Hari Bagianto
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya/ RSUD dr. Saiful Anwar, Malang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efek Pemberian Pre-emptive Fentanyl 25 μg terhadap Kejadian Batuk Setelah Bolus Fentanyl 2 μg/kg IV (Fentanyl Induced Cough) Taufiq Agus Siswagama; Hari Bagianto; Ristiawan Muji Laksono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 1 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.784 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i1.6419

Abstract

Latar belakang: Fentanyl merupakan opioid sintetik yang poten, dengan berbagai kelebihannya sehingga fentanyl dijadikan pilihan utama agen premedikasi dan induksi anestesi umum. Kejadian batuk setelah pemberian bolus fentanyl intravena/ fentanyl induce cough (FIC) merupakan sesuatu yang tidak diharapkan pada kasus pembedahan tertentu sehingga pencegahan FIC haruslah dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan namun kurang efisien, oleh karenanya pada penelitian ini dilakukan pemberian pre-emptive fentanyl dosis 25 μg untuk menurunkan FIC.Tujuan: Mengetahui efek pemberian pre-emptive fentanyl 25 μg intravena terhadap insiden batuk setelah bolus fentanyl 2 μg/kgBB intravena.Metode: Empat puluh pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum dipilih secara acak untuk diikutkan dalam penelitian. Dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama (20 pasien) mendapat injeksi intravena normal salin 0,5 ml dan diikuti fentanyl 2 μg/kgBB dalam 2 detik, dan kelompok sisanya mendapatkan injeksi intravena fentanyl 25 μg sebelum fentanyl induksi. Digunakan tes Mann-Whitney dan uji korelasi Spearman untuk membandingkan dan menilai hubungan variabel.Hasil: Pemberian pre-emptive fentanyl menunjukkan nilai signifikansi 0.183 pada timbulnya batuk dibandingkan kelompok yang mendapat normal saline namun berkorelasi negatif. Hubungan insiden batuk diantara kedua kelompok bernilai tidak signifikan (p=0,08). Dari derajat batuknya, berbeda signifikan (p=0,043), dengan nilai koefisien korelasi negatif (-0,326) dan nilai yang signifikan (p=0,04).Simpulan: Pemberian pre-emptive fentanyl 25 μg dapat menurunkan insiden FIC namun secara statistik tidak bermakna.Perlu penelitian selanjutnya untuk mengetahui rentang dosis pre-emptive fentanyl yang tepat serta teknik lainnya sebagai alternative untuk menurunkan insiden FIC 
Perbedaan Tekanan Balon Pipa Endotrakeal Setelah Perubahan Posisi Supine ke Lateral Decubitus Anton Wuri Handayanto; Hari Bagianto; Isngadi Isngadi
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 1 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.276 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i1.6554

Abstract

Latar belakang: Tekanan balon pipa endotrakeal (ETT) akan menimbulkan komplikasi bila diberikan lebih atau kurang dari batas aman yang direkomendasikan. Perubahan tekanan ini, dapat disebabkan oleh perubahan posisi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tekanan balon ETT setelah perubahan posisi supine ke lateral decubitus.Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis eksperimental untuk mengetahui perbedaan tekanan balon ETT setelah perubahan posisi supine ke lateral decubitus pada pasien yang menjalani anestesi umum. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling dalam satu kelompok (n=40). Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah tekanan balon ETT pada saat posisi supine dan pada saat setelah posisi lateral decubitus.Hasil: Didapatkan sampel sebanyak 40 subjek. Rerata tekanan balon ETT pada posisi supine adalah 25±0,00 mmHg dan pada posisi lateral decubi tus 31,3±2,88 mmHg. T erdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan balon ETT saat diposisikan supine dan lateral decubitus (p=0,00), dimana pada saat diposisikan lateral decubitus tekanan balon ETT lebih tinggi daripada tekanan balon ETT saat diposisikan supine.Simpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan balon ETT setelah perubahan posisi pasien dari supine ke lateral decubitus. Perubahan posisi ini terbukti dapat meningkatkan tekanan balon ETT. Berdasarkan penelitian ini, disarankan perlu penggunaan alat pengukur tekanan balon ETT pada setiap tindakan anestesi umum dengan intubasi ETT khususnya untuk operasi yang memerlukan posisi pasien lateral decubitus, guna memastikan tekanan balon ETT selalu dalam batas aman. Sehingga komplikasi akibat tekanan balon ETT diluar batas aman tidak terjadi dan keamanan pasien tetap terjaga.