Nurmalinda Nurmalinda
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERTUNJUKAN BIANGGUNG DITINJAU DARI ASPEK MUSIKAL DAN RITUAL DI DESA KUALA TOLAM KECAMATAN PELALAWAN KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU Nurmalinda Nurmalinda
Jurnal Ipteks Terapan Vol 8, No 4 (2014): JIT
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (992.421 KB) | DOI: 10.22216/jit.2014.v8i4.11

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pertunjukkan bianggung ditinjau dari aspek musikal dan ritual di Desa Kuala Tolam Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan. Ditinjau dari aspek musikal pertunjukkan bianggung  memiliki beberapa unsur musik di antaranya adalah irama/ritme, tempo, birama, melodi, dan dinamik. Unsur-unsur musik tersebut memiliki fungsi yang berbeda satu sama lainnya dalam pertunjukkannya. Ditinjau dari aspek ritualnya   pertunjukan bianggung ini adalah sebagai media penghubung atau komunikasi pebayu dan si pelaku bianggung dengan dunia gaib,  Dalam hal ini pebayu melakukan komunikasi dan memberikan perintah kepada mambang-mambang/makhluk halus agar masuk ke dalam tubuh si pelaku bianggung. Musik bianggung berfungsi sebagai pengiring/ mengiringi pada saat si pelaku memulai aksinya yang mana si pelaku bianggung sudah tidak lagi berprilakuan seperti manusia normal tetapi berprilakuan seperti mambang yang sudah merasukinya. Di dalam pertunjukkan bianggung ini musik juga memiliki keunikan yang  hal itu terbukti pada saat Gendang bebano dipukul atau dimainkan si pelaku bianggung akan bergerak (membentuk sebuah tarian sederhana) dimana gerakannya mengikuti suara yang dikeluarkan dari gendang bebano tersebut. Ditinjau dari aspek ritual  bianggung adalah suatu pertunjukkan yang sifatnya pemanggilan-pemanggilan mambang-mambang (sejenis mahluk halus/roh-roh) agar masuk kedalam tubuh si pelaku permainan ini. Mambang-mambang  adalah perwujudan dari binatang dan tumbuh-tumbuhan yang menyerupai perempuan yang sangat cantik jelita seolah seperti bidadari yang turun dari kayangan. Setelah mambang-mambang tersebut masuk ke alam bawah sadar si pelaku akan kehilangan kesadarannya dan si pelaku akan berubah dimana kepribadiannya tidak lagi seperti manusia normal melainkan seperti apa mambang yang dipanggil oleh pebayu (pemantra) maka seperti itulah prilaku si pelaku tersebut.Doi: 10.22216/jit.2014.v8i4.11
Analisis Finansial Penggunaan Benih Kentang G4 Bersertifikat dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Petani Kentang H K Ridwan; Nurmalinda Nurmalinda; Sabari Sabari; Yusdar Hilman
Jurnal Hortikultura Vol 20, No 2 (2010): Juni 2010
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v20n2.2010.p%p

Abstract

ABSTRAK. Permasalahan utama usahatani kentang ialah produktivitas rerata yang masih rendah, yaitu sekitar16,94 t/ha. Penggunaan benih G4 bersertifikat diharapkan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan para petanikentang. Penelitian mengenai analisis finansial penggunaan benih G4 bersertifikat dalam meningkatkan pendapatanusahatani kentang di Indonesia telah dilakukan di Kecamatan Pangalengan, Bandung, Jawa Barat dan KecamatanBatur, Banjarnegara, Jawa Tengah, dari bulan Januari-Desember 2008. Tujuan penelitian ialah menganalisis secarafinansial penggunaan benih kentang G4 bersertifikat dalam hal biaya, produksi, penerimaan, dan keuntungan bersihusahatani dibanding dengan penggunaan benih kentang tidak bersertifikat. Penelitian dilaksanakan dengan metodesurvei. Data primer diperoleh melalui wawancara berstruktur dengan petani, sedangkan data sekunder dikumpulkan dariinstansi terkait. Analisis data kualitatif dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisis biaya dan pendapatan dilakukandengan metode analisis finansial statik serta uji t untuk membandingkan dua perlakuan. Hasil analisis biaya usahatanikentang menunjukkan bahwa di Pangalengan rerata biaya produksi kentang dengan benih G4 bersertifikat mencapaiRp37.042.970,00, dan benih tidak bersertifikat Rp29.305.108,00 per ha/musim. Di Batur, rerata biaya produksikentang dengan benih G4 bersertifikat mencapai Rp23.718.196,00 dan benih tidak bersertifikat Rp22.589.475,00 perha/musim. Di Pangalengan, rerata produksi kentang yang dihasilkan dengan benih G4 bersertifikat mencapai 26.364kg, dan benih tidak bersertifikat mencapai 22.001 kg per ha/musim. Di Batur, rerata produksi kentang dengan benihG4 bersertifikat dan benih tidak bersertifikat masing-masing mencapai 16.976 kg dan 14.031 kg per ha/musim. Hasilanalisis masukan dan keluaran menunjukkan bahwa, di Pangalengan usahatani kentang yang menggunakan benihG4 bersertifikat dan benih tidak bersertifikat mendapatkan penerimaan serta keuntungan bersih masing-masingRp70.417.354,00 dan Rp53.529.785,00 serta Rp33.374.384,00 dan Rp24.224.677,00 per ha/musim, sedangkan di Baturmendapatkan penerimaan Rp67.130.010,00 dan Rp51.338.645,00 serta keuntungan bersih sebesar Rp43.411.814,00dan Rp28.749.170,00 per ha/musim. Hasil perhitungan uji t menunjukkan bahwa, di Pangalengan penggunaan benihkentang G4 bersertifikat memperlihatkan adanya perbedaan nyata dalam biaya dan penerimaan, sedangkan di Batur,memperlihatkan adanya perbedaan nyata dalam penerimaan dan keuntungan bersih usahatani dibanding dengan yangmenggunakan benih tidak bersertifikat.ABSTRACT. Ridwan, H.K., Nurmalinda, Sabari, and Y. Hilman. 2010. Financial Analysis of Potato FarmingSystem Using G4 Certified Seed to Improve Potato Farmer’s Income. The main problem on potato farmingsystem was low productivity (16.94 t/ha). The use of certified seeds (generation four/G4) was expected to improveproductivity and potato farmers income. The research was conducted at Pangalengan District, Bandung, West JavaProvince and Batur District, Banjarnegara, Central Java, from January to December 2008. The objectives of thisresearch was to analyze financially the used of certified seed (G4) in term of production cost, productivity, revenue,and profit of potato farming in comparation with the used of uncertified seed. The study was conducted by usingsurvey method. Primary data were obtained through interviewing farmers and secondary data were collected fromthe related institutions. Qualitative data were analyzed descriptively, while the cost and income analysis weredone by static method, and t test. The results indicated that the production cost in Pangalengan reached as much asRp37,042,970.00/ha (using certified seeds) and Rp29,305,108.00/ha (using uncertified seeds). Similar result wasobtained in Batur, the production cost was Rp23,718,196.00/ha (using certified seeds) and Rp22,589,475.00/ha (usinguncertified seeds). In Pangalengan, potato productivity reached 26,364 kg/ha (using certified seeds) and 22,001 kg/ha (using uncertified seeds), while in Batur, the productivity was about 16,976 kg/ha (using certified seeds) and14,031 kg/ha (using uncertified seeds). The result of input and output analyses showed that in Pangalengan, potatofarming provide revenue and profit about Rp.70,417,354.00 and Rp.33,374,384.00/ha/season respectively (usingcertified seeds), while uncertified seeds gave revenue and profit Rp.53,529,785.00/ha and Rp.24,224,677.00/ha/season, respectively. Whereas in Batur, the use of certified seeds provide revenue and profit Rp.67,130,010.00 andRp.43,411,818.00/ha/season respectively, while uncertified seeds provide Rp.51,338,645.00 and Rp.28,749,170.00/ha/season respectively. The results of t-test showed that in Pangalengan, the use of certified seeds was significantlydifferent in term of production cost and revenue, while in Batur, there were a significant different on the revenue andbenefit between the use of certified and uncertified seeds.
Analisis Konjoin Preferensi Konsumen terhadap Atribut Produk Kentang, Bawang Merah, dan Cabai Merah Witono Adiyoga; Nurmalinda Nurmalinda
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 3 (2012): September 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n3.2012.p292-302

Abstract

ABSTRAK. Pemahaman tentang preferensi konsumen sangat penting dalam proses pengambilan keputusan pemangku kepentingan utama, termasuk bagi produsen/petani serta berbagai pihak terkait yang beroperasi di dalam subsektor sayuran. Penelitian ini diarahkan untuk menghimpun informasi menyangkut preferensi konsumen atau optimalisasi utilitas atribut produk untuk komoditas prioritas/unggulan sayuran (kentang, bawang merah, dan cabai merah). Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni sampai dengan September 2008 di tiga kota besar konsumen sayuran, yaitu Jakarta (DKI Jaya), Bandung (Jawa Barat), dan Padang (Sumatera Barat). Penelitian survai menggunakan kuesioner terstruktur dilaksanakan untuk mewawancarai 335 responden yang dipilih secara acak di ketiga kota tersebut. Atribut produk yang diamati mencakup atribut eksternal, internal, dan organoleptik. Preferensi konsumen diidentifikasi menggunakan analisis konjoin yaitu salah satu modul dalam program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen mengekspresikan preferensinya terhadap kentang yang berukuran 6­–8 butir/kg, berkulit mulus, dan memiliki jumlah mata sedikit (<10). Konsumen menganggap ukuran umbi kentang merupakan faktor terpenting dalam menilai atau membeli kentang, dan secara berturut-turut diikuti oleh faktor permukaan kulit serta jumlah mata. Sementara itu, bawang merah yang paling disukai konsumen ialah bawang merah dengan diameter umbi 2,5 cm, berwarna kulit merah-ungu tua, dan beraroma tidak menyengat. Urutan kepentingan atribut bawang merah menurut persepsi konsumen secara berturut-turut yaitu warna kulit, ukuran umbi, serta aroma. Sementara itu, konsumen lebih menyukai cabai merah yang besar, kulit berwarna merah terang, dan memiliki kepedasan agak pedas. Dalam konteks atribut produk cabai merah yang digunakan untuk mengukur preferensi, faktor terpenting yang berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan yaitu warna kulit, dan secara berturut-turut diikuti oleh faktor jenis cabai serta tingkat kepedasan.ABSTRACT. Adiyoga, W and Nurmalinda 2012. Conjoint Analysis of Consumer Preferences on Potato, Shallots, and Hot Pepper’s Product Attributes. Understanding consumer preferences is important in the context of decision-making of key stakeholders, including producers themselves, as well as development agencies that operate in the vegetable subsector. This study was aimed at collecting information on consumer preference or optimizing the utility of product attributes of vegetable priority crops (potato, shallots, and hot peppers). It was carried out in June-September 2008 in three big vegetable consuming cities, Jakarta (Capital Special-Region of Jakarta), Bandung (West Java), and Padang (West Sumatera). Survey method by using a structured questionnaire was implemented to interview 335 respondents randomly selected in the three cities. Parameters observed were external, internal, and organoleptic attributes. Consumer preferences were identified by using conjoint analysis – a module in Statistical Program for Social Sciences (SPSS). The results showed that consumers express their preference to potato that has some characteristics, such as medium size of tuber (6-8 tubers/kg), smooth-flawless skin, and few numbers of eyes (<10). Tuber size were perceived as the most important factor affecting purchasing decision, and followed by skin and number of eyes. The most preferred shallots was the one that has a diameter of 2.5 cm in size, dark-violet red skin color, and least strong aroma. The rank of shallot’s attributes importance as perceived by consumers were skin color, tuber size, and aroma, consecutively. Meanwhile, consumers prefer hot peppers that has the characteristics of bright-red skin color, big-hot peppers type, and slightly hot. Within the context of measuring preference, the most important hot peppers attribute that influences consumer decision making were skin color, and then followed by hot peppers type, and hotness.
Improving Students Listening Ability Through Application Of Audio-Visual At Smpn 2 Painan Nurmalinda Nurmalinda
Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic Vol 1 No 1 (2017): Jurnal ilmiah Pendidikan Scholastic
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Ekasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.721 KB) | DOI: 10.36057/jips.v1i1.286

Abstract

In order to learn a lesson well, we need to hear, see, ask questions about it, and discuss it with others. Not only that, teachers need to "do", which describe something in their own way, showing for example, tried to practice skills and tasks that require p What Knowledge they have earned. Problems to be studied in this research are: (1) pakah using Audio-Visual models in class IX students of SMP Negeri 2 Painan years 2015-2016? (2) angkah - steps involved in using the method of applying the Audio-Visual? Knowing that trigger low activity of learning and learning achievement exist on factors such as the method used by the teacher, so that the use or replacement of conventional methods into methods that are constructivist indispensable, consequently researchers tried learning model Audio-Visual in an attempt to solve Problems that exist in school. The low activity of learning and student achievement were presented at the background of the problem, the use of Audio-Visual learning model strived to be able to complete the purpose of this study is to determine the improvement of student achievement. How much improvement has been made clear at the end of the analysis. From the results of the research presented in Chapter IV and all the data that have been submitted, the research objectives submitted can already be achieved. To answer the research objectives namely the achievement of the increase in student learning achievement can be seen the evidence already disampaikan. From preliminary data nearly all students scored at the bottom, then the first cycle decreased to 8 students and second cycle the value of all the students on the school specified standards . From the initial average 4.5 rose to 6.3 in the first cycle and the second cycle increased to 7.9. From the preliminary data there are no students who completed while the first cycle to more that four students and the second cycle all students achieve mastery. Of all supporting data proving the achievement of learning objectives could be said that the model Audio-Visual can give the expected answer to the purpose of this research. All this can be achieved is due to the readiness and hard work of researchers from the start of the proposal, review the things that have not been good with my friends teachers, preparation of grids and research instruments, the use of means of data triangulation to the implementation of the maximum research.