Kisworo Kisworo
Universitas Kristen Duta Wacana

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Accumulation of Chrom (Cr) Contaminant in Rice Plant Around The Area Opak River Flow, Bantul Regency: AKUMULASI PENCEMAR KROMIUM (Cr) PADA TANAMAN PADI DI SEPANJANG KAWASAN ALIRAN SUNGAI OPAK, KABUPATEN BANTUL Boris Marselius Sevendo Laoli; Kisworo Kisworo; Djoko Raharjo
Biospecies Vol. 14 No. 1 (2021): Biospecies, January 2021
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/biospecies.v14i1.11969

Abstract

Development of the leather tanning industry in the village of Banyakan, Piyungan, Bantul had a negative impact on the environment. The industrial waste from the leather tanning plant mixed with Cr metal enters the Opak River and is distributed to various places. River water is used as irrigation water which carries heavy metals that result in the accumulation of soil and plants, as well as another biota. The purpose of this study was to determine the profile and level of chromium accumulation in plants along the Opak River. The study was conducted at 6 stations in 6 different districts consisting of samples of irrigation water, sediment, stem roots, leaves, and rice plants. Heavy metal analysis on the sample was carried out using the AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) method. The results of the analysis of heavy metal concentrations that are distributed to the environment show that the plants that are the highest are 2,470 ppm, then sediment is 1,161 ppm, and irrigation water is 0.235 ppm. The highest accumulation of heavy metal Cr in the planting section of rice was consecutively in the grain > leaves > roots > stems. Results of the analysis of the BCF value of rice plant were categorized as a moderate accumulator plant, while the analysis of the TF value of rice plant was categorized as a phytoextraction plant. Health risk analysis HQ > 1, which means that rice from all stations is hazardous to health. Rice and water samples exceeded the established quality standard threshold, except for sediment which was still at a critical level.
Relation Between Chromium Contaminant Profile and Mollusk Community Structure In Opak River: HUBUNGAN PROFIL CEMARAN KROMIUM DENGAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA DI SUNGAI OPAK Geraldine Apriceline Ma'dika; Djoko Raharjo; Kisworo Kisworo
Biospecies Vol. 14 No. 1 (2021): Biospecies, January 2021
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/biospecies.v14i1.11970

Abstract

The used of chromium (Cr) in tannery industrial area in Banyakan Village, Piyungan has been proven to pollute river components and the mollusk community structure. From the results, chromium was found in water with a concentration range of 0.0004 - 0.975 mg/L with an average concentration of 0.053 mg/L. While in sediments with a range of 0,0004 - 2,730 mg/kg with a average concentration of 1,015 mg/kg. Chromium in mollusk was found with range of 0.0004 - 2.761 mg/kg with an average of 1.065 mg/kg. From the identification of the mollusk community, it was found 19 species and 2 classes of mollusks, which is Gastropods and Bivalvia. Sulcospira testudinaria became the highest chromium accumulation in all species (1,555 mg/kg). The results of the correlation test between the chromium concentration in water and sediment and chromium concentration in mollusks did not have a significant effect.
ANALISIS RISIKO KESEHATAN MERKURI DALAM IKAN YANG DI PASARKAN DI KAWASAN TELUK KAO HALMAHERA UTARA: Health Risk Analysis of Mercury In Fish Marketed in the Kao Bay Area North Halmahera Kristin Natalia H Makahenggang; Djoko Rahardjo; Kisworo Kisworo
Biospecies Vol. 15 No. 2 (2022): July 2022
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/biospecies.v15i2.14468

Abstract

Penelitian analisa risiko kesehatan merkuri dalam ikan yang dipasarkan di kawasan teluk Kao bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi merkuri pada ikan, pola konsumsi dan laju asupan merkuri pada masyarakat konsumen serta identifikasi potensi risiko kesehatan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan JuliĀ  tahun 2021 pada pasar-pasar tradisional dikawasan teluk Kao dan Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Sampel ikan yang diambil pada setiap pasar meliputi 6 spesies ikan yaitu : Katsuwonus pelamis, Nemipterus sp, Caranx ciliarus, Leiognathidae, Upeneus moluccensis Blkr dan Lates calcarifer. Penelitian dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu pengambilan sampel di lapangan, preparasi sampel dan analisis merkuri dan analisis data. Analisis sampel menggunakan Mercury Analyzer. Terdapat 90 responden dan masing-masing kecamatan diambil 30 responden dengan menggunakan instrumen kuesioner dilakukan interview untuk mengetahui pola konsumsi ikan masyarakat di lokasi penelitian. Data dianalisis secara diskpritf kualitatif dan kuantitatif dengan korelasi-regresi untuk mengetahui hubungan antara faktor risk agent dengan risiko kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa semua spesies ikan yang diambil dari pasar tradisional Teluk Kao dan Kecamatan Tobelo telah terkontaminasi merkuri dengan kisaran 0,1-5,4 mg/kg (rata-rata sebesar 1,49 mg/kg) dan telah melebihi dari standar baku mutu yang ditetapkan sebesar 1,0 mg/kg. konsentrasi merkuri dipengaruhi oleh lokasi pengambilan sampel dan spesies ikan. Berdasarkan lokasi pengambilan sampel konsentrasi tertinggi di temukan pada kecamatan Tobelo sebesar 1,5 mg/kg dalam, kecamatan Malifut 1,4 mg/kg dan kecamatan Kao 1,0 mg/kg. Berdasarkan dengan spesies ikan kosentrasi merkuri tertinggi ditemukan dalam spesies Caranx ciliarusĀ  5,4 mg/kg, Katsuwonus pelamis sebesar 4,7 mg/kg, spesies Katsuwonus pelamis sebesar 4,0 mg/kg dan terendah ditemukan pada spesies Katsuwonus pelamis sebesar 2,7 mg/kg. Terdapat perbedaan pola konsumsi ikan pada kedua kecamatan dimana pada kecamatan Kao memiliki pola konsumsi lebih tinggi sebesar 780 g dibandingkan kecamatan Malifut 541 g, dan laju asupan pada kecamatan Kao lebih besar 0,0042 g/hari dan kecamatan Malifut 0,0026 g/hari. Pola konsumso olan terkontaminasi merkuri oleh masyarakat teluk Kao tidak aman dan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan dengan nilai risk quotient (RQ) semuanya diatas batas aman yang ditetapkan oleh WHO yaitu RQ 1
Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Pantai Jungwok, Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta Elisabet Suharti Soleman; Kisworo Kisworo; Aniek Prasetyaningsih
Jurnal Agrohut Vol 14 No 1 (2023): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v14i1.167

Abstract

Pantai Jungwok merupakan sebagai salah satu objek ekowisata pantai yang terletak Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di kabupaten Gunungkidul. Pantai ini memiliki potensi wisata yang sangat indah dengan ciri khas pasir putih dan bentuk pesisir pantai yang melengkung yang dapat memanjakan mata bagi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Jungwok. Pengembangan Pantai Jungwok sebagai destinasi wisata belum dapat berjalan dengan baik karena berbagai permasalahan yang pasti berkaitan dengan kondisi internal dan eksternal yang terjadi di sekitar Pantai Jungwok. Pada penelitian ini dilakukan untuk merancang strategi untuk pengembangan Pantai Jungwok melalui analiss SWOT dengan merumuskan strategi untuk membandingkan faktor eksternal yaitu peluang (opprtunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses). Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan hasil dokumentasi, sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari studi literatur yang terkait. Dari hasil penelitian, strategi yang dirancang yaitu mendorong pengembangan suatu kawasan wisata dalam membentuk para pemandu wisata, mengadakan pelatihan untuk pokdarwis, melakuan promosi yang maksimal dan yang menarik wisatawan untuk berkunjung, melengkapi dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana serta infrastruktur, membentuk kelompok atau lembaga dalam pengelolaan ekowisata, memperbanyak populasi vegetasi di sekitar pantai, Tetap menjaga biota laut jenis lobster dengan tidak merusak ekosistemnya sehingga tidak terancam kepunahan dan Pemeliharaan serta pengelolaan objek wisata yang bertanggung jawab dari masyarakat setempat. Untuk itu proses pengembangan potensi wisata pantai Jungwok memerlukan banyak dukungan baik dari pemerintah, masyarakat sekitar, serta dari wisatawan itu sendiri.