Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Karakter morfologis dan molekuler udang regang (Macrobrachium sintangense De Man, 1898) dari Daerah Istimewa Yogyakarta Rini Rahmawati; Rury Eprilurahman; Lukman Hakim; Tuty Arisuryanti; Zuliyati Rohmah; Trijoko Trijoko
Jurnal Biologi Udayana Vol 25 No 1 (2021): JURNAL BIOLOGI UDAYANA
Publisher : Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBIOUNUD.2021.v25.i01.p02

Abstract

Macrobrachium genus has many species members and distributed in various countries including Indonesia. One of the species belonging to the Macrobarachium genus that can be found in Indonesia was Macrobrachium sintangense or known as Sunda River Prawn. Identification of this species is important as an effort to expand studies on Sunda River Prawn in the Region of Yogyakarta. Identification of this species was carried out morphologically and molecularly with the 16S gene. The purpose of this study was to determine the morphological and molecular characters of M. sintangense. Morphological identification is done by identifying morphological, morphometric, and meristic characters according to the identification key. Molecular analysis was carried out by isolation, amplification, electrophoresis, and DNA visualization with UV illuminators, DNA sequencing by 1st Base. The results of this study indicate the morphological character of the rostrum slightly curved upwards or like a knife, rounded post antennular carapace, absent preanal carina, pubescene in the proximal half to two thirds of the chela. Morphologically, all samples were identified as members of the genus Macrobrachium. There are eight (8) specimens identifiable to the species level, as M. sintangense. The results of molecular identification of two (2) specimens showed a high similarity value and a close relationship with M. sintangense from GenBank samples and also close relationship with M. sintangense from Tukad Panti, Bali, Indonesia. The conclusion of this research is that morphologically and molecularly, the samples found in the Winongo.
PERILAKU NURI BAYAN (Eclectus roratus) TERHADAP PERUBAHAN KOMPOSISI KOLONI DENGAN USIA YANG BERBEDA Sari Rahmah Handayani; Rini Rachmatika; Siti Nuramaliati Prijono; Zuliyati Rohmah; Suparno Suparno; Umar Sofyani
ZOO INDONESIA Vol 30, No 1 (2021): Juli 2021
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v30i1.4083

Abstract

Penangkaran penting dilakukan untuk mencegah kepunahan burung bayan yang dilindungi dan banyak dimanfaatkan. Pemeliharaan menentukan keberhasilan dari program penjodohan burung. Salah satunya, pola koloni atau pola pasangan. Selain itu, keberhasilan penangkaran tidak lepas dari aspek pakan dan perilaku. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui respon koloni nuri bayan terhadap penambahan bayan jantan dewasa yang ditinjau dari aspek perilaku dan pakan. Variabel yang diamati adalah perilaku harian, preferensi pakan, serta konsumsi pakan koloni nuri bayan sebelum dan setelah penambahan bayan jantan dewasa. Nuri bayan yang digunakan sebanyak enam ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan dan 4 ekor betina. Pengamatan perilaku harian koloni burung bayan dilakukan di Penangkaran Burung, Pusat Penelitian Biologi-LIPI dengan metode scan sampling dan pencatatan dengan metode instantaneous recording. Pengamatan dilakukan selama 16 hari dengan 2 periode, yaitu kontrol dan perlakuan penambahan bayan jantan (8 hari kontrol dan 8 hari perlakuan) mulai pukul 07.30‒15.30 WIB. Penentuan preferensi dan jumlah konsumsi pakan dilakukan dengan penimbangan sisa setiap jenis pakan. Rata-rata suhu dan kelembaban masing-masing pada pukul 07.30 WIB yaitu 25.78 ℃ dan 65.00%, pada pukul 12.00 WIB yaitu 31.65 ℃ dan 42.83%, serta pada pukul 15.30 WIB yaitu 30.65 ℃ dan 44.83%. Koloni burung bayan dengan perlakuan memiliki frekuensi perilaku bertengger, makan, terbang, memanjat, dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan koloni bayan kontrol. Total rata-rata bahan pakan yang dikonsumsi koloni bayan kontrol berdasarkan berat kering sebanyak 145,24 g/koloni/hari, sedangkan pada koloni dengan perlakuan sebesar 154,56 g/koloni/hari. Bahan pakan yang paling disukai oleh koloni bayan adalah jagung dan jumlah konsumsi pakan koloni bayan perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan koloni bayan kontrol.
PERILAKU NURI BAYAN (Eclectus roratus) TERHADAP PERUBAHAN KOMPOSISI KOLONI DENGAN USIA YANG BERBEDA Sari Rahmah Handayani; Rini Rachmatika; Siti Nuramaliati Prijono; Zuliyati Rohmah; Suparno Suparno; Umar Sofyani
ZOO INDONESIA Vol 30, No 1 (2021): Juli 2021
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v30i1.4083

Abstract

Penangkaran penting dilakukan untuk mencegah kepunahan burung bayan yang dilindungi dan banyak dimanfaatkan. Pemeliharaan menentukan keberhasilan dari program penjodohan burung. Salah satunya, pola koloni atau pola pasangan. Selain itu, keberhasilan penangkaran tidak lepas dari aspek pakan dan perilaku. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui respon koloni nuri bayan terhadap penambahan bayan jantan dewasa yang ditinjau dari aspek perilaku dan pakan. Variabel yang diamati adalah perilaku harian, preferensi pakan, serta konsumsi pakan koloni nuri bayan sebelum dan setelah penambahan bayan jantan dewasa. Nuri bayan yang digunakan sebanyak enam ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan dan 4 ekor betina. Pengamatan perilaku harian koloni burung bayan dilakukan di Penangkaran Burung, Pusat Penelitian Biologi-LIPI dengan metode scan sampling dan pencatatan dengan metode instantaneous recording. Pengamatan dilakukan selama 16 hari dengan 2 periode, yaitu kontrol dan perlakuan penambahan bayan jantan (8 hari kontrol dan 8 hari perlakuan) mulai pukul 07.30‒15.30 WIB. Penentuan preferensi dan jumlah konsumsi pakan dilakukan dengan penimbangan sisa setiap jenis pakan. Rata-rata suhu dan kelembaban masing-masing pada pukul 07.30 WIB yaitu 25.78 ℃ dan 65.00%, pada pukul 12.00 WIB yaitu 31.65 ℃ dan 42.83%, serta pada pukul 15.30 WIB yaitu 30.65 ℃ dan 44.83%. Koloni burung bayan dengan perlakuan memiliki frekuensi perilaku bertengger, makan, terbang, memanjat, dan interaksi sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan koloni bayan kontrol. Total rata-rata bahan pakan yang dikonsumsi koloni bayan kontrol berdasarkan berat kering sebanyak 145,24 g/koloni/hari, sedangkan pada koloni dengan perlakuan sebesar 154,56 g/koloni/hari. Bahan pakan yang paling disukai oleh koloni bayan adalah jagung dan jumlah konsumsi pakan koloni bayan perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan koloni bayan kontrol.
The Potency of Olive Oil, Coconut Oil, and Bleached Palm Oil as Clearing Agent in Histological Preparation Ruth Liananda Citra Dolok Saribu; Laili Mufli Zusrina; Murtiadi Erlan Supraitno; Ardaning Nuriliani; Bambang Retnoaji; Hendry T.S.S.G. Saragih; Zuliyati Rohmah
Berkala Ilmiah Biologi Vol 14 No 2 (2023)
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/bib.v14i2.6528

Abstract

Clearing is an important process in histological preparations. The aim of the clearing process is to remove alcohol from the tissues upon dehydration. The most commonly used clearing agent is xylol, however it is known that there are negative effects from using xylol. This literature study purpose to study the potential of three vegetable oils, i.e., olive oil, coconut oil, and refined palm oil, as clearing agents to replace xylol. This literature study was conducted using search engines such as Semantic Scholar, NCBI, ICAMS, IJPRSE, JOMFP, PubMed, and ResearchGate with the keywords olive oil, coconut oil, palm oil, xylol, clearing agent, and histological preparations. There is no year limitation of references in this literature study. Based on the literatures, it is known that the use of olive oil as a clearing agent produces similar histological preparation qualities to xylol. This can be seen from several criteria that were measured, including the level of tissue translucency and the ability to maintain the quality of the staining. Similar results were shown by purified coconut oil and palm oil, both of which can produce tissues with optimal levels of transparency. The conclusion from this literature study is that refined olive oil, coconut oil, and palm oil can be used as clearing agents for xylol substitutes that are safer for researchers and the environment.
Fixative Solution for Macromolecules in Histological Preparations Hayu Swari Alimi; Ria Vena Septhay Sari; Tia Apriliyani; Ardaning Nuriliani; Bambang Retnoaji; Hendry Saragih; Zuliyati Rohmah
Berkala Ilmiah Biologi Vol 14 No 3 (2023)
Publisher : Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/bib.v14i3.6531

Abstract

The fixation process is subjected to preserve cells, tissues, and their components so that the structure can be maintained as their alive condition and prevent autolysis. This literature review purpose to determine the appropriate use of fixative solutions for several macromolecules, such as proteins, lipids, carbohydrates, and nucleic acids. The literature review data is obtained form the secondary data included books, journals, or articles which discussed about fixative solutions without a limitation on the year of publication. The databases were sourced from Google Scholar, PubMed, NCBI, Science Direct, SpringerLink, Research Gate, and Nature. The keywords for the book search were tissue processing, pathology, and histology. Keywords for searching journals or articles were protein fixation, formaldehyde fixation lipids, fixatives for nucleic acids, Glyo-Fixx fixatives, mercury chloride fixative lipids, formalin-fixed carbohydrates, and ethanol or methanol for fixative lipids. Based on the literature review conducted, it can be concluded that the use of fixative solutions is according to the macromolecules to be observed.