28,4 gram secara nyata lebih berat bila dibandingkan dengan secara nyata lebih berat bila dibandingkan dengan Inpari 14 (27,0 gram).Key words : keragaan, karakter agronomi, enam padi hibrida, japonica, genotype, sawah berpengairan teknis
TANGGAP SEJUMLAH GENOTIPE PADI TERHADAP TIGA TINGKAT KEPADATAN TANAMAN Bambang Sutaryo; Tri Sudaryono
Agros Journal of Agriculture Science Vol 14, No 1 (2012): edisi Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.823 KB)

Abstract

Penelitian untuk mempelajari  tanggap sejumlah genotype padi terhadap tiga tingkat kepadatan tanaman dilakukan di Kebon Agung, Bantul, Mei hingga Oktober 2009.  Rancangan percobaan berupa petak terpisah, tiga ulangan. Petak utama adalah 12 genotipe: WCR021, WCR032, WCR041, WCR073, WCR107, WCR115,  WCR137, WCR140,  WCR152, Batang Samo, Intani-2, dan Ciherang. Anak petak berupa tiga kepadatan tanaman: 250.000; 2000.000, dan 160.000 tanaman per ha atau jarak tanam 20x20 cm, 20x25 cm, dan 25x25 cm. Bibit berumur 21 hari ditanam pada tiga tingkat kepadatan dengan jumlah bibit satu per lubang tanam pada plot berukuran 4x5 m.  Data menunjukkan bahwa hasil gabah tertinggi diraih oleh  WCR152 dan WCR140, masing-masing 11,00 dan 10,90 t per ha, keduanya dicapai  pada kepadatan 200,000 tanaman per ha, dengan jumlah malai per rumpun untuk WCR152 dan WCR140 adalah 16,40 dan 16,55 batang. Umur tanaman paling genjah ditemukan pada WCR041 dan WCR107 pada tiga tingkat kepadatan tanaman. Pada kepadatan 250.000; 200.000; dan 160.000 tanaman per ha, umur tanaman WCR041 adalah 104,5; 106,5; dan 107,5  hari; umur WCR107 adalah  103,5; 105,5 dan 108,5 hari. Kepadatan tanaman tidak berpengaruh terhadap bobot 1000 butir
EKSPRESI HASIL GABAH DAN ANALISIS LINTASAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI Bambang Sutaryo
Agros Journal of Agriculture Science Vol 17, No 1: Edisi Januari 2015
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.627 KB)

Abstract

Percobaan untuk mengkaji ekspresi hasil gabah dan analisis lintasan beberapa varietas unggul baru  padi dilakukan di lahan sawah beririgasi, Godean, Sleman, Yogyakarta selama musim hujan dari bulan November 2012 hingga Maret 2013. Lima varietas unggul baru padi, yaitu Inpari 4, Inpari 7, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 19, dan varietas populer setempat, yaitu Ciherang digunakan sebagai varietas pembanding. Bibit berumur  15 hari dengan satu bibit per lubang ditanam secara jajar legowo 4:1, jarak tanam  25 x 12,5 x 50 cm, pada plot berukuran 4 x 5 m2. Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Data menunjukkan bahwa hasil gabah tertinggi diraih oleh Inpari 10 sebanyak 9,3 ton per ha dan diikuti oleh Inpari 7, Inpari 4, Inpari 11, dan Inpari 19 berturut-turut sebanyak 9,2; 9,0; 8,4; dan 8,3 ton per ha. Adapun Ciherang menghasilkan 5,5 ton per ha. Hasil gabah lima varietas tersebut secara nyata lebih tinggi dibandingkan dengan Ciherang dan memberikan kelebihan hasil gabah sebesar 67,3; 63,6; 52,7; dan 50,9 persen masing-masing untuk Inpari 7, Inpari 4, Inpari 11, dan Inpari 19. Jumlah gabah isi per malai berpengaruh secara langsung terhadap hasil gabah dan hampir selalu berpengaruh secara tidak langsung terhadap hubungan antara hasil gabah dan tiap komponen hasilnya. Umur panen bervariasi dari 117 hari untuk Inpari 10 hingga 122 hari untuk Inpari 4 dan Inpari 11. Tinggi tanaman terendah terdapat pada Ciherang, yaitu 103,2 cm dan tertinggi pada Inpari 4, yaitu 116,2 cm.
KERAGAAN ENAM PADI F1 DAN TIGA PEMBANDING PADA EMPAT POPULASI TANAMAN BERBEDA Bambang Sutaryo
Agros Journal of Agriculture Science Vol 16, No 1: Edisi Januari 2014
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.583 KB)

Abstract

Penelitian keragaan enam padi F1 dan tiga pembanding pada empat tingkat  populasi dilaksanakan di Wironanggan, Gatak, Sukoharjo, 115m dpl, tipe tanah regosol, November 2010 hingga Maret 2011. Rancangan petak terpisah tiga ulangan. Petak utama enam padi F1: Y-Super 101, Y-Super 202, Y1-1, H-Basmatic 1, Y1-6, Y1-7, tiga pembanding: Hibrindo R1, Intani 2, Ciherang. Anak petak empat tingkat populasi: 160.000; 250.000; 213.300; 256.000 per ha, berjarak 25cm x 25cm; 20cm x 20cm; legowo 2:1 (25cm x 12,5cm x 50cm), legowo 4:1 (25cm x 12,5cm x 50cm). Bibit 17 hari ditanam empat tingkat kepadatan, satu bibit per lubang, 4m x 5m. Hasil: hasil gabah tertinggi 8,35; 8,04, 7,96 t per ha: Y-Super 101, Y-Super 202, Y1-7, tingkat populasi 256.000; 250.000; 213.300 per ha. Jumlah malai per rumpun tiga padi F1:17,72; 17,05, 16,54. Tingkat populasi 256.000; 250.000, 213.300 per ha untuk Y-Super 101, Y-Super 202, Y1-7 jumlah gabah isi per malai dan panjang malai lebih banyak dibanding 213,300 per ha. Umur genjah diraih Y1-1, Y1-6, Intani 2 pada populasi 160.000; 250.000; 256.000 per ha umur 105,2; 104.7; 106,8 hari. Jumlah gabah total per malai dan bobot 1000 butir tidak dipengaruhi tingkat populasi.
Kajian Sosial Ekonomi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi di Lahan Sub-Optimal Gunungkidul, Yogyakarta Sugeng Widodo; Bambang Sutaryo; Damasus Riyanto
Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2018: Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal "Tantangan dan Solusi Pengembangan PAJALE dan Kela
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.502 KB)

Abstract

Widodo et al, 2019. Social Economic Studies of Several New Superior Rice Varieties on Sub-Optimal Area in Gunungkidul, Yogyakarta. pp. 456-464. This research aimed to analyze social economic studies of several new superior rice varieties on sub-optimal area in Gunungkidul, Yogyakarta. Social Economic studies on several new rice superior varieties on sub-optimal area has been implemented in “Gabungan Kelompok Tani Kumpul Makaryo, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul Yogyakarta from February to June 2018. New superior rice  varieties such as  Inpago 5, Inpago 8, Inpago 10, Inpari 42 Agritan GSR, Inpari 43 Agritan GSR and a check variety namely Ciherang were used in this study. Economic data input and output were analyzed for it’s feasibility of farming (B/C ratio). Organoleptic tests carried out by the level of preference as much as 25 repondens.Variabel panelists assessed texture / kepulenan, flavor, aroma, color and joy in general. Data indicated that those new five superior rice varieties feasible to develop proven B / C ratio ranged from 2.02 for Inpari 43 GSR to 2.90 for Inpari 42 GSR. Meanwhile, Ciherang as a populair variety gave B/C ratio only 1.88 . The most preferred taste of rice was Inpari 42 GSR and Inpago 5. While the productivity of the most preferred were Inpari 42 GSR and Inpago 10. It was suggested that those new rice superior varieties above mentioned must be developed in rainfed areas other than Nglanggeran-Patuk, to achieve increasing rice production in Gunungkidul dry land.
Ekspresi Daya Hasil dan Beberapa Karakter Agronomi Enam Padi Hibrida Indica di Lahan Sawah Berpengairan Teknis Bambang Sutaryo
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 15, No 2 (2012): Desember
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada jointly with PISPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ipas.2513

Abstract

INTISARIPenelitian untuk mengkaji ekspresi daya hasil dan beberapa karakter agronomi enam  padi hibrida indica di  lahan sawah berpengairan teknis yaitu : Bioibrd-1, Bioibrd-2, Bioibrd-3, Bioibrd-4, Bioibrd-5, Bioibrd-6, dan  empat varieties pembanding yaitu : Ciherang, Sintanur, Inpari 6 dan Inpari 14 dilaksanakan di Wirokerten, Banguntapan, Bantul dari bulan November 2012 hingga bulan  Maret 2013.  Percobaan dirancang sesuai dengan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Bibit berumur 17 hari ditanam dengan satu bibit per lubang tanam pada petak berukuran 4  x 5 m2. Pemupukan pada pesemaian dilakukan tiga kali, sedangkan selama pertumbuhan dilakukan empat kali pemupukan. Data mengindikasikan bahwa Bioibrd-3, Bioibrd-1, dan Bioibrd-4, merupakan tiga padi hibrida terbaik berturut-turut menghasilkan gabah sebesar 8,6; 8,5; dan 8,3 t/ha, memberikan heterosis baku sebesar 14,67; 13,33; dan 10,67  % terhadap. varietas pembanding terbaik Inpari-14 (7,5 t/ha), dengan produktivitas per hari masing-masing sebesar  95,55; 91,89; dan 91,01  kg/ha/hari, dan persen di atas pembanding terbaik masing-masing sebesar 23,58; 18,84; dan 17,71%. Jumlah gabah isi per malai dari Bioibrd-3, Bioibrd-1, dan Bioibrd-4 berturut-turut sebanyak 250,5; 240,7; dan 231,0  butir.  dan secara nyata lebih banyak bila dibandingkan dengan Inpari-14 (189,4 butir). Bioibrd-3, Bioibrd-1, dan Bioibrd-4, dengan bobot 1000-butir masing-masing  29,8; 28,2; dan 28,4 gram secara nyata lebih berat bila dibandingkan dengan secara nyata lebih berat bila dibandingkan dengan Inpari 14 (27,0 gram).Key words : keragaan, karakter agronomi, enam padi hibrida, japonica, genotype, sawah berpengairan teknis
HASIL, KOMPONEN HASIL, HETEROSIS BAKU DAN PRODUKTIVITAS PER HARI SEMBILAN GENOTIPE PADI HIBRIDA JAPONICA DI LAHAN SAWAH BERPENGAIRAN TEKNIS Bambang Sutaryo
Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 15, No 2 (2013): AGRITECH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/agritech.v15i2.1007

Abstract

This research is to study about the yield, yield components, standard heterosis and productivity per day for nine rice genotypes on low land rice irrigation such as Biojap-1, Biojap- 2, Biojap-3, Biojap-4, Biojap-5, Biojap-6, WM4, DG1-SHS, and Taiken and a check variety namely: Ciherang was evaluated for their agronomic characters at Tamanan, Banguntapan, Bantul from November 2012 to March 2013. Experiment design was randomized complete block design with four replications. Seedling with 17 days age was planted with one seedling per hill, in plot size of 4 x 5 m2. Fertilization at nursery was applied three times, and four times during vegetative and 5% generative stages. Data indicated that Biojap-2, Biojap-3 and Biojap-5 yielded 8.6; 8.4; and 8.3 t/ha significantly over the best check variety DG1-SHS (7.8 t/ha). Those hybrids were also earlier, and slightly shorter than that of DG1-SHS. Productivity per day for Biojap-2, Biojap-3 and Biojap-5 were 93.07; 91.11 and 88.58 kg/ha, with percentage over DG1- SHS were 15.03; 12.61; and 9.48 %, respectively. Filled grain per panicle of Biojap-2, Biojap-3 and Biojap-5 were 234.2; 221.5; and 218.6 seeds, respewctively, and significantly higher than that of DG1-SHS (188.4 grain). Those hybrids also showed significantly in term of longer panicle and weighter for 1000-grain weight. Standard heterosis variation for yield, maturity, plant height, filled grain per panicle, panicle lenght and 1000-grain weight for Biojap-2, Biojap-3 and Biojap-5 were (6.41-10.26%), -4,11 to -5,24%), (-3,42 to -6,37%), (16,03-24,31%), (4,37-8,73%) and (5,43-7,75%), respectively. Key words : yield, yield component, standard heterosis, nine japonica rice genotypes, low land rice irrigation.
KEMAMPUAN ADAPTABILITAS HASIL SEJUMLAH VARIETAS UNGGUL PADI DI TIGA LINGKUNGAN YANG BERBEDA DI GUNUNGKIDUL Bambang Sutaryo
Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Vol 16, No 1 (2014): AGRITECH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/agritech.v16i1.1015

Abstract

Yield Adaptability for Some Superior Rice Varieties in the Three Difference Zones at Gunungkidul, namely North, Midle, and South Zones was studied during the wet-season (WS) of 2012/2013. The locations in each three zones were : a) Ngawen 300 m asl, and b) Patuk 250 m asl (North), c) Playen 175 m asl, and d) Karangmojo 150 m asl (Midle), e) Ponjong 200 asl and Tepus 250 m asl (South). Six new superior rice varieties, namely Inpago 5, Inpari 7, Inpago 8, Inpari 10, Inpari 11 and Inpari 19 and a previous populair varieties such as Situ Bagendit was used in this trial. The experiment was designed using randomized complete block design with three replicatioins. Data indicated that the highest yield adaptability was found in Inpari 19, Inpago 8 and Situ Bagendit indicated by yield stability with relatively small deviation from regressions (0.15, 0.08, and 0.17, respectively), meanwhile Inpari 10, Inpari 11, Inpago 5 and Inpari 7 possessed low yield adaptability indicated by yield instability with big and significantly different deviation from regressions (3.86*, 3.96*, 2.86* and 2.98*, respectively).The highest average yield was obtained by Inpari 19 (6.42 ton ha-1) and followed by Inpari 10 (6.02 ton ha-1), and Inpari 11 (5.78 ton ha-1). The highest environment index for grain yield was found at Playen (Midle Zone, 0.73), Patuk and Ngawen (North Zone, 0.62 and 0.60 respectively). Keywords: adaptability, environment, new superior varieties, rice
KERAGAAN FENOTIP DAN BEBERAPA PARAMETER GENETIK HASIL DAN KARAKTER AGRONOMI ENAM PADI HIBRIDA DI LAHAN KERING MASAM Bambang Sutaryo; Tri Sudaryono
Agrin Vol 14, No 2 (2010): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2010.14.2.106

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi keragaan parameter fenotip dan genetik hasil serta karakter agronomi dari enam padi hibrida di lahan masam Jasinga, Jawa Barat, selama musim kemarau (MK), dari bulan April hingga Agustus 2008. Enam padi hibrida yaitu IR58025A/Kapuas, IR68885A/Kapoas, IR58025A/Mendawak, IR68885A/Batanghari, IR58025A/Inderagiri, IRS 8025A/Lambur dan varietas pembanding lokal Hawara Bunar dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil gabah empat padi hibrida yaitu IRS8025A/Kapuas (6,8 t/ha), IR68885A/Kapuas (6,6 t/ha), IRS 8025A/Mendawak (6,6 t/ha) dan IR68885A/Batanghari (6,4 t/ha) lebih tinggi dibandingkan dengan varietas kontrol Hawara Bunar (4,9 t/ha). Nilai variabilitas genetik yang luas terdapat pada hasil gabah (0,12), umur tanaman (16,34), tinggi tanaman (20,48), jumlah anakan produktif per rumpun (5,14), dan jumlah gabah isi per malai (41,37). Nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada hasil gabah (0,92), umur tanaman (0,68), tinggi tanaman (0,63), jumlah anakan produktif (0,95) dan jumlah gabah isi per malai (0,95). Korelasi genetik dan korelasi fenotip positif nyata antara hasil gabah dengan jumlah gabah isi per malai (0,05*), umur tanaman (0,25*), tinggi tanaman (0,12*), dan jumlah anakan produktif per rumpun (0,07*). Kata kunci : keragaan fenotip, genetik, agronomi, padi hibrida, lahan kering masam ABSTRACT The objective of the experiment was to evaluate phenotypic performance and genetic parameters of yield and agronomic traits of six hybrids rice at acidic dryland in Jasinga, West Java, during dry season of April-August 2008. Six hybrids rice such as IR58025A/Kapuas, IR68885A/Kapuas, IRS 8025 A/Mendawak, IR68885A/Batanghari, IR58025A/Inderagiri, IRS8025A/Lambur and Hawara Bunar (control) were designed by using Randomized Complete Block Design in three replications. The results showed that yield of four hybrids rice namely IRS8025A/Kapuas (6.81 ha"1), IR68885A/Kapuas (6.61 ha"1 ), IRS8025A/Mendawak (6.6 t ha"1) and IR68885A/Batanghari (6.4 t ha"1) were higher than that of Hawara Bunar (4.9 t ha"1). Broad genetic variabilities were found for grain yield (0.12), plant maturity (16.34), plant height (20.48), number of productive tiller per hill (5.14), and filled grain per panicle (41.37). High heritability estimate was found for grain yield (0.92), plant maturity (0.68), plant height (0.63), number of productive tiller per hill (0.95), and filled grain per panicle (0.95). Genetic and phenotypic correlation was found positive and significant between grain yield and filled grain per panicle (0.05*), plant maturity (0,25*), plant height (0.12*), and productive tiller per hill (0.07*). Key words: phenotypic, genetic, agronomic traits, hybrid rice, acidic dryland
KERAGAAN HASIL GABAH DAN KARAKTER AGRONOMI SEPULUH VARIETAS PADI UNGGUL DI SLEMAN, YOGYAKARTA Bambang Sutaryo; Joko Pramono
Agrin Vol 20, No 1 (2016): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2016.20.1.309

Abstract

Yied and agronomic characters performance of ten superior rice varieties in Sleman, Yogyakarta. Study onyied and agronomic characters performance usin superior rice varieties was conducted at Blendangan,Tegaltirto,Berbah, Sleman, Yogyakarta from June to September of 2015. Six superior rice varieties namely Sidenuk, Inpari1, Inpari 10, Inpari 19, Inpari 23, and Inpari 30 were planted using seedling of 15 days with one seedling per hillin jajar legowo 4:1 system, with plant spacing of 25 x 12,5 x 50 cm. Plot size per variety was 1000 m2.Meanwhile,four populair varieties such as Sintanur, Pepe, Ciherang, and Situ Bagendit planted using the same populationby farmers were used as checks. Data were analyzed using t test. Inpari 19 and Inpari 30 gave the highest yield of7.5 and 7.3 t/ha, respectively, compared with check varieties and the other varieties tested. The highest yield onInpari 19 and Inpari 30 were contributed by the highest of the number of filled grains, total grain number, andthe panicle number. Inpari 19 showed earliest maturity (104 days), meanwhile, the other varieties were mediummaturity (107-124 days). Inpari 19 gave the highest profit compared with the others superior varieties tested andthe most preferred by farmers because of more taste, more white color, more shiny, and more fragrant.Key words: yield, agronomic characters, Inpari, “jajar legowo” ABSTRAKPenampilan hasil dan karakter agronomi sepuluh varietas unggul di Sleman, Yogyakarta. Pengkajianterhadap penampilan hasil dan karakter agronomi menggunakan varietas unggul padi dilaksanakan diBlendangan,Tegaltirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta dari Juni hingga September 2015. Enam varietas yaituSidenuk, Inpari 1, Inpari 10, Inpari 19, Inpari 23, dan Inpari 30 ditanam dengan bibit berumur 15 hari dengan satubibit per lubang pada teknik jajar legowo 4:1, dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm. Ukuran plot size per varietasadalah 1000 m2. Sedangkan empat varietas yang sudah dikenal petani yaitu Sintanur, Pepe, Ciherang, dan SituBagendit ditanam dengan cara yang sama oleh petani digunakan sebagai pembanding. Data dianalisismenggunakan uji t. Inpari 19 dan Inpari 30 masing-masing memberi hasil tertinggi sebesar 7,5 dan 7,3 t/ha,dibandinkan dengan varietas pembanding dan varietas lain yang dikaji. Hasil tertinggi pada Inpari 19 dan Inpari30 dikontribusi oleh jumlah gabah isi, jumlah total gabah dan jumlah malai yang tinggi. Inpari 19 menunjukkanumur paling cepat (genjah) yaitu 104 hari, sementara varietas lainnya berumur sedang (107-124 hari). Inpari 19memberi keuntungan tertinggi dibandingkan dengan varietas unggul lainnya, dan paling disukai petani karenalebih pulen, lebih putih, lebih berkilap, dan lebih wangi.Kata kunci: hasil, karakter agronomi, Inpari, “jajar legowo”