Muhammad Irfan
Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS KONTRAKSI (25%, 50% DAN 75%) DARI NILAI KONTRAKSI MAKSIMAL PADA TEKNIK CONTRACT RELAX TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING Masrum Syam; I Made Muliarta; Muhammad Irfan; Nyoman Adiputra; Wayan Weta; Ali Imron
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.699 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p03

Abstract

Hamstring adalah salah satu otot yang paling sering mengalami pemendekan dan kerap kali menjadi pemicu terjadinya keluhan lain pada tubuh seperti low back pain, plantar facitis, knee pain dan sebagainya hingga perlu dilakukan pemanjangan otot hamstring guna mengurangi resiko timbulnya keluhan di regio lain. Penelitian ini adalah bentuk penelitian eksperimental yang akan menguji efektivitas dari besaran kontraksi 25%, 50%, dan 75% pada teknik contract relax untuk meningkatkan fleksibilitas kelompok otot hamstring. pada penelitian ini sampel akan dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok pertama diberikan teknik contract relax dengan besaran kontraksi 25% untuk meningkatkan fleksibilitas otot hamstring, kelompok kedua diberikan teknik contract relax dengan besaran kontraksi 50% untuk meningkatkan fleksibilitas otot hamstring, dan kelompok ketiga diberikan teknik contract relax dengan besaran kontraksi 75% untuk meningkatkan fleksibilitas otot hamstring. Penelitian ini mengukur nilai fleksibilitas hamstring pada sebelum intervensi dan setelah intervensi sehingga sampel hanya akan mendapatkan 1 sesi intervensi. Sampel diukur fleksibilitas hamstringnya menggunakan sit and reach test pada sebelum intervensi kemudian dilakukan intervensi sesuai dengan pengelompokan yang telah dibagi kemudian setelah selesai dilakukan intervensi, sampel melakukan pengukuran kembali untuk mendapatkan nilai hasil intervensi. Hasil uji hipotesis Grup I (25%) menunjukkan nilai rerata pada sebelum intervensi 9,74(±3,38) dan nilai rerata pada setelah intervensi 16,00(±3,05), pada uji hipotesis Grup II (50%) menunjukkan nilai rerata pada sebelum intervensi 10,05(±2,68) dan nilai rerata setelah intervensi 16,42(±3,23), dan pada hasil uji hipotesis Grup III (75%) menunjukkan nilai rerata sebelum intervensi 9,66(±2,72) dan nilai rerata setelah intervensi 15,16(±2,95), dengan nilai probailitas pada ketiga Grup adalah 0,000 yang artinya (p<0,05) dan dinyatakan ada perbedaan yang signifikan dari ke tiga intervensi tersebut. Pada uji hipotesis IV dilakukan perbandingan hasil pada grup I, II, dan III, dengan menggunakan one way anova dengan hasil rerata Grup I 16,00(±3,05), Grup II 16,42(±3,23), dan Grup III 15,16(±2,95) dengan nilai probabilitas (p=0,442) yang artinya (p>0,05) dan dapat dinyatakan secara analisis statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara ke tiga intervensi yang dilakukan.Kata kunci: PNF, Contract-relax, hamstring, fleksibilitas, S-EMG
KOMBINASI PERCEPTUAL MOTOR PROGRAM DAN NEURODEVELOPMENTAL TREATMENT LEBIH BAIK DARIPADA KOMBINASI KINESIOTAPING DAN NEURODEVELOPMENTAL TREATMENT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DUDUK PENDERITA CEREBRAL PALSY Listya Triandari; Ketut Tirtayasa; Muhammad Irfan; Desak Made Wihandani; Bagus Komang Satriyasa; Sugijanto -
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.2, Mei 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.583 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i02.p04

Abstract

One of the deviation on brain growth was cerebral palsy (CP). The problem in cerebral palsy patient was inability to sitting. The aim of this study is to prove that additional of perceptual motor program is better than kinesiotaping in neurodevelopmental treatment in improving ability sitting in cerebral palsy patients. The method of study was pre and post test design. Fourteen cerebral palsy children with quadriplegi type that unable to sit as the sample in this study. The samples divided into two group that was group I (perceptual motor program and neurodevelopmental treatment) and group II (kinesiotaping and neurodevelopmental treatment). The intervention was applied in 60’ per session, twice session per week for 12 weeks. The score of measurement was measured by Level of Sitting Scale (LSS). The result of research showed (1) improvement of the LSS score in the group I as pre test 1.86 ± 0.69 and post test 4.00 ± 0.82, (2) improvement of the LSS score in the group II as pre test 2.00 ± 0.82 and post test 2.86 ± 1.07, (3) there was significance difference of the LSS score between group I and II with p = 0.029 (p < 0,05). It was concluded that the combination of perceptual motor program and neurodevelopmental treatment was better than the combination of kinesiotaping and neurodevelopmental treatment in increase sitting ability in cerebral palsy patients.