Kiswanto Kiswanto
Universitas Mulawarman

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

RIAP DIAMETER DAN TINGGI PERMUDAAN ALAM DAN TANAMAN MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula MIQ.) PADA SISTEM TPTII Kiswanto Kiswanto
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2010.4.1.1-10

Abstract

Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) merupakan sistem silvikultur terbaru yang diterapkan di Indonesia, yang menekankan paad penanaman jenis-jenis unggul hasil pemuliaan dengan sistem jalur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa informasi dan data pendukung yang berhubungan dengan permudaan alami dan tanaman dari meranti tembaga (Shorea leprosula Miq.) di areal TPTII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permudaan alami dengan perlakuan perapihan memiliki pertumbuhan awal (diameter dan tinggi) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan permudaan alami tanpa perlakuan dan pertumbuhan tanaman. Hal tersebut disebabkan perlakuan perapihan memberikan ruang tumbuh dan cahaya yang lebih banyak untuk pertumbuhan permudaan. Permudaan alami dengan perlakuan perapihan juga menunjukkan pertumbuhan lebih baik dibanding tanaman. Hasil ini diduga desebabkan permudaan alami telah cocok dengan kondisi tapak dan lingkungan, sementara tanaman harus beradaptasi dulu dengan kondisi tersebut.
Keragaman Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Kampung Sakaq Lotoq Kabupaten Kutai Barat Zefanius Zefanius; Kiswanto Kiswanto; Paulus Matius
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2020.6.1.51-62

Abstract

Pengetahuan tradisional yang memanfaatkan tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit telah dimiliki dan dipertahankan oleh masyarakat secara turun temurun. Sebagai contoh, pengetahuan suku Dayak yang bermukim di pedalaman hutan Kalimantan cukup besar sehingga dapat memilih dan memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis tumbuhan yang telah digunakan secara tradisional oleh masyarakat suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq di Kampung Sakaq Lotoq sebagai obat. Pengumpulan data-data lapangan menggunakan metode purposive sampling dan wawancara langsung dengan tokoh adat, petinggi kampung, dan para pembeliatn (dukun pengobatan). Penelitian ini telah menemukan 48 jenis tumbuhan dari 28 suku yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah daun dan akar. Jenis tumbuhan berkhasiat obat tersebut telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat untuk menyembuhkan 29 jenis penyakit.
Perubahan struktur dan komposisi tegakan pada areal bekas tebangan sistem TPTI di Kalimantan Timur Marjenah Marjenah; Paulus Matius; Doto Tri Purnomo; Kiswanto Kiswanto; Sutedjo Sutedjo
ULIN: Jurnal Hutan Tropis Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32522/ujht.v7i1.8385

Abstract

Komposisi jenis permudaan alami dan tegakan tinggal, menganalisis struktur dan volume tegakan tinggal pada areal hutan bekas tebangan umur 6 tahun, 4 tahun dan 2 tahun. Metode pembuatan plot menggunakan metode Purposive Sampling. Plot sampel berukuran 20 m x 125 m untuk pohon, sub plot berukuran 5 m x 5 m untuk pancang dan sub plot berukuran 2 m x 2 m untuk data semai. Hasil perhitungan yang diperoleh, komposisi jenis tingkat semai plot umur 6 tahun 29.500 individu/ha (28 jenis), tingkat pancang 7.360 individu/ha (35 jenis), tingkat pohon 356 individu/ha (46 jenis). Pada umur 4 tahun tingkat semai 77.000 individu/ha (26 jenis), tingkat pancang 8.400 individu/ha (33 jenis), tingkat pohon 360 individu/ha (50 jenis). Pada plot umur 2 tahun tingkat semai 44.500 individu/ha (37 jenis), tingkat pancang 2.400 individu/ha (17 jenis), tingkat pohon 272 individu/ha (43 jenis). Struktur tegakan tinggal di plot penelitian menunjukkan pada fase akhir pertumbuhan pohon memiliki jumlah yang semakin sedikit dan terdapat kesinambungan struktur horizontal dan vertikal. Potensi tegakan penebangan pada plot umur 6 tahun, sebesar 561,7 m3/ha dan 385,5 m3/ha; plot umur 4 tahun 406,3 m3/ha dan 150,3 m3/ha; pada plot umur 2 tahun 472,4 m3/ha dan 248,7 m3/ha; semuanya termasuk jenis komersil.
ANALISIS STRATEGI PROGRAM PASCATAMBANG PETERNAKAN SAPI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PT KITADIN SITE EMBALUT Eko Budi Prasetyo; Marlon Ivanhoe Aipassa; Taufan Purwokusumaning Daru; Gina Saptiani; Salaho Dina Devy; Kiswanto Kiswanto; Yosep Ruslim; Feby Kristina
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 22, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v22i2.6816

Abstract

Penelitian  ini  merupakan  penelitian  deskriptif  dengan  pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mengidentifikasi jenis-jenis program pascatambang peternakan sapi yang telah dilakukan oleh PT Kitadin serta untuk mengetahui kemajuan kegiatan program pascatambang peternakan sapi yang telah dilakukan oleh PT Kitadin. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka melaksanakan program pascatambang peternakan sapi dan bagaimana strategi pengembangan program peternakan sapi yang dilakukan oleh PT Kitadin. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni observasi/kunjungan lapangan langsung, wawancara dan study pustaka. Dalam pengolahan data yang telah diperoleh dilakukan dengan cara membandingkan pelaksanaan program tersebut dengan dokumen program rencana pascatambang dan melakukan evaluasi terkait pengembangan peternakan sapi yang telah di lakukan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan program pascatambang peternakan sapi di lahan bekas tambang khususnya di Pit S12 GS telah sesuai dengan dokumen perubahan program rencana pascatambang PT Kitadin tahun 2020 dari segi program dan jadwal pelaksanaan, rencana luasan area, serta rencana peruntukannya. Adapun terkait Startegi pengembangan peternakan sapi di lahan bekas tambang khususnya Pit S12 GS yang dilakukan oleh PT Kitadin apabila dilihat dari aspek pemilihan lokasi, topografi, daya dukung tanah, ketersediaan pakan ternak, dan sumber air minum ternak telah memadai dan sesuai dengan peruntukannya, tetapi bila didasarkan pada daya tampung, maka luas lahan yang disediakan untuk program pascatambang peternakan sapi belum memadai yakni hanya mampu menampung sebanyak 620 ekor sapi Bali dari rencana maksimal sebanyak 1.600 ekor sapi Bali.