Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PEMODELAN PERUBAHAN IKLIM DAERAH KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN MAGICC/SCENGEN Joesidawati, Marita Ika
9-772301-994005
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemodelan perubahan iklim memerlukan komputasi yang berat dan rumit sehingga awal perkembangannya hanya terbatas pada beberapa institusi saja. Salah satu perangkat generator skenario iklim yang banyak digunakan adalah MAGICC/SCENGEN (Hulme et al., 2000). Perangkat lunak dan algoritma dalam MAGICC (Model for the Assessment of Green -house gas-Induced Climate Change) sama dengan yang digunakan dalam proyeksi suhu dan paras air laut di dalam Laporan Kajian Ketiga dari Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC, 2001). Sedangkan SCENGEN ( Spatial Climate-Change Scenario Generator ) merupakan algorithma untuk menghasilkan skenario perubahan iklim regional dengan resolusi 2.5°×2.5° lintang dan bujur.Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat perubahan iklim (temperatur udara dan curah hujan) Indonesia dengan simulasi model MAGICC-SCENGEN (Model sirkulasi global CCSR/NIES Jepang, dan CSIRO Australia) dengan skenario A2-AIM dan B2-AIM.Perubahan suhu rata - rata global berdasarkan skenario A2-AIM dan B2 AIM meningkat secara linier. Kedua skenario dengan tingkat focus yang berbeda meskipun untuk wilayah yang sama menunjukkan laju yang berbeda. Hal ini menegaskan terjadinya kenaikan suhu rata-rata untuk masa yang akan datangKabupaten Tuban menghasilkan pola yang berbeda dan tidak teratur. Secara umum model memproyeksikan kenaikan presipitasi yang cukup tinggi pada bulan -bulan basah (Desember – Februari) dan pada bulan-bulan peralihan antar musim (Maret – Mei dan September –November), namun perubahan presipitasi relatif sedikit meningkat atau menurun pada bulan-bulan kering.Terjadinya kecenderungan kenaikan presipitasi pada bulan basah seperti yang diperlihatkan oleh oleh hasil pemodelan
KAJIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR (STUDI KASUS : KABUPATEN TUBAN) Joesidawati, Marita Ika
-
Publisher : Fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan Alam. Universitas Pakuan.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.284 KB)

Abstract

Perubahan iklim menjadi kajian yang penting  dan sangat menarik pada beberapa  tahun terakhir, karena mengakibatkan kenaikan suhu udara dan kenaikan muka air laut. Tujuan  makalah ini adalah untuk mengkaji model dan skenario iklim yang sesuai diterapkan  sehingga dapat menggambarkan adanya perubahan iklim khususnya wilayah lokal dan  mengembangkan analisis dampak kenaikan muka air laut di kawasan  pesisir. Dalam Makalah ini pemodelan iklim menggunakan perangkat lunak  MAGICC/SCENGEN 5.3(Model sirkulasi global CSIRO, dengan skenario A2-AIM dan B2-AIM) sedangkan kenaikan muka  laut dengan memanfaatkan data Data Sea Level Anomaly dari satelit Altimeter Jason 1A. Hasil pemodelan proyeksi perubahan suhu rata-rata dan perubahan  presipitasi bulanan menunjukkan pola yang teratur meningkat secara linier dan Berdasarkan trend kenaikan nilai SSHA dari satelit altimetri Jason-1 yang diekstraksi dari hasil interpolasi lintasan satelit diperoleh rata-rata kenaikan muka laut relatif selama 7 tahun (2002-2009) sebesar 11,1 mm/tahun. Skenario yang sesuai dengan kondisi daerah pesisir Kabupaten Tuban adalah skenario B2AIM. Hasil  pemodelan MAGICC sesuai dengan skenario B2AIM menunjukkan laju rata-rata kenaikan muka air laut dari tahun 1990-2050 adalah sebesar 0.61 meter.  Hasil pemodelan SCENGEN sesuai dengan skenario B2AIM, menunjukkan perubahan curah hujan yang cukup besar pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober, dan perubahan kenaikan temperatur hasil pemodelan SCENGEN yaitu sebesar 0.19⁰C  1.56⁰C  pada tahun 2050.  Kata kunci : Perubahan Iklim, Kenaikan Muka Laut, Magicc/Scengen, Data  Altimetri Jason-1A
INDICATION OF SEA WATER INTRUSION AS ONE OF THE IMPACT OF SEA LEVEL RISE (CASE STUDY OF TUBAN REGENCY) Joesidawati, Marita Ika
AQUASAINS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Perikanan dan Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.547 KB)

Abstract

Dampak kenaikan permukaan air laut (sea level rise/SLR)  di pesisir Kabupaten Tuban diprediksi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kemunduran garis pantai, penggenangan, dan intrusi air laut.   Untuk mengetahui gejala intrusi air laut yang terjadi di pesisir Kabupaten Tuban ini diperlukan  pemetaan sebaran air tanah asin hingga payau. Penelitian dilakukan dengan mengambil air sampel pada 100 titik di  beberapa sumur gali maupun sumur bor yang tersebar pada akuifer dangkal dan dalam di 5 Kecamatan yang ada di kabupaten Tuban yang meliputi kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang dengan jarak 200 -300 m dari garis pantai. Selanjutnya  air sampel yang diambil dilakukan pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL). Hasil nilai pengukuran DHL kemudian di bentuk peta sebaran nilai DHL untuk mengetahui klasifikasi tingkat keasinan air tanah yang ada di daerah pesisir Kabupaten Tuban. Selanjutnya sampel dianalisa di laboratorium untuk mengetahui kandungan ion Carbonat (CO3), Bicarbonat (HCO3), Khlorida (Cl).  Indikasi adanya penyusupan air laut ditentukan berdasarkan nilai perbandingan kadar ion Khlorida (Cl) terhadap jumlah ion karbonat (HCO3-1 + CO3-2). Peta sebaran nilai DHL di Kabupaten Tuban antara 900-1500 (sifat air: air tawar) yaitu Kecamatan Bancar, Jenu, Tuban, sedangkan <1500 – 1800 (sifat air: air agak payau) yaitu Jenu, Tambakboyo, Bancar. Tingakt intrusi yang terjadi kategori sedikit dan sedang yaitu hamper di 4 kecamatan pantai (Bancar, Tambakboyo, Jenu, Palang) sedang kecamatan Tuban masih air tawar. Nilai DHL lebih dari 1500 µS/cm terdapat  di empat kecamatan (Bancar, Tambakboyo, sebagian Jenu, dan palang). Wilayah tersebut memiliki jarak dengan laut cukup dekat, namun pada beberapa tempat dilokasi tersebut juga masih ditemukan kondisi air yang tidak asin. Daerah sebaran air tanah agak payau menempati akuifer berupa lempung pasiran yang merupakan endapan alluvial dengan permeabilitas umumnya rendah dan topografi permukaan tanah datar hingga landai, sehingga sangat rentan terhadap intrusi air laut. Air tanah agak payau didominasi oleh akuifer berupa pasir gampingan hingga lempung gampingan, namun sebagian juga masih masuk ke dalam sistem akuifer endapan alluvial. Selain perbedaan sistem batuan penyusun akuifer jarak antara sumur dengan air laut juga menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan tingkat keasinan air tanah.
KAJIAN KUALITAS AIR SEBAGAI DASAR PEMETAAN LOKASI BUDIDAYA LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN TUBAN-JAWA TIMUR Joesidawati, Marita Ika
Techno-Fish Vol 2, No 2 (2018): JURNAL TECHNO-FISH
Publisher : Universitas Dr. Soetomo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.676 KB) | DOI: 10.25139/tf.v2i2.912

Abstract

Perairan pantai Kabupaten Tuban merupakan salah satu perairan yang terletak di pantai Utara Jawa Timur. Adanya aktifitas pemukiman yang semakin padat, adanya limbah industri dan aktivitas Pelabuhan yang ada, dikhawatirkan bisa menurunkan kualitas perairan pantai kabupaten Tuban. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kualitas air perairan pantai kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada waktu musim kemarau pada tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air perairan pantai Tuban telah mengalami penurunan. Pada beberapa lokasi terlihat kekeruhan, COD, nitrit, fosfat, Natrium, TSS, Hg dan Cd telah melebihi ambang batas.
PELATIHAN PRODUKSI GARAM RAKYAT DENGAN METODE TUNNEL BERSIRIP Joesidawati, Marita Ika; Suwarsih, Suwarsih
Jurnal Ilmiah Abdi Mas TPB Unram Vol 1, No 2 (2019): Volume 1 Nomor 2 Juli 2019
Publisher : Teknik Pertanian Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/amtpb.v1i2.26

Abstract

Produksi garam krosok di Tuban terletak di desa Pliwetan Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, daerah ini merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan dan perbaikan produksi garam. Luas wilayah produksi garam di desa pliwetan 31,4 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km². Permasalahan yang dihadapi mitra antara lain: 1) Bahan baku yang masih mengandung kotoran dan lumpur  sehingga mutu garam masih rendah. 2) Tehnologi Produksi yang konvensional 3) Faktor eksternal yang mempengaruhi produksi garam yaitu curah hujan yang tinggi yang dapat menurunkan hasil panen garam. Kegiatan ini bertujuan ini bertujuan untuk membantu mitra (pembuat garam rakyat) dalam mengatasi permasalahnya sehingga solusi penerapan TTG yang ditawarkan adalah pembuatan model tunnel bersirip untuk meningkatkan garam grosok produksi mitra tanpa terkendala cuaca yang tidak bersahabat. Sedangkan solusi lain yang ditawarkan antara lain: penyuluhan dan pengenalan produksi garam krosok dan pelatihan produksi garam dengan metode tunnel bersirip. Hasil menunjukkan pelatihan produksi garam dengan metode tunnel bersirip ini mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi mitra terutama mereka tetap , namun tetap harus ada campur tangan pemerintah untuk memberi bantuan dalam pembuatan sirip metode tunnel bersirip.
Uji Kinerja Alat Pengasapan Ikan “EFHILINK” Joesidawati, Marita Ika; Suwarsih, Suwarsih; Nuruddin, Abdul Wahid
FISHERIES : Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan Vol 1, No 2 (2019): Oktober
Publisher : Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/fisheries.v1i2.18

Abstract

Metode pengasapan ikan yang digunakan oleh pengolah ikan asap di Kabupaten Tuban masih sangat tradisional dan masih dengan peralatan sederhana. Kapasitas produksi ikan asap juga masih sangat rendah dan belum memenuhi standard SNI. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan membuat dan melakukan uji coba alat pengasapan. Parameter yang diukur untuk menguji kenerja alat pengasapan ini lama pengasapan untuk menghasilkan kualitas ikan asap yang sesuai standar SNI, jumlah bahan bakar terpakai, suhu pengasapan, kelembaban ruang pengasapan dan kadar air ikan asap yang dicapai, dan volume asap cair yang dihasilkan. Untuk mengetahui hasil uji kinerja alat pengasapan dilakukan pengamatan organoleptik terhadap tingkat kesukaan (uji kesukaan). Hasil uji coba  menunjukkan suhu dan kelembaban dalam ruang pengasapan cenderung berbeda antar tiap rak dengan membentuk pola yang hampir serupa. Design alat yang tertutup menyebabkan produksi dan penyebaran asap lebih merata.  Sisa bahan bakar yang dihasilkan selama pembakaran 3 jam mencapai 50% dan  masih dapat digunkan 5-6 jam lagi. Kadar air  ikan asap (Ikan Tongko) sesuai SNI yaitu 60%. Uji organoleptik rata-rata diatas 3  (suka)  dan volume asap cair sebanyak 50 ml selama proses pengasapan 3 jam
KAJIAN KUALITAS AIR SEBAGAI DASAR PEMETAAN LOKASI BUDIDAYA LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN TUBAN-JAWA TIMUR Joesidawati, Marita Ika
Techno-Fish Vol 2 No 2 (2018)
Publisher : Universitas Dr Soetomo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/tf.v2i2.912

Abstract

Perairan pantai Kabupaten Tuban merupakan salah satu perairan yang terletak di pantai Utara Jawa Timur. Adanya aktifitas pemukiman yang semakin padat, adanya limbah industri dan aktivitas Pelabuhan yang ada, dikhawatirkan bisa menurunkan kualitas perairan pantai kabupaten Tuban. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kualitas air perairan pantai kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada waktu musim kemarau pada tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air perairan pantai Tuban telah mengalami penurunan. Pada beberapa lokasi terlihat kekeruhan, COD, nitrit, fosfat, Natrium, TSS, Hg dan Cd telah melebihi ambang batas.
PEMODELAN PERUBAHAN IKLIM DAERAH KABUPATEN TUBAN MENGGUNAKAN MAGICC/SCENGEN Marita Ika Joesidawati
Agriekonomika Vol 1, No 1: April 2012
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agriekonomika.v1i1.352

Abstract

ABSTRAKModeling of climate change requires heavy and complicated computing; it is not surprising that early development is limited just for a few institutions. One of climate scenario device of MAGICC/SCENGEN is widely used. This study aims to determine the rate of Indonesia climate change (temperature and precipitation) with the MAGICC model simulations-SCENGEN (global circulation models CCSR / NIES Japan, and the CSIRO Australia) with the scenarios A2 and B2-AIM-AIM. Global average temperature change based on A2-AIM and B2 AIM increase linearly.  Both scenarios on different focus and same region show different rate. This confirms the increase of the average temperature for the future and Tuban shows different and irregular patterns. In general, the model projected increase in precipitation is quite high in the wet months (December to February) and the transitional months between seasons (March-May and September-November) but precipitation changes is decreases in the dry months. Modeling results indicates precipitation tends to increase in wet month.Keywords:Climate change, MAGICC/SCENGEN.
PENILAIAN KERENTANAN PANTAI DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN TUBAN TERHADAP ANCAMAN KERUSAKAN Marita Ika Joesidawati
Jurnal Kelautan Vol 9, No 2: Oktober (2016)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v9i2.1667

Abstract

Analisa Kerentanan Pantai ini dilakukan di wilayah pesisir pantai utara Jawa Timur khususnya Kabupaten Tuban  dengan panjang pantai 65 km. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pengolahan data penginderaan jauh untuk penentuan parameter terkait CVI (Coastal Vulnerability Index) terhadap ancaman kerusakan dan  untuk mengetahui tingkat kerentanan pantai yang diperlukan untuk merumuskan langkah-langkah mitigasi dalam meminimalkan dampak kerusakan pantai. Langkah dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan hidro-oseanografi dan data geologi dan informasi dari kerusakan pesisir dari data sekunder dan survey lapangan secara langsung. Pemanfaatan data penginderaan jauh dari satelit sensor optis serta sistem informasi geografis dapat memberikan informasi spasial sebagian besar parameter-parameter yang diperlukan dalam perhitungan Indeks Kerentanan Pantai. Parameter indeks kerentanan pantai (Coastal Vulnerability Index/CVI) yang digunakan dalam pembobotan Kerentanan pantai  terhadap ancaman kerusakan menggunakan 10  variabel fisik pantai, yaitu: (1). Geomorfologi pantai (GF),  (2) Ketinggian Permukaan Tanah (Elevasi/E), (3) Tunggang pasut (Tidal Range) rata-rata (TR),(4) Tinggi Gelombang Signifikan (SHW) (5) Kenaikan Muka Air Laut Relatif (SLR), (6) Perubahan Garis Pantai (PGP), (7) Penggunaan Lahan (PL), (8) Litologi (L), (9)  Luas Kerusakan Pantai (KP), (10) Lebar sabuk hijau (SH). Pengelompokan kelas dilakukan dengan membaginya berdasarkan persen dengan kisaran antar kelas 20%. Nilai yang kurang dari sama dengan 20% termasuk kelas tidak rentan, 20% – 40% termasuk dalam kelas kurang rentan, 40% – 60% kelas sedang, 60% – 80% masuk dalam kelas rentan, dan lebih dari 80% masuk  kelas sangat rentan. Berdasarkan hasil survey, perhitungan dan analisa terhadap seluruh data, diperoleh nilai CVI wilayah pesisir pesisir utara Kabupaten Tuban  yang terdiri dari 5  Kecamatan pantai dikelompokkan menjadi 4 kategori kerentanan terhadap ancaman kerusakan, yaitu: kerentanan sangat tinggi (220-275), kerentanan tinggi (165-220), kerentanan sedang (110-165), dan  kurang rentan (55-110). Kecamatan Bancar termasuk dalam 4 kategori yaitu kurang rentan sampai sangant rentan, Kecamatan Jenu termasuk daerah yang rentan dan sangat rentan, Kecamatan Palang dan Tambakboyo pada kategori sedang sampai sangat rentan, sedangkan Tuban termasuk pada daerah sedang dan rentan.Kata Kunci : kerentanan pantai,  CVI, Inderaja dan SIG, ancaman kerusakan VULNERABILITY ASSESSMENT OF TUBAN DISTRICT COASTAL AREAS TO THE DAMAGING THREAT Coastal Vulnerability analysis was conducted in the northern coast of East Java, especially in Tuban with a coastline ca. 65 km. This research aims to develop remote sensing data processing method for the determination of parameters related to CVI (Coastal Vulnerability Index) against the damaging threat and to determine the level of vulnerability of the coast needed to formulate mitigation measures to minimize the impact of damage to the beach. Steps of this research is to collect oceanographic and hydro-geological data and information from damaged coastal from secondary data and field survey. Utilization of remote sensing data from satellites as well as the optical sensor geographic information systems can provide spatial information most of the parameters required in the calculation of Coastal Vulnerability Index. Parameter of coastal vulnerability index (CVI) that is used in weighting the beach Vulnerability to threats of physical damage using 10 variables, namely: (1). Coastal geomorphology (GF), (2) Elevation (E), (3) Stables tide (Tidal Range) Average (TR), (4) Significant Wave Height (SHW) (5) Sea Level Rise relative (SLR), (6) Changes in Coastline (PGP), (7) Land Use (PL), (8) lithology (L), (9) area of Damage Coast (KP), (10) The width of the green belt (SH). Grading is done by dividing by percent with a range between 20% grade. Values less than or equal to 20%, classes as is not vulnerable, 20% - 40% is included in the class of less susceptible, 40% - 60% of the classes of moderately vulnerable, 60% - 80% as classes vulnerable, and over 80% go to class very susceptible. Based on survey results, calculation and analysis of all data obtained CVI value of coastal areas north coast of Tuban consisting of 5 Districts beach grouped into four categories of vulnerability to the threat of damage, namely: very high susceptibility (220-275), high susceptibility (165 -220), moderate susceptibility (110-165), and less susceptible (55-110). District of Bancar included in four categories: less susceptible very vulnerable, District Jenu including vulnerable areas and are moderately vulnerable, District Palang and Tambakboyo at moderate to very vulnerable category, while Tuban included in the moderate and vulnerable areas.Keywords: Coastal vulnerability, CVI, Remote sensing and GIS, Damaging threat.VULNERABILITY ASSESSMENT OF TUBAN DISTRICT COASTAL AREAS TO THE DAMAGING THREAT Coastal Vulnerability analysis was conducted in the northern coast of East Java, especially in Tuban with a coastline ca. 65 km. This research aims to develop remote sensing data processing method for the determination of parameters related to CVI (Coastal Vulnerability Index) against the damaging threat and to determine the level of vulnerability of the coast needed to formulate mitigation measures to minimize the impact of damage to the beach. Steps of this research is to collect oceanographic and hydro-geological data and information from damaged coastal from secondary data and field survey. Utilization of remote sensing data from satellites as well as the optical sensor geographic information systems can provide spatial information most of the parameters required in the calculation of Coastal Vulnerability Index. Parameter of coastal vulnerability index (CVI) that is used in weighting the beach Vulnerability to threats of physical damage using 10 variables, namely: (1). Coastal geomorphology (GF), (2) Elevation (E), (3) Stables tide (Tidal Range) Average (TR), (4) Significant Wave Height (SHW) (5) Sea Level Rise relative (SLR), (6) Changes in Coastline (PGP), (7) Land Use (PL), (8) lithology (L), (9) area of Damage Coast (KP), (10) The width of the green belt (SH). Grading is done by dividing by percent with a range between 20% grade. Values less than or equal to 20%, classes as is not vulnerable, 20% - 40% is included in the class of less susceptible, 40% - 60% of the classes of moderately vulnerable, 60% - 80% as classes vulnerable, and over 80% go to class very susceptible. Based on survey results, calculation and analysis of all data obtained CVI value of coastal areas north coast of Tuban consisting of 5 Districts beach grouped into four categories of vulnerability to the threat of damage, namely: very high susceptibility (220-275), high susceptibility (165 -220), moderate susceptibility (110-165), and less susceptible (55-110). District of Bancar included in four categories: less susceptible very vulnerable, District Jenu including vulnerable areas and are moderately vulnerable, District Palang and Tambakboyo at moderate to very vulnerable category, while Tuban included in the moderate and vulnerable areas.Keywords: Coastal vulnerability, CVI, Remote sensing and GIS, Damaging threat.
Organoleptic Test of Smoke Cob Fish (Euthynnus affinis) Using Efhilink Fishing Equipment and A Simple Cabinet Type of Smoking Time Suwarsih Suwarsih; Marita Ika Joesidawati
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 13, No 2 (2020)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.301-309

Abstract

The purpose of this study was to determine how long the tuna smoking process takes and how long the quality of smoked fish lasts by conducting an organoleptic test. The material of this research is the organoleptic test of smoked tuna quality with the Efhilink fish fumigant and the simple cabinet type on smoking time. The method used in this study is an experimental method that is by using corn clams as fuel for smoking cobs. The conclusion of the different treatment of the Efhilink and the simple cabinet type with the analysis results can be seen that the fumigation process that is the fastest produced by the Efhilink rack 1 type fumigator is 56 minutes. This is because the working process of the Efhilink type smoker changes the shape of the smoke produced into liquid smoke by connecting the smoke pipe with the condenser so that the temperature of the Efhilink device can be hotter than the Simple Cabinet-type fumigator, besides that the position of rack 1 is very close to the smoke source. . Whereas the longest smoking process produced by a Simple Cabinet Type 3 rack smoking device is 325 minutes or 5 hours 25 minutes this is due to the working process of the Simple Cabinet Type smoking device which emits the smoke produced through the top funnel, so that the heat produced is lower. than the Efhilink-type fumigator. In addition, the position of shelf 3 is very far from the smoke source. Meanwhile, the best organoleptic test value was produced on day 3 of the two tools. Based on the results of the study, it is suggested that the fumigation process uses the Efhilink smoke device.