Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penginderaan Jauh Dan Terintegrasi Berbasis GIS Analisis Perubahan Mangrove Dan Dampak Lingkungannya Di Desa Bedono Alya Dina Wilujeung; Aji Prasetyo; cakra rahardjo; Lukman Lukman
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2021): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 11 2021
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mangrove merupakan ekosistem utama yang mendukung aktivitas kehidupan wilayah pesisir. Manfaat dari hutan mangrove tentunya sebagai penyeimbang siklus biologis di lingkungan pesisir seperti tempat pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), dan sarang dari berbagai hewan. Namun, meningkatnya pertumbuhan masyarakat di kawasan pesisir khususnya pada daerah hutan mangrove, karena kebutuhan primer akan tempat tinggal harus terpenuhi maka masyarakat pesisir memanfaatkan areal hutan untuk pembangunan. Salah satu desa yang mengalami peningkatan pertumbuhan adalah Desa Bedono yang terletak di Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Sehingga terjadinya perubahan luasan mangrove di Desa Bedono. Untuk mengetahui berapa besar penyebab dan dampak adanya perubahan luasan mangrove ini perlu adanya informasi terkait luasan mangrove dan dampak lingkungan di Desa Bedono sebagai pendukung kebijakan pembangunan. Metode yang digunakan menggunakan penginderaan jauh. Melalui peranti lunak (software) yang digunakan untuk proses pengolahan dan interpretasi data adalah: ArcMap versi 10.7.1, Google Earth Engine dan Microsoft Excel 365. satelit Landsat 8 dengan Path 120/Row 65 pada tanggal 19 Agustus 2016 dan Path 120/Row 65 pada tanggal 7 April 2021. Hasilnya didapat luas mangrove di Desa Bedono pada 2016 sebesar 235.58 Ha dan pada 2021 sebesar 168.47 Ha.Kata kunci: Desa Bedono, Mangrove, Penginderaan Jauh, Lingkungan
PENGARUH GUNUNG LAUT ANAK KRAKATAU TERHADAP PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT DI SELAT SUNDA Della Ayu Lestari; Luthfi Anzani; Acep Saepul Zamil; Aji Prasetyo; Ester Frescila Simbolon; Muhamad Renaldi Apriansyah
Jurnal Kemaritiman: Indonesian Journal of Maritime Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kamous Serang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTIndonesia's total area 70% is Sea, in which live a variety of marine biota. One of these biota is seaweed. Seaweed is one of the biodiversity that is very abundant in Indonesia, which is about 8.6% of the total biota in the sea. The area that has become the habitat of seaweed in Indonesia reaches 1.2 million hectares or the largest in the world. The Potential of seaweed should continue to be excavated, therefore many researchers who are interested in nutrients contained in this seaweed. Sunda Strait is the strait that connects the island of Java and Sumatera in Indonesia, and connects the sea of Java to the Indian Ocean. At the narrowest point, the width of Sunda Strait is only about 30 km. If seen from the other side of Indonesia it self is in the Ring of Fire between the Asian plate and Indo-Asia also the Pacific makes the country is rich in volcanoes on land and sea. Sea mount in Indonesia which has a large eruption and explosively one of them is Mount Anak Krakatau. Of course it affects the surrounding environment that contains many nutrients therein. This Review discusses substances that are contained on Mount of fire for example Carbon monoxide substances, carbon dioxide, sulfur dioxide, hydrogen sulfide, and nitrogen, substances contained in seaweed such as cellulose Caco3 (calcium carbonate), Fulcellaran and Porpiran alginic acid, silicon, and substances contained in the Sunda Strait such as SiO2 (silica), calcium (Ca), magnesium (Mg), potassium (K) and phosphorus (P). The results of this study are expected for the community to know the substances that make the seaweed fertile in order to be utilized properly.Keywords: mount of fire, nutrient, seaweed, Sunda Strait water. ABSTRAKLuas wilayah indonesia 70%  adalah laut, didalamnya hidup beraneka ragam jenis biota laut. Salah satu biota ini adalah rumput laut (Seaweed). Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah diperairan Indonesia yaitu sekitar 8,6% dari total biota di laut. Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia. Potensi rumput laut perlu terus digali, oleh karenanya banyak peneliti yang tertarik akan zat hara yang terkandung pada rumput laut ini. Selat Sunda merupakan selat yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera di Indonesia, serta menghubungkan Laut Jawa dengan Samudera Hindia. Pada titik tersempit, lebar selat Sunda hanya sekitar 30 km. Jika dilihat dari sisi lain Indonesia sendiri berada dalam ring of fire antara lempeng Asia dan Indo-Asia juga Pasifik ini  menciptakan negeri Indonesia kaya akan gunung berapi di darat maupun laut. Gunung laut yang ada di Indonesia yang memiliki letusan yang besar dan eksplosif salah satunya adalah Gunung Anak Krakatau. tentu itu berpengaruh pada lingkungan sekitarnya yang banyak mengandung zat hara didalamnya. Review ini membahas zat yang terkandug pada gunung berapi misalnya zat karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan nitrogen, zat yang terkandung pada rumput laut misalnya seperti Selulosa CaCO3 (kalsium karbonat), fulcellaran dan porpiran asam alginat, Silikon, dan zat yang terkandung diperairan selat sunda misalnya seperti SiO2 (silika), kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K) dan fosfor (P). Hasil dari kajian ini diharapkan untuk masyarakat agar mengetahui zat-zat yang membuat rumput laut subur agar bisa dimanfaatkan dengan baik.Kata kunci: gunung berapi, perairan Selat Sunda, rumput laut, zat hara.