Titis Widowati
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat Dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada - RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Diare Rotavirus pada Anak Usia Balita Titis Widowati; Nenny S Mulyani; Hera Nirwati; Yati Soenarto
Sari Pediatri Vol 13, No 5 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp13.5.2012.340-5

Abstract

Latar belakang. Rotavirus merupakan penyebab tersering diare akut berat pada anak balita. Peningkatan yang pesat di bidang teknologi diagnostik memungkinkan dilakukan identifikasi genotipe rotavirus penyebab diare. Belum banyak penelitian di Indonesia yang melaporkan hubungan antara genotipe rotavirus dengan manifestasi klinisnya. Tujuan. Mengetahui hubungan antara genotipe rotavirus dengan gambaran klinis.Metode. Penelitian potong lintang dengan subyek pasien diare akut yang berobat di Poliklinik Anak atau dirawat inap di RS DR Sardjito. Subyek yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian diambil data klinis dan sampel tinja untuk dilakukan pemeriksaan rotavirus dengan enzyme immunoassaydan deteksi genotipe dengan pemeriksaan RT-PCR (Gentsch, 1992). Dilakukan penilaian derajat keparahan diare menggunakan 20-point severity scoring systemyang dimodifikasiHasil.Selama Januari 2006 - Maret 2007 didapatkan 353 kasus diare akut, 116 (32,68%) di antaranya positif terinfeksi rotavirus. Prevalensi tertinggi dijumpai pada kelompok usia 6-23 bulan (65,5%). Diare rotavirus menunjukkan gejala klinis yang lebih berat (severity score>11) dibanding diare karena penyebab lain (RR=1,27, IK 95% 1,08-1,49). Jenis genotipe rotavirus yang paling banyak ditemukan adalah G1 (27,5%) diikuti dengan G9 (18%), G2 (17%), G4 (3%), G3 (2%). Kombinasi G-P terbanyak adalah G1 P[6] (20%). Tipe untypeable(28.6%) dan G 1 (28.6%) paling sering memberikan gejala klinis berat (severity scoring >11) diikuti dengan G 9 (23.8%). Kesimpulan. Pasien diare rotavirus yang untypeable dan G 1 lebih sering mengalami dehidrasi dan muntah serta memberikan gambaran klinis yang lebih berat. Sangat penting mendeteksi lebih jauh jenis genotipe dari untypeableuntuk kepentingan pembuatan vaksin rotavirus yang mampu melindungi terhadap berbagai macam galur rotavirus.
Nutritional therapy and caloric achievement within the first week of PICU admission Melia Yunita; Desy Rusmawatiningtyas; Titis Widowati
Paediatrica Indonesiana Vol 58 No 1 (2018): January 2018
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.088 KB) | DOI: 10.14238/pi58.1.2018.13-9

Abstract

Background Nutritional therapy is an important aspect in managing PICU patients. Careful decisions should be made regarding initiation, route of administration, and achievement based on caloric requirements. Many conditions could affect the application of nutritional therapy. Objective To investigate the implementation of nutritional therapy during the 1st week after PICU admission. Methods We conducted a retrospective study involving 156 children aged 1 month-18 years who were hospitalized for at least 4 days in the PICU during the period of January 1st, 2015 to December 31st, 2015. Subjects were divided into three groups according to initiation time of caloric administration, which were: category I (within the first 24 hours of PICU admission), category II (within the first 25-48 hours of PICU admission), and category III: (more than 48 hours after PICU admission). Caloric requirement was calculated using the Caldwell or Schofield formula, whilst caloric achievement was figured up from PICU daily monitoring sheets containing nutritional therapy given to the subjects. Results Of 131 subjects, 72 (55%) had good nutritional status and 59 (45%) children had malnutrition. Caloric administration was initiated within 24 hours of admission in 101 (77.1%) patients, of whom 90 (89.1%) patients received enteral feeding. Nineteen (14.5%) patients received their initial calories within 25-48 hours of admission, with 16 (84.2%) using the enteral route. At the 4th and 7th days of hospitalization, 93 (71%) and 107 (81.7%) patients achieved >70% of their caloric requirements. Delays in feeding initiation were due to shock, gastrointestinal bleeding, inotropic support, and feeding intolerance, which reduced caloric achievement. Conclusion Most patients receive nutritional therapy in the first 48 hours after PICU admission and achieve >70% of their caloric requirements at the 4th day of hospitalization. The enteral route is preferred. Delayed initiation of nutritional therapy reduce caloric achievement.
Determinan sosial kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Purworejo Lucky Radita Alma; Titis Widowati; Trisno Agung Wibowo
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 33, No 7 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (657.751 KB) | DOI: 10.22146/bkm.18150

Abstract

Latar Belakang Kasus diare di Kabupaten Purworejo tahun 2013 yaitu 9.163 mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 9.543 kasus. Pada tahun 2014, 4% kematian bayi dan 13% kematian balita di Kabupaten Purworejo disebabkan oleh diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan sosial kejadian diare akut pada anak usia 0-59 di Kabupaten Purworejo. Metode: Penelitian ini menggunakan desain match case control dengan perbandingan 1:1. Kasus adalah anak usia 0-59 bulan yang berobat ke RS Saras Husada yang didiagnosis menderita diare akut, diantar oleh ibunya dan berdomisili di Kabupaten Purworejo. Kontrol adalah anak usia 0-59 bulan yang berobat ke RS Saras Husada, tidak didiagnosis diare akut atau penyakit yang mempunyai gejala diare. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku ibu, status gizi dan wilayah tinggal. Besar sampel penelitian sebanyak 212 anak. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan menggunakan uji conditional logistic regression. Hasil:. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hasil signifikan adalah tingkat pendidikan ibu (OR= 0,44; 95%CI= 0,24-0,80; p= 0,008), status pekerjaan ibu (OR= 0,56; 95%CI= 0,33-0,96; p= 0,038) dan perilaku ibu (OR= 1,84; 95%CI= 1,05-3,22; p= 0,032). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan perilaku ibu memiliki hubungan yang bermakna terhadap diare akut. Kesimpulan: Determinan sosial kejadian diare akut pada anak usia 0-59 bulan di Kabupaten Purworejo adalah tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan perilaku ibu. 
Prevalensi Infeksi Helicobacter pylori pada Anak dengan Gejala Gastrointestinal di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta R Yuli Kristyanto; Titis Widowati; Wahyu Damayanti
Sari Pediatri Vol 24, No 2 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp24.2.2022.106-11

Abstract

Latar belakang. Prevalensi infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) di berbagai wilayah bervariasi. Infeksi H. pylori pada anak umumnya tidak menunjukkan gejala khas, tetapi dapat mengakibatkan berbagai komplikasi. Tujuan. Melihat prevalensi dan gejala infeksi H. pylori pada anak dengan gejala gastrointestinal di Yogyakarta.Metode. Data dikumpulkan dari pasien anak dengan keluhan dispepsia, nyeri perut berulang, muntah berulang, dan buang air besar disertai darah yang dicurigai mengalami infeksi H. pylori di RSUP. Dr. Sardjito, Yogyakarta. Diagnosis infeksi H. pylori ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan histologi.Hasil. Didapatkan 138 subyek yang memenuhi kriteria kemungkinan terinfeksi oleh kuman H. pylori didapatkan pada 16,7% (23/138) pasien anak. Prevalensi infeksi menurut usia pada 3-5 tahun sebesar 14,3% (3/21), usia 6-11 tahun sebesar 16,7% (10/60), dan usia 12-18 tahun sebesar 17,5% (10/57). Tidak ada hubungan bermakna antara infeksi H. pylori dengan gejala spesifik tertentu.Kesimpulan. Prevalensi infeksi H. pylori pada anak yang bergejala klinis di Yogyakarta, Indonesia lebih rendah daripada dari wilayah lain di dunia.