Husni Tanra
Bagian Anestesiologi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin Makassar

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perbandingan Kadar Laktat Antara Propofol-Fentanil dengan Isofluran-Fentanil Pada Operasi Kraniotomi Cedera Otak Sedang; Harsakti Rasyid; Husni Tanra; Syafruddin Gaus; Ilhamjaya P
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 6, No 1 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (606.078 KB) | DOI: 10.14710/jai.v6i1.6571

Abstract

Latar Belakang : Cedera otak menimbulkan gangguan beberapa sistem tubuh dan sering menyebabkan iskemia. Laktat terbentuk dari metabolisme anaerob glukosa otak akibat kurangnya oksigen.Tujuan : Membandingkan kadar laktat antara propofol-fentanil dengan isofluran-fentanil pada operasi kraniotomi cedera kepala sedang.Metode : Dilakukan penelitian eksperimental secara acak tersamar tunggal terhadap 42 pasien yang menjalani prosedur kraniotomi cedera kepala sedang. Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok, kelompok pertama mendapat pemeliharaan anestesi propofol 6 mg/kgBB/jam dan fentanil 1 mcg/kgBB/jam (n=21), sementara kelompok kedua mendapat pemeliharaan isofluran 1 vol% dan fentanil 1 mcg/kgBB/jam (n=21). Dilakukan pemeriksaan kadar laktat vena pra bedah, setelah intubasi, setelah kraniotomi, dan setelah ekstubasi. Data diuji berdasarkan Shapiro Wilk, bila distribusi data normal diuji dengan independent T test dan bila distribusi tidak normal dilakukan transformasi data dengan fungsi log. Tingkat kepercayaan 95% dengan kemaknaan p<0,05.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan kadar laktat pada pemeliharaan anestesi propofol 6 mg/kgBB/jam dan fentanil 1 mcg/kgBB/jam lebih rendah setelah intubasi, setelah kraniotomi, dan setelah ekstubasi dan secara statistik bermakna (p<0,05) dsbanding pemeliharaan isofluran 1 vol% dan fentanil 1 mcg/kgBB/jam.Kesimpulan : Kadar laktat pada operasi kraniotomi cedera otak sedang dengan pemeliharaan anestesi propofol-fentanil lebih rendah dibanding kadar laktat  dengan pemeliharaan anestesi isofluran-fentanil. Propofol dan fentanil dapat dijadikan pemeliharaan anestesi bedah saraf traumatik.
Klonidin 1,5 Mcg/Kgbb Intravena Dibandingkan Dengan Fentanil 2 Mcg/ Kgbb Intravena Terhadap Respon Hemodinamik Akibat Tindakan Laringoskopi dan Intubasi Endotrakeal Agus Susanto; Husni Tanra
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 3 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.321 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i3.6299

Abstract

Latar Belakang : Laringoskopi dan intubasi endotrakhea suatu tindakan yang sering dilakukan pada anestesi umum maupun dalam manajemen jalan napas. Sering terjadigaejolak hemodinamik akibat tindakan ini, dan langkah-langkah penanggulangan perlu diambil untuk mencegah kejadian tersebut. Klonidin diharapkan dapat mengurangi gejolak hemodinamik akibat laringoskopi-intubasi. Tujuan : Menilai efek premedikasi klonidin 1,5 mcg/kgBB intravena dibandingkan dengan premedikasi fentanil 2 mcg/kgBB intravena terhadap respon hemodinamik akibat tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakeal. Metode : Penelitian ini dilakukan pada 40 pasien dibagi dalam 2 kelompok dengan uji klinik tersamar ganda. Yang mendapat klonidin 1,5 mcg/kgBB (kelompok K, n=20) dan yang mendapat fentanil 2 mcg/kgBB (kelompok F,n=20), keduanya diinduksi dengan propofol 2 mg/kgBB dan atracurium 0.5 mg/kgBB. Laju jantung (LJ), tekanan darah sistolik (TDS), tekanan darah diastolik (TDD) dan tekanan arteri rerata (TAR) diukur saat basal, setelah pemberian klonidin atau fentanil, setelah induksi anestesi, saat intubasi endotrakeal, dan menit 1,2,3,4,5 setelah intubasi endotrakeal. Hasil : Meskipun terjadi peningkatan LJ, TDS,TDD dan TAR saat intubasi namun didapatkan penurunan lebih rendah pada kelompok K. Pada kelompok K terjadi penurunan TDS pada menit ke-1 (p0.013), menit ke-2(p=0.037) ,TDD menit ke-1 (p=0.048),TAR menit ke-1 (p=0.012) yang bermkana setelah intubasi endotrakeal.Kesimpulan: Klonidin 1,5 mcg/kgBB dan fentanil 2 mcg.kgbb intravena sama-sama dapat menekan respon hemodinamik saat laringoskopi dan intubasi endotrakeal namun pada penelitian ini lebih bermkna pada klonidin.