Ahmad Jupri
Biology Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Mataram, Mataram 83125, West Nusa Tenggara, Indonesia. Tel.: +62-370 633004

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

INVENTARISASI SPESIES MANGROVE DI TELUK KERTASARI, SUMBAWA BARAT Jupri, Ahmad
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 11, No 3 (2006): October 2006
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.259 KB) | DOI: 10.24002/biota.v11i3.2549

Abstract

Hutan mangrove atau bakau merupakan salah satu bentuk komunitas yang ada di daerah pasang surut dan khas yang mendukung kehidupan biota lain. Hock and Sasekumar (1979) melaporkan adanya primata yang hidup di hutan mangrove. Primata tersebut adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung (Presbytis cristata). Selain itu, jenis-jenis burung, kepiting (Aratus pisonii, Erickson et al., 2004), semut (Oecophylla smaragdina, Offenberg et al., 2004). Selain itu, hutan mangrove ini sangat penting sebagai tempat berbiaknya jenis-jenis invertebrate dan ikan.
PENDAMPINGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN PENANAMAN TANAMAN PERTANIAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU PRODUKSI RUMPUT LAUT DI TELUK EKAS, LOMBOK TIMUR Sunarpi, Sunarpi; Jupri, Ahmad; S. Prasedya, Eka; L. Sunarwidhi, Anggit; Khairina Ilhami, Bq Tri; Apriani, Rizkia; Jihadi, Amrul; Widyastuti, Sri
Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP) Vol. 6 No. 2 (2021): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 6 NO. 2 MEI 2021
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v6i2.11610

Abstract

ABSTRAK Rumput laut merupakan salah satu komoditi laut yang memiliki nilai ekspor karena biota laut ini menghasilkan senyawa hidrokoloid bernilai ekonomi tinggi dan digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan farmasi. Namun demikian, mutu rumput laut Nusa Tenggara Barat (NTB) belum dapat mencapai standar ekspor karena kadar karaginan dan kekerasan gelnya rendah serta memiliki kadar kotoran lebih dari 2%. Artikel ini melaporkan pendampingan budidaya rumput laut yang dirangkai dengan budidaya tanaman pertanian dalam rangka meningkatkan mutu produksi rumput laut dan peningkatan pendapatan pembudidaya rumput laut. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan cara secara bersama melakukan budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma striatum (sakul) dan budidaya tanaman jagung dan cabai yang dimulai sejak bulan Maret sampai bulan September 2020. Selama proses pendampingan budidaya rumput laut, dilakukan pengambilan sampel rumput laut seminggu sekali selama 6 minggu untuk mengukur pertumbuhan dan kadar karaginan. Selama masa tunggu panen rumput laut (45 hari) pembudidaya rumput laut diajarkan berbudidaya tanaman pertanian sebagai penghasilan tambahan sehingga pembudidaya tidak melakukan panen rumput laut sebelum 45 hari. Hasil pengabdian masyarakat ini dapat menyadarkan pembudidaya rumput laut untuk memanen rumput laut pada umur paling cepat 45 hari. Panen rumput laut pada umur tersebut dapat ditunjukkan rendemen berat kering dan karaginan dapat mencapai 22,63% (E. cottonii), dan 38,63% (E. striatum) dan 32,26%. Dengan meningkatnya mutu rumput laut tersebut maka harga jual juga mengalami peningkatan dari harga Rp13.000 – Rp14.000 menjadi Rp20.000 – Rp22.000 per kilogram kering. Akhirnya, peningkatan harga jual per kilogram kering tersebut tentunya dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya rumput laut di Teluk Ekas. Kata kunci: Budidaya rumput laut, mutu rumput laut, budidaya pertanian, kadar karaginan, kekerasan gel. ABSTRACT Seaweed is one of the sea goods with export value as this marine biota produces hydrocolloid compounds with high economic value and used as a raw material for the food and pharmaceutical industries. However, the quality of the algae from West Nusa Tenggara could not meet the export standards, as the carrageenan content and gel hardness are low and contain more than 2% impurities. This article reports on helping seaweed cultivation in conjunction with growing agricultural crops to improve the quality of seaweed production and increase the income of seaweed farmers. The auxiliary activities are carried out by jointly cultivating Eucheuma cottonii and Eucheuma striatum (Sakul) from March to September 2020 and growing corn and chillies. Sampling also conducted every week to measure growth and carrageenan of seaweed. During the waiting period for the algae harvest (45 days), the algae growers are taught to grow agricultural crops as additional income so that the farmers do not harvest the seaweed before 45 days. The results of this community service can alert seaweed growers to harvesting seaweed at the earliest age of 45 days. The algae harvest at this age can show the dry weight yield and carrageenan can reach 22,63% (E. cottonii) and 38,63% (E. striatum) and 32,26%. With the increase in the quality of the algae, the sales price rose from IDR13,000 - IDR14,000 to IDR20,000 - IDR22,000 of dry seaweed per kilogram. After all, increasing the selling price per seaweed dry kilogram will surely increase the incomes of seaweed farmer in Ekas Bay. Keywords: Seaweed cultivation, seaweed quality, agricultural cultivation, carrageenan content, gel hardness.