Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Ronggolawe Fisheries and Marine Science Journal

Kedalaman Pengerukan Kolam Dermaga TPI Palang Berdasarkan Chart Datum IHO Wisnu Ardiansyah; Agus Mahardika; Perdana Ixbal Spanton; Marita Ika Joesidawati
MIYANG Vol 1 No 1 (2021): November (2021): Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine, Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.908 KB) | DOI: 10.55719/j.miy.v1i1.366

Abstract

Penentuan chart datum dengan menggunakan komponen pasang surut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman kolam dermaga. Kolam dermaga TPI Palang sering digunakan sebagai tempat tambat labuh kapal perikanan, tetapi sering terjadi kapal tersebut kandas sebelum masuk dermaga. Jenis kapal perikanan yang ada di lokasi kolam dermaga TPI Palang adalah kapal payang dengan draf kapal sedalam 2 m. Kedalaman hasil pengukuran kolam dermaga pada bulan Juli 2017 sebesar 8 m. sedangkan kedalaman berdasarkan peta batimetri sebesar 12 m. Perairan Palang Kabupaten Tuban terdapat di laut utara Jawa Timur merupakan jenis perairan terbuka maka penentuan kedalaman dermaga ditentukan berdasarkan keadaan perairan adalah 1,2 x draf kapal yaitu 2,4 m. Metode metode least square dan metode admiralty digunakan untuk membandingkan metode terbaik dalam perhitungan komponen pasang surut Data pasang surut yang digunakan adalah Agustus 2016- Juli 2017 yang diperoleh dari BIG. Tipe pasang surut Perairan Palang adalah diurnal, dengan nilai F untuk pengolahan dengan admiralty sebesar 5.160 dengan pengolahan least square sebesar 5.167. Koefisian korelasi komponen pasang surut dengan pengolahan admiralty terjadi pada K1-MS4 sebesar 0.792, sedangkan dengan least square terjadi pada K1-M4 sebesar 1,6. Hasil perhitungan komponen pasang surut dari least square digunakan untuk menentukan nilai chart datum. Chart datum IHO (International Hidrographic Organization) yang dijadikan sebagai referensi dasar perhitungan kedalaman kolam dermaga TPI Palang. Hasil menunjukkan bahwa kedalaman yang dibutuhkan perairan Palang dalam kondisi eksisting (8 m) masih membutuhkan pengerukan antara 0,033 - 1, 071 m. Namun untuk memenuhi standar kolam dermaga maka kedalaman yang dibutuhkan sebesar 13,071 m (dari LWS) sampai 13,557 m (dari LLWS) yang berarti pengerukan kolam dermaga antara ± 4.
Gambaran Kualitas Air dan Keberlanjutan Budidaya Kerang Hijau di Karamba Jaring Apung di Perairan Laut Banyuurip Melalui Studi Literatur dan Lokakarya Pemangku Kepentingan: Description Water Quality and Sustainability Mariculture of Perna Viridis in Floating Net Cage in Banyuurip Sea Waters Through Literature Studies and Stakeholder Workshops Marita Ika Joesidawati; Suwarsih Suwarsih
MIYANG Vol 2 No 1 (2022): April (2022): Sosial Ekonomi Wilayah Pesisir dan Laut
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine, Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.389 KB) | DOI: 10.55719/j.miy.v2i1.419

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan lahan di sekitar perairan laut Banyuurip pantai utara Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur terhadap kualitas air dan keberlanjutan budidaya laut kerang hijau (Perna viridis) sistem (karamba Jaring Apung (KJA) di sekitar perairan laut Banyuurip melalui sintesa literatur yang ada saat ini, lokakarya pemangku kepentingan, dan pokmaswas “sadar wisata” Banyuurip yang mengelola area studi kasus. Permasalahan kualitas air menjadi salah satu kendala untuk budidaya laut kerang hijau dengan sistem KJA dan mengeksplorasi bahwa penggunaan lahan saat ini diprediksi akan mempengaruhi keberlanjutan budidaya laut kerang hijau dengan KJA. Pencemaran perairan akibat pembuangan limbah pertanian, tambak, dan pemukiman penduduk sangat berpengaruh pada kegiatan budidaya laut kerang hijau. Standar kualitas perairan untuk kegiatan budidaya perikanan digunakan sebagai acuan, sehingga kerang hijau yang dibudidayakan dapat dikonsumsi manusia secara aman. Pencemaran lain yang mempengaruhi budidaya laut kerang hijau di perairan banyuurip ini antara lain padatan tersuspensi dari muara sungai dan masukan nutris berlebih dari ekosistem mangrove. Evaluasi kemungkinan terjadi perubahan penurunan kualitas air dengan mengeksplorasi berbagai skenario masa depan, dengan mempertimbangkan kebijakandan tren penggunaan lahan termasuk pertanian regeneratif dan intensif. Penggunaan energi terbarukan, penghijauan, pembangunan perkotaan dan perubahan iklim. Hasil menunjukkan Perlu adanya sinergitas antara sistem produksi pangan berbasis lahan dan perairan dengan pengaturan tata ruang penggunaan lahan secara berkelanjutan.
Dinamika Distribusi Spasial-Vertikal Massa Air di Jalur Barat dan Timur Arlindo pada Musim Barat: Dynamics of the Spatial-Vertical Distribution of Water Masses in the West and East Indonesian Throughflow Routes in the Wet Season Amir Yarkhasy Yuliardi; Luhur Moekti Prayogo; Marita Ika Joesidawati
MIYANG Vol 2 No 2 (2022): November (2022): Produktivitas Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine, Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55719/jmiy.v2i2.532

Abstract

Perairan timur Indonesia merupakan jalur Arus Lintas Indonesia (Arlindo) yang merupakan bagian dari sirkulasi massa air global. Arlindo memiliki dua jalur utama, jalur barat dan jalur timur yang berperan penting dalam mentransfer properti massa air dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia. Indonesia yang memiliki batimetri kompleks menyebabkan terjadi dinamika pada jalur Arlindo. Untuk mengungkap dinamika massa air yang terjadi secara spasial dan vertikal pada jalur Arlindo, telah dilakukan kegiatan penelitian dengan memanfaatkan data reanalysis dengan paramater suhu dan salinitas. Data suhu dan salinitas ini didapatkan dari 9191 titik yang tersebar pada 115 – 140 BT dan 10 LU – 12.5 LS. Analisis dinamika distribusi spasial mencakup perairan timur Indonesia pada kedalaman 0 m, 250 m dan 500 m. Analisis dinamika distribusi vertikal kolom air pada jalur barat dan timur Arlindo yang diwakilkan masing-masing 4 stasiun pengamatan pada wilayah yang signifikan dilalui oleh Arlindo. Hasil analisis menunjukkan suhu dan salinitas terdistribusi dari perairan utara Papua masuk ke perairan Indonesia. Suhu yang hangat teridentifikasi sebagai kolam air hangat Pasifik barat. Distribusi vertikal massa air terstratifikasi kedalam tiga lapisan, lapisan tercampur, lapisan termoklin/haloklin dan lapisan dalam. Terjadi penurunan nilai salinitas pada stasiun-stasiun di Samudera Pasifik dengan ciri salinitas tinggi yang semakin tereduksi seiring memasuki perairan Indonesia. Teridentifikasi beberapa jenis massa air, South Pacific Subtropical Water (SPSW) dan North Pacific Subtropical Water (NPSW) pada lapisan termoklin dari Samudera Pasifik. Terdapat pula massa air asli pada laut banda, massa air laut jawa pada permukaan yang menawarkan lapisan permukaan dan jejak massa air dari Samudera Hindia.