Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Structured Learning Approach Model (SLA) for Assertive Skills Training in Middle School Students Mawardi Djamaluddin; Zainab Canu; Asriyani M. Arifin; Hendi Sugianto
KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal) Vol 7, No 1 (2020): KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.488 KB) | DOI: 10.24042/kons.v7i1.6208

Abstract

Communication and social skills are not yet wholly owned by students, so psychological problems often arise, for example, inability to convey wishes to others in a positive way, so that others often ignore matters relating to the rights of students. Therefore, students often place themselves as passive individuals when doing something that is fundamentally incompatible with their needs subjectively. This study aims to develop guidelines for assertive skills training to facilitate junior high school students to develop assertive skills. The research and development model used was adapted from Borg and Gall. Product development has gone through the stages of expert BK assessment and prospective product users. Data were collected using acceptability rating scale instruments. The data analysis technique used is the Inter-Rater Agreement Model. Based on the results of the study, it showed that the assertiveness skills training guide for junior high school students fulfilled the acceptability criteria, which included four aspects, namely the aspects of usefulness, feasibility, accuracy, and compliance.
DIALEKTIKA AGAMA DAN BUDAYA (Kajian Sosio-Antropologi Agama dalam Teks dan Masyarakat) Hendi Sugianto
AL-TADABBUR Vol 5, No 2 (2019): AL-TADABBUR
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama dapat difahami sebagai sebuah fenomena sosial, hal ini memberikan gambaran bahwa keberadaan agama tidak lepas dari pengaruh realitas di sekelilingnya. Perdebatan dan perselisihan dalam masyarakat Islam sesungguhnya adalah perbedaan dalam masalah interpretasi, dan merupakan gambaran dari pencarian bentuk pengamalan agama yang sesuai dengan kontek budaya dan sosial. Keberagamaan manusia secara umum memang tidak lagi cukup hanya didekati lewat pendekatan teologis semata-mata. Fenomena keberagamaan manusia perlu didekati, diteliti, dipahami, dikritik, bahkan juga dinikmati lewat berbagai pendekatan, salah satunya antropologi budaya. Akulturasi antara agama dan budaya harus dibangun berdasar simbiosis mutualisme karena mau atau tidak, senang atau tidak, agama berkembang dalam sebuah masyarakat yang hidup, sehingga ajaran normatif teologis yang suci dan melangit harus dibumikan dengan masuk dan berdialog dengan budaya manusia sehingga islam menjadi rahmatan lil ‘alamin.
TAFSIR BUDAYA DODENGO SEBAGAI KOHESI SOSIAL PADA MASYARAKAT GAMKONORA Rahmat Rahmat; Hendi Sugianto
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.716

Abstract

Dodengo adalah sebuah tradisi pertarungan satu lawan satu. Permainan Dodengo ini mirip dengan tarian perang (cakalele). Biasanya permainan ini diadakan setelah perayaan hari raya Idul Fitri. Budaya Dodengo merupakan tradisi yang berguna untuk melatih dan menguji ketangkasan dan kelincahan seseorang. Umumnya permainan ini hanya dimainkan oleh laki-laki. Alat yang digunakan adalah perisai (salawaku) dan sepotong Gaba yang panjangnya 50 cm. Kedua alat tersebut berfungsi sebagai pencegah dan pentungan. Budaya Dodengo dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar empat desa, yaitu desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fields research) dengan pendekatan fenominoligis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara komunikasi masyarakat desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo dalam melaksanakan budaya Dodengo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dodengo tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo karena dengan adanya Dodengo maka masyarakat desa yang terdiri dari empat desa tersebut dapat menjalin hubungan silaturahmi yang baik. Dalam pelaksanaan Dodengo ke empat masyarakat desa tersebut timbul rasa saling memaafkan, mengasihi, menghormati dan saling membantu antar sesama. Pesan-pesan persaudaraan dan tali silaturrohmi tetap terjalin sampai hari ini dengan ada budaya dodengo ini.
Social Education in The Perspective of The Qur'an (A Study of Comparative Tafsir by Al-Maraghi and Qurthubi) Rofiqi Rofiqi; Hendi Sugianto; Husniyatus Salamah Zainiyati
Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman Vol. 9 No. 2 (2023): September
Publisher : LPPPM STAI Darul Hikmah Bangkalan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35309/alinsyiroh.v9i2.6529

Abstract

Al-Qur’an memandang pendidikan sosial sebagai dimensi strategis dalam sistem ajaran dan norma-norma dalam Islam. terdapat banyak ayat al-Qur’an yang memahas tentang urgensi pendidikan sosial bagi umat Islam sehingga hal ini menisyaratkan bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan terhadap pendidikan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap konsep pendidikan sosial dalam Al-Qur’am Surat Luqman ayat 17-19 dalam perspektif Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Qurthubi. Metode penelitian yang digunakan adalah library research di mana data/referensi utama diambil dari dua kitab tersebut dan didukung dengan jurnal-jurnal ilmiah lainnya. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat persamaan penafsiran dan perbedaan antara  Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Qurthubi dalam menafsirkan Al-Qur’am Surat Luqman ayat 17-19. Persamaannya adalah keduanya menegaskan bahwa manusia harus memperhatikan tata cara dan perilaku dalam pergaulan dengan sesama, serta menjaga kesederhanaan dan merendahkan diri untuk mencapai keselarasan dalam kehidupan. Sementara perbedaanya adalah penekanan pada aspek yang berbeda dalam ayat tersebut. Kitab Al-Maraghi menekankan pada pentingnya menghindari sombong dan membangga-banggakan diri, serta pentingnya bersikap sopan santun dan baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan Kitab Al-Qurthubi menekankan pada tata cara berjalan di bumi yang seharusnya dilakukan dengan hati yang tulus dan rendah hati, serta pentingnya merendahkan suara dalam berbicara yang menunjukkan sikap rendah hati. Namun, pada dasarnya kedua kitab tafsir sepakat bahwa manusia harus memperhatikan tata cara dan perilaku dalam pergaulan dengan sesama, serta menjaga kesederhanaan dan merendahkan diri untuk mencapai keselarasan dalam kehidupan.
TAFSIR BUDAYA DODENGO SEBAGAI KOHESI SOSIAL PADA MASYARAKAT GAMKONORA Rahmat Rahmat; Hendi Sugianto
El-Waroqoh : Jurnal Ushuluddin dan Filsafat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28944/el-waroqoh.v6i2.716

Abstract

Dodengo adalah sebuah tradisi pertarungan satu lawan satu. Permainan Dodengo ini mirip dengan tarian perang (cakalele). Biasanya permainan ini diadakan setelah perayaan hari raya Idul Fitri. Budaya Dodengo merupakan tradisi yang berguna untuk melatih dan menguji ketangkasan dan kelincahan seseorang. Umumnya permainan ini hanya dimainkan oleh laki-laki. Alat yang digunakan adalah perisai (salawaku) dan sepotong Gaba yang panjangnya 50 cm. Kedua alat tersebut berfungsi sebagai pencegah dan pentungan. Budaya Dodengo dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar empat desa, yaitu desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fields research) dengan pendekatan fenominoligis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cara komunikasi masyarakat desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo dalam melaksanakan budaya Dodengo. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dodengo tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Desa Gamkonora, Talaga, Gamsungi dan Tahafo karena dengan adanya Dodengo maka masyarakat desa yang terdiri dari empat desa tersebut dapat menjalin hubungan silaturahmi yang baik. Dalam pelaksanaan Dodengo ke empat masyarakat desa tersebut timbul rasa saling memaafkan, mengasihi, menghormati dan saling membantu antar sesama. Pesan-pesan persaudaraan dan tali silaturrohmi tetap terjalin sampai hari ini dengan ada budaya dodengo ini.