Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANTITHESIS IN TAKING MEANING OF NATIONALISM: THE CONTESTATION BETWEEN ISLAM AND NATIONALITY Riza Saputra; Aidil Amin
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 9 No 2 (2021): Jurnal Kontemplasi
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.v9i2.5591

Abstract

This study aims to reveal the issues between Islam and nationalism in Indonesia in today's cases, especially those related to nationalism and Islam. These issues will be analyzed for the cause until it reaches the root of the real problem. This study uses the documentation method to solve the research objectives' various issues so that it is not bound by time and place. The data collected through the documentation method will be analyzed in-depth based on other studies to reach the root of the problem using the MAAMS method or the Root Problem Analysis and Solutions Method. This research explains cases of Islam and nationalism in Indonesia, in the form of understanding the caliphate, the law forbids respecting the flag and singing the national anthem. Keywords: Islam; nationalism; caliphate, state, nationality Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap isu-isu antara Islam dan nasionalisme di Indonesia, berupa kasus-kasus yang terjadi yang di masa sekarang, khususnya yang berkaitan dengan nasionalisme dan Islam. Isu-isu tersebut akan dianalisis penyebab masalahnya, hingga mencapai akar dari masalah yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mencapai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian, sehingga tidak terikat masalah waktu dan tempat. Data yang berhasil dikumpulkan melalui metode dokumentasi akan dianalisis secara mendalam berdasarkan penelitian-penelitian lainnya, hingga mencapai akar permasalahan menggunakan metode MAAMS atau Metode Analisis Akar Masalah dan Solusi. Dari peneilitian ini menghasilkan penjelasan letak-letak kasus Islam dan nasionalisme di Indonesia, berupa paham khilafah, hukum pengharaman penghormatan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Kata Kunci: Islam; nasionalisme; khilafah, negara, kebangsaan
THE RELATIONS OF SOCIAL ACTION AND RELIGIOUS DISCOURSES IN THE PHENOMENON OF TOLAK BALA "DISASTER PREVENTION" OF COVID-19 IN TINGGIRAN VILLAGE, BATOLA Riza Saputra
Kodifikasia: Jurnal Penelitian Islam Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/kodifikasia.v15i2.3197

Abstract

Artikel ini membahas fenomena kegiatan pencegahan bencana atau “tolak bala” Covid-19 yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tinggiran Baru, Barito Kuala. Kegiatan ini diasumsikan oleh masyarakat sekitar dapat menghentikan dan menangkal virus Corona. Namun, hasil sebenarnya yang diperoleh dari kegiatan ini masih belum pasti. Oleh karena itu, menarik untuk mengetahui mengapa masyarakat di Desa Tinggiran melakukan ritual tolak bala untuk mencegah bencana covid-19. Untuk menjawab pertanyaan ini, kami menggunakan teori tindakan sosial yang disandingkan dengan wacana keagamaan dalam pandangan Max Weber dan mengumpulkan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi, hasil penelitian ini mengarah pada beberapa poin: Pertama, peran narasi sejarah-tradisional, pandangan masyarakat desa terhadap kegiatan tolak bala terbentuk dari peristiwa sejarah yang berurutan bahwa tolak bala adalah hal yang biasa. aktivitas dan selalu menjadi alternatif untuk menghadapi situasi tersebut. Kedua, peran emosional-afeksi, dalam kegiatan tolak bala emosi merupakan salah satu faktor penentu yang mendukung keinginan masyarakat untuk melakukan kegiatan ini, Ketiga, peran tokoh agama dan kharismanya dalam struktur sosial desa Tinggiran Baru telah memperkuat narasi keagamaan dan mendorong masyarakat untuk mematuhi seruan kegiatan tolak bala. [This study discusses the phenomenon of disaster prevention activity or "tolak bala" of Covid-19 practiced by the villagers of Tinggiran Baru, Barito Kuala. The local people assume this activity can stop and ward off Coronavirus. However, the actual result obtained from this activity is still uncertain. Thus, it is exciting to know why people in Tinggiran village practice a tolak bala to prevent the covid-19 disaster. We use social action theory juxtaposed with religious discourse in Max Weber's view and collect the data with observation, interview, and documentation to answer this question. The results of this study lead to several points: First, the role of traditional-historical narrative, the view of villagers on tolak bala activity formed by the successive historical events that tolak bala is a common activity always becomes an alternative to deal with such situation. Second, the role of emotional-affectional in tolak bala activity is one of the determining factors that support the community's desire to do this activity. Third, the role of religious leaders and their charisma in the social structure of the village Tinggiran Baru has strengthened the sacred narrative and encouraged people to obey the call of tolak bala activity.]
COMMERCIAL ACTIVITY AND BEGGARS AS IDENTITY MARKER OF COMMUNITY: THE CASE OF SACRED AURA IN PILGRIMAGE AREA Riza Saputra
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/al-banjari.v18i2.3138

Abstract

Pada tahun 1812, pembangunan kubah di atas makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Astambul pada dasarnya merupakan penghargaan kepada ulama tersebut sebagai salah satu pemimpin Muslim yang berpengaruh. Namun, tujuan utama telah berubah sementara jumlah pengunjung telah meningkat. Kegiatan komersial tidak dapat dipisahkan dari orang-orang yang ingin menuai manfaat dan manfaatnya. Keberadaa sejumlah pengemis di desa ini  menjadikan situs ziarah ini dikenal sebagai desa dengan banyak pengemis. Artikel ini bermaksud untuk mengidentifikasi keterlibatan sakralitas dalam objek peziarah dan peran kesakralan dalam aktivitas komersial dan pengemis di area makam Syekh Muhammad Arsyad, kota Astambul. Kajian ini dilakukan dengan observasi fenomenologis, wawancara dengan jamaah haji dan masyarakat setempat yang menunjukkan objek ziarah religius dan sisi komersialnya untuk membawa manfaat bagi pelestarian situs ziarah agama. Dalam penelitian ini, penulis melihat bahwa pelestarian makam yang disucikan telah menjadi generator ekonomi bagi masyarakat lokal dan pemerintah. Selain itu, perilaku mengemis dari penduduk desa telah meningkatkan identifikasi di antara para peziarah untuk menandai tempat ziarah ini sebagai tempat dengan banyak pengemis. In 1812, the building of the dome on the grave of Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari in Astambul city basically is a form of homage for the clergy as one of the influential Muslim. However, the main purpose changes in a row with an increasing number of visitors. Hence, commercial activities cannot be far from the people who want to gain the benefits and merits thereof. Moreover, a number of beggars in this village have made this pilgrimage site is well known as the village with a lot of beggars. This paper will focus on the shrine of Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari in Astambul city. The purpose of this paper is to identify the involvement of sacredness into the tourist object and to identify the role of government with commercial activity and beggars in the shrine of Syekh Muhammad Arsyad in Astambul city. In this respect, we carried out phenomenological observations, interviews with tourists and local people indicating religious tourist object and its commercial side to bring about benefits for the religious pilgrimage site preservation. In this study, the author sees that the preservation of sanctified tomb has become an economic generator for the local people and government. In another case, the begging behaviour of villagers has raised identification among the tourist to mark this pilgrimage place as the village with a lot of beggars.
ANTITHESIS IN TAKING MEANING OF NATIONALISM: THE CONTESTATION BETWEEN ISLAM AND NATIONALITY Riza Saputra; Aidil Amin
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 9 No 2 (2021): Jurnal Kontemplasi
Publisher : UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/kontem.2021.9.2.365-383

Abstract

This study aims to reveal the issues between Islam and nationalism in Indonesia in today's cases, especially those related to nationalism and Islam. These issues will be analyzed for the cause until it reaches the root of the real problem. This study uses the documentation method to solve the research objectives' various issues so that it is not bound by time and place. The data collected through the documentation method will be analyzed in-depth based on other studies to reach the root of the problem using the MAAMS method or the Root Problem Analysis and Solutions Method. This research explains cases of Islam and nationalism in Indonesia, in the form of understanding the caliphate, the law forbids respecting the flag and singing the national anthem. Keywords: Islam; nationalism; caliphate, state, nationality Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap isu-isu antara Islam dan nasionalisme di Indonesia, berupa kasus-kasus yang terjadi yang di masa sekarang, khususnya yang berkaitan dengan nasionalisme dan Islam. Isu-isu tersebut akan dianalisis penyebab masalahnya, hingga mencapai akar dari masalah yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mencapai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian, sehingga tidak terikat masalah waktu dan tempat. Data yang berhasil dikumpulkan melalui metode dokumentasi akan dianalisis secara mendalam berdasarkan penelitian-penelitian lainnya, hingga mencapai akar permasalahan menggunakan metode MAAMS atau Metode Analisis Akar Masalah dan Solusi. Dari peneilitian ini menghasilkan penjelasan letak-letak kasus Islam dan nasionalisme di Indonesia, berupa paham khilafah, hukum pengharaman penghormatan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan. Kata Kunci: Islam; nasionalisme; khilafah, negara, kebangsaan