Agus Fitriangga
Departemen Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PENANGANGAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) LINGKUNGAN RUMAH TANGGA Andhi Fahrurroji; Arif Wicaksono; Suhaimi Fauzan; Agus Fitriangga; Faisal Kholid Fahdi; Siti Nani Nurbaeti
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 26, No 1 (2020): JANUARI - MARET
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpkm.v26i1.16820

Abstract

Kecelakaan bisa terjadi kapan pun, di mana pun dan dapat pula menimpa siapa saja. Umumnya, kecelakaan pun menjadi penyebab utama trauma yang kemudian menyebabkan kematian. cedera kecelakaan lalu lintas dan kematian yang terjadi sudah menjadi masalah sangat serius. Prevalensi cedera hasil Riskesdas 2013 meningkat dibandingkan Riskesdas 2007, penyebab akibat kecelakaan sepeda motor 40,6 persen, terbanyak pada laki-laki dan berusia 15-24 tahun. Proporsi cedera karena kecelakaan transportasi darat (sepeda motor dan kendaraan lain) meningkat dari 25,9 persen menjadi 47,7 persen. Dalam menghadapi kasus kecelakaan dengan kondisi kegawatdaruratan diperlukan suatu keterampilan usaha untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban kecelakaan atau biasa disebut bantuan hidup dasar. Adapun dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini dilakukan dengan tahapan melakukan kegiatan sosialisasi dengan kepala dan pegawai puskesmas, petugas kesehatan, beserta kader tentang pelatihan penanganan bantuan hidup dasar (BHD) dan k3 lingkungan rumah tangga, Pengidentifikasian kader kesehatan sebagai calon peserta tersebut lingkungan rumah tangga kepada kader dan evaluasi dan monitoring hasil kegiatan. Berdasarkan hasil pelatihan, pengetahuan kader tentang penanganan BHD dan K3 lingkungan rumah tangga meningkat. dalam hal ini pengetahuan yang didapatkan peserta yaitu mengenai teknik dalam memberikan bantuan hidup dasar khususnya resusitasi jantung paru (RJP).Kata Kunci : Kecelakaan; Bantuan Hidup Dasar; K3 Rumah Tangga; Resusitasi Jantung Paru.AbstractAccidents can happen anytime, anywhere and anyone. Generally, accidents also become the main cause of trauma which then causes death. Traffic accident injuries and deaths that occur have become very serious problems. The prevalence of injury results from Indonesia Basic Health Research (Riskesdas) 2013 increased compared to Riskesdas 2007. The proportion of injuries due to land transportation accidents (motorbikes and other vehicles) increased from 25.9 percent to 47.7 percent. In dealing with accident cases with emergency conditions, a skill is needed to restore and maintain the vital functions of organs in the accident commonly called basic life support (BLS). These activities are carried out with the stages of conducting socialization activities with the head and staff of the health center, health workers, and cadres on training in handling BLS and household safety, Identification of health cadres as prospective participants in BLS, and evaluation and monitoring of activity results. Based on the results of the training, knowledge of cadres about handling BLS and Health Safety in the household environment increased. In this case, the knowledge gained by participants namely about techniques in providing basic life support, especially cardiac pulmonary resuscitation (CPR).Keywords: Accident; Basic Life Support; Household Health Safety; Cardiac Pulmonary Resuscitation.
PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI SOSIAL DAN YANG DI RUMAH BERSAMA KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS II Annisa Rossita; Agus Fitriangga; Yoga Pramana
BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia) Vol 7 No 2 (2019): Edisi Juli - Desember 2019
Publisher : Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.473 KB) | DOI: 10.53345/bimiki.v7i2.18

Abstract

Latar Belakang:Depresi adalah gangguan emosional yang sering terjadi pada lansia, yang sifatnya berupa perasan tertekan, tidak bahagia, sedih, pesimis, tidak berharga dan tidak mempunyai semangat. Kualitas hidup adalah pandangan individu tentang kehidupannya dan seberapa jauh individu dapat melaksanakan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.Depresi dan kualitas hidup pada lansia dapat di pengaruhi oleh tempat tinggal lansia.Ada lansia yang tinggal di Panti dan ada juga lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga. Tujuan:Mengetahui perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II. Metode:Penelitiankuantitatif menggunakan desain analitik komparatif melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan simple random sampling yang melibatkan sebanyak 38 lansia di Panti Sosial dan sebanyak 38 lansia yang tinggal bersama keluarga yang memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan berupa GDS dan WHOQOL-OLD. Teknik analisa data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil:Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan p=0,001 untuk perbedaan tingkat depresi dengan tempat tinggal lansia dan p=0,002 untuk perbedaan kualitas hidup dengan tempat tinggal lansia. Kesimpulan:Ada perbedaan tingkat depresi dan kualitas hidup lansia yang tinggal di Panti Sosial Rehabilitasi Mulia Dharma dan yang tinggal di rumah bersama keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II.
PERBEDAAN KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI YANG AKTIF DAN YANG TIDAK AKTIF MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS II PONTIANAK Ananda Maharani Putri; Agus Fitriangga; Faisal Kholik Fandi
BIMIKI (Berkala Ilmiah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia) Vol 7 No 2 (2019): Edisi Juli - Desember 2019
Publisher : Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.512 KB) | DOI: 10.53345/bimiki.v7i2.19

Abstract

Latar Belakang:Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang terus mengalami peningkatan setiap tahun seiring bertambahnya usia. Hipertensi dapat mengganggu kualitas hidup seseorang karena proses patologis yang berdampak pada penurunan kemampuan fisik, psikologis, dan sosial. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan kualitas hidup pada lansia melalui posyandu lansia. Partisipan posyandu lansia hingga saat ini masih sangat rendah karena kurangnya minat dan pengetahuan. Lansia yang tidak aktif di posyandu lansia kecenderungan mengalami kondisi kesehatan yang tidak terkontrol disertai keterbatasan interaksi sosial. Tujuan:Mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia dengan hipertensi yang aktif dan yang tidak aktif dalam mengikuti posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak. Metode:Penelitian kuantitatif dengan desain observasional analitik melalui pendekatan cross sectional pada 76 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan instrumen penelitian yaitu kuesioner WHOQOL – OLD. Teknik analisa data dilakukan dengan uji Chi Square. Hasil:Berdasarkan uji Chi Square didapatkan hasil p = 0,028 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan kualitas hidup lansia dengan hipertensi yang aktif dan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak. Kesimpulan:Ada perbedaan kualitas hidup lansia dengan hipertensi yang aktif dan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak.
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PARTISIPASI MAHASISWA UNIVERSITAS TANJUNGPURA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENEMUAN KASUS TB DI KOTA PONTIANAK: Increasing Knowledge and Participation of Universitas Tanjungpura Studens as an Agent of Change in Efforts to Improve Case Detection of Tuberculosis Cases In Pontianak City Agus Fitriangga
Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan Vol. 6 No. 1 (2020): JPM | Maret 2020
Publisher : LPPM - STIKES Pemkab Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.892 KB) | DOI: 10.33023/jpm.v6i1.561

Abstract

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Insiden TB di Indonesia mencapai 842 ribu kasus dengan angka mortalitas 107 ribu kasus. Jumlah ini membuat Indonesia berada di urutan ketiga tertinggi untuk kasus TB setelah India dan China. Namun angka penemuan kasus TB di Kalimantan Barat belum mencapai target yang ditentukan yaitu 152 per 100.000 penduduk, bahkan cenderung mengalami penurunan. Tahun 2015 angka CNR adalah 120 per 100.000 dan tahun 2016 CNR menurun menjadi 103 per 100.000. untuk meningkatkan penemuan kasus TB di Kota Pontianak, perlu pelibatan unsur masyarakat, termasuk mahasiswa. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa Universitas Tanjungpura tentang penyakit TB sehingga diharapkan dapat menjadi agent bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak khususnya dalam deteksi kasus TB.
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN Pityriasis capitis PADA SISWI DI SMK NEGERI 1 MEMPAWAH HILIR Anggini Putri; Diana Natalia; Agus Fitriangga
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan Vol. 2 No. 3 (2020): Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan – Februari 2020
Publisher : Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Pityriasis capitis merupakan suatu kelainan pada kulit kepala yang ditandai oleh skuama yang berlebihan pada kulit kepala berwarna putih atau abu-abu yang tersebar pada rambut, terkadang dapat disertai rasa gatal, tanpa atau sedikit tanda-tanda inflamasi ringan serta menimbulkan gangguan estetika. Nama lain dari Pityriasis capitis adalah ketombe, dandruff dan Pityriasis simplex Salah satu faktor penyebab Pityriasis capitis adalah personal hygiene. Tujuan: Mengetahui hubungan personal hygiene terhadap kejadian Pityriasis capitis pada siswi di SMK Negeri 1 Mempawah Hilir. Metodologi: Penelitian analitik observasional dengan pendekatan rancangan penelitian jenis cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 75 orang. Variabel bebas penelitian ini adalah personal hygiene subjek penelitian sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian Pityriasis capitis pada siswi di SMK Negeri 1 Mempawah Hilir. Hasil: Sebanyak 69,3 % subjek penelitian menderita Pityriasis capitis dan sebanyak 50,67% subjek penelitian memiliki personal hygiene yang baik tentang penyakit Pityriasis capitis. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan terdapat hubungan yang bermakna pada kedua variabel dengan nilai p<0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian Pityriasis capitis pada siswi di SMK Negeri 1 Mempawah HilirKata Kunci: Pityriasis capitis, siswi,  personal hygiene
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Skabies dan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies di Puskesmas Selatan 1, Kecamatan Singkawang Selatan Rosa -; Diana Natalia; Agus Fitriangga
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 2 (2020): Penyakit Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v47i2.350

Abstract

Latar Belakang: Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis Salah satu faktor penyebab skabies adalah personal hygiene. Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan skabies dan personal hygiene dengan kejadian skabies di Puskesmas Selatan 1 Kecamatan Singkawang Selatan. Metodologi: Penelitian analitik observasional cross-sectional dengan metode simple random sampling. Jumlah sampel 53 orang. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebanyak 24,5% subjek menderita skabies, 86,8% subjek memiliki tingkat pengetahuan skabies baik dan 54,7% subjek memiliki personal hygiene baik. Nilai signifikasi tingkat pengetahuan (p value) sebesar = 0.002 dan personal hygiene (p value) sebesar = 0.008. Simpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan skabies dan personal hygiene dengan kejadian skabies di Puskesmas Selatan 1 Kecamatan Singkawang Selatan. Background: Scabies is dermatological disease caused by infestation and sensitization of Sarcoptes scabiei var. hominis. One of its risk factors is personal hygiene. Purpose: To find correlation between level of knowledge on scabies and personal hygiene with prevalence of scabies in South Singkawang Public Health Center 1. Method: An observational analytical cross-sectional study on 53 respondents chosen with simple random sampling. Data was analyzed using Chi-square test. Results: Scabies was found in 24,5% respondent, 86,8% respondent have good level of knowledge about the disease while 54,7% have a good personal hygiene. Conclusion: The incidence of scabies in South Singkawang Public Health Center 1 is correlated to the level of knowledge on scabies (p 0,002) and their personal hygiene.( p= 0,008).
Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Usia Menarche dengan Pola Siklus Menstruasi Siswi SMA di Pontianak Monica Meilany Gultom; Agus Fitriangga; Muhammad In’am Ilmiawan
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 12 (2021): General Medicine
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v48i12.1573

Abstract

Latar Belakang: Pola siklus menstruasi disebut normal apabila tidak kurang dari 21 hari serta tidak melebihi 35 hari. Tujuan: Diketahuinya hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menarche terhadap panjangnya siklus menstruasi pada siswi SMA di Pontianak. Metode: Penelitian analitik observasional cross sectional. Variabel bebas penelitian adalah indeks massa tubuh dan usia menarche, variabel terikat adalah panjangnya siklus menstruasi. Total sampel penelitian 40 orang. Hasil: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan panjangnya siklus menstruasi (uji Fisher’s Exact p = 0,02). Tidak terdapat hubungan antara usia menarche dan panjangnya siklus menstruasi (uji Chi-Square p = 0,305). Simpulan: Indeks massa tubuh berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi siswi.Background: Menstrual cycle pattern is normal if not less than 21 days and not exceed 35 days. Objective: To evaluate the relationship between body mass index and age of menarche on the menstrual cycle among female senior high school students in Pontianak. Method: Observational analytic study with cross sectional design. The independent variables were body mass index and age of menarche, the dependent variable was menstrual cycle. Total sample were 40 students. Results: There is a relation between body mass index and the menstrual cycle (Fisher’s Exact test p = 0,02). No relation between age of menarche and the menstrual cycle (Chi-Square test p = 0,305). Conclusion: Body mass index has a relation toward the menstrual cycle among female senior high school students in Pontianak.
Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Usia Menarche dengan Pola Siklus Menstruasi Siswi SMA di Pontianak Monica Meilany Gultom; Agus Fitriangga; Muhammad In’am Ilmiawan
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48 No 12 (2021): Penyakit Dalam
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v48i12.159

Abstract

Latar Belakang: Pola siklus menstruasi disebut normal apabila tidak kurang dari 21 hari serta tidak melebihi 35 hari. Tujuan: Diketahuinya hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menarche terhadap panjangnya siklus menstruasi pada siswi SMA di Pontianak. Metode: Penelitian analitik observasional cross-sectional. Variabel bebas penelitian adalah indeks massa tubuh dan usia menarche, variabel terikat adalah panjangnya siklus menstruasi. Total sampel penelitian 40 orang. Hasil: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan panjangnya siklus menstruasi (uji Fisher’s Exactp = 0,02). Tidak terdapat hubungan antara usia menarche dan panjangnya siklus menstruasi (uji Chi-Square p = 0,305). Simpulan: Indeks massa tubuh berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi siswi. Background: Menstrual cycle pattern is normal if not less than 21 days and not exceed 35 days. Objective: To evaluate the relationship between bodies mass index and age of menarche on the menstrual cycle among female senior high school students in Pontianak. Method: Observational analytic study with cross-sectional design. The independent variables were body mass index and age of menarche, the dependent variable was menstrual cycle. Total sample were 40 students. Results: There is a relation between body mass index and the menstrual cycle (Fisher’s Exact test p = 0,02). No relation between age of menarche and the menstrual cycle (Chi-Square test p = 0,305). Conclusion: Body mass index has a relation toward the menstrual cycle among female senior high school students in Pontianak.
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Skabies dan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies di Puskesmas Selatan 1, Kecamatan Singkawang Selatan Rosa; Diana Natalia; Agus Fitriangga
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47 No 2 (2020): Infeksi
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v47i2.276

Abstract

Latar Belakang: Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis Salah satu faktor penyebab skabies adalah personal hygiene. Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan skabies dan personal hygiene dengan kejadian skabies di Puskesmas Selatan 1 Kecamatan Singkawang Selatan. Metodologi: Penelitian analitik observasional cross-sectional dengan metode simple random sampling. Jumlah sampel 53 orang. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebanyak 24,5% subjek menderita skabies, 86,8% subjek memiliki tingkat pengetahuan skabies baik, dan 54,7% subjek memiliki personal hygiene baik. Nilai signifikasi tingkat pengetahuan (p value) sebesar = 0,002 dan personal hygiene (p value) sebesar = 0,008. Simpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan skabies dan personal hygiene dengan kejadian skabies di Puskesmas Selatan 1 Kecamatan Singkawang Selatan. Background: Scabies is dermatological disease caused by infestation and sensitization of Sarcoptes scabiei var. hominis. One of its risk factors is personal hygiene. Purpose: To find correlation between knowledge level about scabies and personal hygiene with prevalence of scabies in South Singkawang Public Health Center 1. Method: An observational analytical cross-sectional study on 53 respondents chosen with simple random sampling. Data was analyzed using Chi-square test. Results: Scabies was found in 24.5% respondent, 86.8% respondent have good level of knowledge about the disease while 54.7% have a good personal hygiene. Conclusion: The incidence of scabies in South Singkawang Public Health Center 1 is correlated to the level of knowledge on scabies (p = 0.002) and their personal hygiene (p = 0.008).
TINGGI BADAN IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA: LITERATURE REVIEW Stella Agrifa Winda; Suhaimi Fauzan; Agus Fitriangga
ProNers Vol 8, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jpn.v8i1.47571

Abstract

Latar belakang : Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek yang terjadi karena kondisi tumbuh dan kembang. Salah satu penyebab terjadinya stunting adalah tinggi badan ibu. Tinggi badan ibu berhubungan dengan pertumbuhan fisik anak. Ibu yang pendek merupakan salah satu satu faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting. Tujuan : mengidentifikasi hubungan tinggi badan ibu terhadap kejadian stunting pada balita. Metode : Jenis penelitian ini adalah literature review. Literature review dilakukan dengan cara pengidentifikasian dari narasumber dan sumber daya terakreditasi yang relevan dengan tema pembahasan. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan kerangka SPIDER. Pemilihan narasumber dan sumber dilakukan dengan menggunakan kriterian inklusi dan eksklusi. Sumber yang terpilih kemudian dilakukan review. Hasil : Tinggi badan ibu mempunyai pengaruh terhadap kejadian stunting pada balita. Genetik pendek pada ibu, akan mempengaruhi tinggi badan balita. Karakteristik ibu yang memiliki tinggi badan pendek membawa faktor genetika yang menyebabkan stunted, karena gen pembawa kromosom pendek kemungkinan besar akan menurunkan sifat pendek tersebut terhadap anaknya. Tinggi badan merupakan salah satu bentuk dari ekspresi genetik, dan merupakan faktor yang diturunkan kepada anak serta berkaitan dengan kejadian stunting. Kesimpulan : Tinggi badan ibu berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita. Secara genetik orang tua memiliki gen pewaris dalam kromosom dengan tinggi badan pendek akan menurunkan sifat pendek kepada anaknya, karena genetik seseorang diwariskan dari orang tua melalui gen. Kata Kunci : tinggi badan ibu, stunting, balita