Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Proses Pembentukan dan Asal Material Formasi Kayasa di Halmahera Berdasarkan Unsur Jejak dan Unsur Tanah Jarang Ronaldo Irzon
EKSPLORIUM Vol 40, No 1 (2019): Mei 2019
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1119.854 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2019.40.1.5445

Abstract

ABSTRAKKerumitan pembentukan batuan di Pulau Halmahera dipengaruhi konvergensi setidaknya tiga lempeng besar dan posisinya yang berada dalam kolisi aktif dua busur. Formasi Kayasa adalah salah satu dari empat satuan batuan gunung api di Pulau Halmahera. Analisis petrografi, unsur jarang, dan unsur tanah jarang (UTJ) dimanfaatkan untuk mempelajari proses pembentukan maupun asal materi batuan Formasi Kayasa. Mikroskop bipolar dimanfaatkan pada studi petrografi sedangkan Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry digunakan untuk analisis kandungan unsur jejak dan unsur tanah jarang terhadap tujuh sampel segar dan empat batuan teralterasi maupun lapuk pada domain Formasi Kayasa. Seluruh sampel segar diklasifikasikan sebagai andesit-basalt berdasarkan perbandingan komposisi kuarsa, K-felspar, dan plagioklas. Kristalisasi fraksional plagioklas diduga berperan penting dalam proses pembentukan Formasi Kayasa. Batuan segar pada studi ini diperkirakan terkristalisasi pada kondisi oksidatif dalam lingkungan laut sedangkan batuan teralterasi atau lapuk terbentuk pada lingkungan reduktif di atas permukaan laut. Berdasarkan pengamatan megaskopis dan pola diagram laba-laba UTJ, material pembentukan Formasi Kayasa sangat mungkin berasal dari lempeng samudera.ABSTRACTThe complexity of rock formation on Halmahera Island is influenced by convergences of at least three main plates and is located in the active collision of two arcs. The Kayasa Formation is one of four volcanic rock units on Halmahera Island. Petrographic analysis, rare elements, and rare earth elements (REE) are applied in studying the rock emplacement process and the material source of Kayasa Formation. Bipolar microscopy is utilized in petrographic studies while Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry is used for measuring the trace and rare earth elements compositions in seven fresh samples and four altered/weathered rocks in Kayasa Formation’s domain. The fresh samples are classified as andesite-basalt based on quartz, K-feldspar, and plagioclase modal composition. Plagioclase fractional crystallization is thought to play an important role in the crystallization of Kayasa Formations. Fresh rocks in this study tend to crystallize under oxidative conditions in the marine environment, whilst altered or weathered ones formed in a reductive environment above sea level. Based on megascopic observations and REE patterns, the material of Kayasa Formation is very likely derived from the ocean plate.
Komparasi Geokimia Batuan Gunung Api Kuarter dan Tersier di Tepian Selatan Lampung Ronaldo Irzon
EKSPLORIUM Vol 41, No 2 (2020): November 2020
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2020.41.2.6053

Abstract

ABSTRAK Keterdapatan batuan gunung api di Sumatra diakibatkan oleh penunjaman Lempeng Samudra India-Australia ke bawah Lempeng West Sumatra sejak Eosen. Tanggamus adalah kabupaten di ujung selatan Lampung dengan keterdapatan beberapa unit batuan gunung api berumur Tersier maupun Kuarter. Studi ini bertujuan untuk membandingkan komposisi geokimia batuan gunung api Tersier Formasi Hulusimpang dengan batuan gunung api Kuarter Gunung Tanggamus. Perangkat XRF dan ICP-MS dimanfaatkan untuk mengetahui kadar oksida utama, unsur jejak, dan unsur tanah jarang pada penelitian ini. Berdasarkan karakter geokimia, sampel dari Formasi Hulusimpang adalah batuan gunung api kalk-alkali, metalumina hingga peralumina, dan dalam rentang trakiandesit basaltik hingga riolit. Sampel batuan gunung api berumur Kuarter berada pada rentang kadar silika yang lebih sempit dan cenderung metalumina. Studi ini membuktikan bahwa kedua kelompok batuan berasal dari magma yang sama, tetapi dengan kontaminasi kerak selama diferensiasi. Proses pembentukan yang berbeda pada kedua kelompok batuan diperjelas oleh derajat kemiringan kurva diagram laba-laba UTJ dan jenis anomali Eu.ABSTRACT The presence of volcanic rocks in Sumatra is due to the subduction of the Indian-Australian Ocean Plate under the West Sumatra Plate since the Eocene. Tanggamus Regency situated at the southern edge of Lampung with the occurrence of several Tertiary and Quaternary volcanic rock units. The aim of this study is to compare the geochemical composition of Tertiary volcanic rocks from the Hulusimpang Formation and Quaternary volcanic rocks from Mount Tanggamus in the Tanggamus Regency. XRF and ICP-MS devices were used to determine the compositions of major oxides, trace elements, and rare earth elements in this study. Based on geochemical characters, samples from the Hulusimpang Formation are calc-alkaline volcanic rocks, metaluminous to peraluminous, and in the basaltic trachyandesite to rhyolite ranges. Quaternary samples are in a narrower range of silica content and tend to be metaluminous. This study proves that the two rock groups originate from the same magma but with crustal contamination during differentiation. The two volcanic should experience through different formation processes based on the slope of the heavy-REE and the type of Eu anomaly.
Geochemistry of Ophiolite Complex in North Konawe, Southeast Sulawesi Ronaldo Irzon; Baharuddin Abdullah
EKSPLORIUM Vol 37, No 2 (2016): November 2016
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1122.731 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2016.37.2.2868

Abstract

ABSTRACTSoutheast Sulawesi is crosscutted by Lasolo Fault into two geological provinces: Tinondo and Hialu. Tinondo Geological Province is occupied largely by Ophiolite Complex in the northern part of Southeast Arm of Sulawesi. No study was conducted in relation to the geochemistry composition of Ophiolite Complex in North Konawe Regency. The aim of this study is to describe the ultramafic rock of the Ophiolite Complex in North Konawe Regency using field, geochemical, and petrographical analysis. Megascopically, the selected nine samples are described as greyish to blackish and fine to medium grains ultramafic rocks, which consist of pyroxene and olivine. Microscope, X-Ray Fluorescence (XRF), and Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) devices were used to obtain both petrography and geochemistry data. Major oxides data confirm that the selected samples are classified into ultramafic rocks as SiO2, MgO, and Fe2O3T are the most abundant oxides. The studied samples presumably came from arc tholeiitic environment tectonic setting. Ultramafic rocks often contain promising economic metals whereas the average numbers of Ni, Mn, Cr, and Co of this study are 2,675; 1,074; 2,386; and 117 ppm respectively. The rocks are generally enriched in high field strength elements whilst rare earth elements value are low, ranging from 2.11 to 7.10 ppm. Microscopically, samples can be classified into three groups: olivine-hornblende pyroxenite, lherzolite, and olivine websterite. Geochemical data describes more about the discriminant analysis of the groups. ABSTRAKWilayah Sulawesi Tenggara dipotong oleh Sesar Lasolo yang membagi daerah ini menjadi dua lajur: Tinondo dan Hialu. Lajur Tinondo diisi sebagian besar oleh Komplek Ophiolit, yang berada di bagian utara dari Lengan Tenggara Sulawesi. Belum ada studi yang terfokus kepada kandungan geokimia Komplek Ophiolit tersebut di wilayah Kabupaten Konawe Utara.Studi ini bertujuan untuk mempelajari karakter batuan ultramafik dari Komplek Ophiolit di Kabupaten Konawe Utara melalui kegiatan lapangan, analisis geokimia, dan analisis petrografi. Secara megaskopis, sembilan contoh batuan terpilih teridentifikasi sebagai batuan ultramafik berwarna kelabu hingga hitam, berukuran butir sedang hingga halus, dan mengandung piroksen maupun olivine. Perangkat mikroskop, X-Ray Fluorescence (XRF), dan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS) dimanfaatkan untuk memperoleh data geokimia maupun mikroskopis. Data oksida utama mengklasifikasikan contoh terpilih ke dalam batuan utramafik dengan SiO2, MgO, dan Fe2O3T sebagai oksida dengan kelimpahan tertinggi. Contoh terpilih mungkin terbentuk pada lingkungan busur tektonik tholeitik. Batuan ultramafik sering mengandung logam ekonomis dengan kadar rata-rata Ni, Mn, Cr, dan Co pada studi ini adalah: 2.675, 1.074, 2.386, dan 117 ppm secara berurutan. Batuan telah mengalami pengayaan unsur high field strength elements meskipun dengan kadar unsur tanah jarang yang rendah, berkisar dari 2,11 hingga 7,10 ppm. Secara petrografi, batuan terpilih dapat dibagi menjadi tiga kelompok: olivine-hornblende pyroxenite, lherzolite, and olivine websterite. Data geokimia menjelaskan lebih lanjut mengenai perbedaan dari kelompok-kelompok tersebut.
Thorium and Total REE Correlation in Stream Sediment Samples from Lingga Regency Ronaldo Irzon
EKSPLORIUM Vol 39, No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (952.629 KB) | DOI: 10.17146/eksplorium.2018.39.1.3558

Abstract

Rare Earth Elements (REE) are found in variety of minerals, which are mobilized by weathering from adjacent watersheds into streambeds and affect the chemical content. A study of stream sediments is useful to trace the source of metals, as they are representative of the composition of the drainage basin. This study describes trace and rare earth elements geochemistry composition of selected nine stream sediment samples from two major Islands in Lingga Regency, namely Singkep and Lingga. Moreover, the associations of rare earth elements abundance to other elements in selected samples are used on tracing the most possible mineral as REE source. Nine selected stream sediments were identified megascopically and measured for the trace and rare earth elements composition by inductively coupled plasma – mass spectrometry (ICP-MS). The selected samples from Lingga yielded very strong average Zr, Mn, Ba, and Rb compositions of 246 ppm, 172 ppm, 126 ppm, and 84 ppm, respectively. On the other hand, Zr, Mn, Cr, and Rb are the top four abundant trace elements from Singkep with consecutive median value of 486 ppm, 305 ppm, 145 ppm, and 85 ppm. Feltilizer for agricultural area at Lingga most posibly contain As and Rb upon these elements abundances and association. Tin mine activity was found to influence the streambeds composition with low Rb-Cs composition but high Zr-REE abundance. Very strong Th to ∑REE association suggests that thorium-bearing mineral, especially monazite-La, is the main REE source of the selected samples. All of the studied samples exhibit Eu negative anomaly to imply the absence of either detrital apatite or chemical weathering of apatite. Moreover, REE of Lingga stream sediments is averagely more fractionated than Singkep.  Unsur Tanah Jarang (UTJ) terkandung dalam berbagai jenis mineral yang dapat termobilisasi akibat pelapukan dari daerah aliran sungai terdekat, terendapkan, dan mempengaruhi kandungan kimianya. Studi mengenai sedimen sungai dapat dimanfaatkan untuk menelusuri sumber logam, sebagaimana sedimen tersebut merupakan bahan penyusun dasar sungai. Penelitian ini menerangkan kandungan geokimia unsur jejak dan tanah jarang dari sembilan contoh sedimen sungai terpilih dari dua pulau besar di Kabupaten Lingga, yaitu: Singkep dan Lingga. Selanjutnya, asosiasi kelimpahan unsur tanah jarang terhadap unsur lain dipergunakan untuk menelusuri mineral yang paling mungkin sebagai sumber UTJ. Sembilan contoh sedimen sungai terpilih telah dideskripsi secara megaskopis dan diukur kandungan unsur jejak dan tanah jarangnya menggunakan inductively coupled plasma – mass spectrometry (ICP-MS). Contoh terpilih dari Pulau Lingga tersusun atas sejumlah tinggi Zr, Mn, Ba, dan Rb, yaitu 246 ppm, 172 ppm, 126 ppm, and 84 ppm secara berurutan. Sementara itu, Zr, Mn, Cr, dan Rb merupakan unsur paling melimpah pada contoh dari Pulau Singkep dengan rataan kelimpahan masing-masing 486 ppm, 305 ppm, 145 ppm, and 85 ppm. Pupuk pertanian di Lingga kemungkinan besar mengandung As dan Rbberdasarkan kelimpahan dan asosiasi mineral tersebut. Aktivitas penambangan timah ditengarai mempengaruhi komposisi endapan sungai dengan komposisi Rb-Cs yang rendah tetapi Zr-REE melimpah. Korelasi kuat Th dan ∑UTJ menunjukkan bahwa mineral mengandung thorium, khususnya monasit-La, merupakan sumber utama UTJ pada contoh terpilih. Seluruh contoh menampakkan anomali negatif Eu yang menandakan ketiadaan apatit detrital maupun pelapukan kimia apatit. Lebih jauh, UTJ pada sedimen sungai Lingga secara rata-rata lebih terfraksinasi dari pada Singkep.
PENGAYAAN LOGAM BERAT Mn, Co, DAN Cr PADA LATERIT NIKEL DI KABUPATEN KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Ronaldo Irzon
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 12 No. 2 (2017): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3779.3 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v12i2.37

Abstract

Proses pelapukan lebih mudah terjadi pada wilayah beriklim tropis seperti di Indonesia dan meredistribusi kandungan kimia batuan induk. Hasil proses pelapukan batuan ultramafik banyak teridentifikasi di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Proses pengayaan logam-logam berat pada horizon pelapukan di wilayah Konawe Utara merupakan tujuan penelitian ini. Perangkat XRF dan ICP-MS milik Laboratorium Geologi – Pusat Survei Geologi dimanfaatkan dalam pengukuran kadar oksida utama, unsur jarang, dan unsur tanah jarang pada setiap horizon pelapukan dari tiga profil: Andowia, Wawolimbue, dan Marombo. Horizon saprolit di Marombo dianggap layak untuk dijadikan pengganti horizon saprolit di Wawolimbue, karena berasal dari lokasi yang tidak jauh dan sebagai hasil dari pelapukan batuan ultramafik. Dapat disimpulkan bahwa logam berat: Mn, Co dan Cr terkayakan pada horizon laterit relatif terhadap dua horizon pelapukan lainnya, sedangkan Ni tertahan pada transitional bedrock. Pada sisi lain, Mg, Si, dan Ca cenderung mengalami pengurangan bertahap berbanding lurus dengan proses pelapukan. Profil Wawolimbue dan Marombo sangat mungkin berasal dari batuan induk yang sama dan dipertegas oleh diagram laba-laba unsur tanah jarang. Perbedaan pola diagram unsur tanah jarang berikut derajat anomali Eu menegaskan kesimpulan bahwa profil Andowia berasal dari batuan induk berbeda terhadap profil Wawolimbue-Marombo. Unsur tanah jarang paling terkayakan pada horizon laterit dengan anomali Ce negatif terkait terbentuknya fraksi lempungan dan oksidasi spontan Ce3+ menjadi Ce4+ saat pelapukan.
Dosis Radiasi Gamma Beragam Jenis Batuan di Wilayah Utara Pulau Bangka Ronaldo Irzon; Kurnia Kurnia; Asep Rohiman; Dida Yurnaldi; Aries Kusworo
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 13, No 3 (2022)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34126/jlbg.v13i3.444

Abstract

Radioaktivitas dapat terjadi secara alami maupun disebabkan oleh aktifitas manusia. Salah satu radioaktivitas alami terdapat pada batuan yang bergantung kepada jenis dan komposisinya. Studi ini bermaksud untuk menjelaskan dosis radiasi beberapa jenis batuan yang teradapat di wilayah Pulau Bangka bagian utara. Perangkat Geiger–Müller counter tipe FH 40 G Multi-Purpose Digital Survey Meter dari Thermo dipergunakan untuk mengukur dosis radiasi batuan pada penelitian ini. Pengukuran pada setiap sampel dilakukan setidaknya tiga kali dan nilainya telah diolah secara statistik untuk menapatkan hasil yang valid. Jenis batuan dengan tingkat dosis radiasi tertinggi hingga terendah adalah granit, sedimen tersilisifikasi, sedimen, dan diabas dengan rerata 466 nSv/h, 116 nSv/h, 90 nSv/h, dan 74 nSv/h secara berurutan. Penelitian ini membuktikan bahwa granit adalah bahan bangunan utama yang digunakan oleh masyarakat Pulau Bangka meskipun batuan tersebut memiliki resiko radioaktif terbesar relatif terhadap jenis batuan lain.
KOMPARASI KARAKTER PENGAYAAN LOGAM PADA DUA SEKSI PLUTON LASSI DI WILAYAH SOLOK, PROVINSI SUMATRA BARAT Ronaldo Irzon; Mamat Suhermat; Hilman Suwargana; Kurnia; Windi Anarta Draniswari
JURNAL GEOMINERBA (JURNAL GEOLOGI, MINERAL DAN BATUBARA) Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Geominerba - 2023
Publisher : PPSDM Geominerba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58522/ppsdm22.v8i1.98

Abstract

Intrusions in Sumatran are part of the granitoid range of Southeast Asia. The Volcanic Arc Suite is located in the western part of Sumatra and on the Bukit Barisan range. The intrusions in this province are unique because they are small pluton, including Pluton Lassi, unlike the intrusions in East Mandala and Central Mandala which are batholiths. Sumatra situated is in a tropical environment so it is vulnerable to weathering. This study aims to compare the impact of weathering on metal enrichment in two Pluton Lassi profiles from two different sections. The composition of each sample was analyzed using XRF and ICP-MS at the Center for Geological Survey. Fresh samples are classified as granodiorite based on microscopic analysis. Based on chemical analysis, the sample is diorite, high-K Alkaline Calc series, metaluminous, and I-type. Both profiles show that the levels of Fe2O3T, Al2O3 and TiO2 rise with increasing weathering intensity. On the other hand, SiO2, CaO, MgO, Na2O, and K2O are decreased. Light-REE are more abundant than heavy-REE in all samples. The studied profiles reveal differences in the type of Eu anomaly, intensity Light-REE against heavy-REE, and the character of heavy-REE normalization.
Geokimia Batugamping Formasi Gumai dan Formasi Baturaja di Wilayah Muaradua, Ogan Komring Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan Ronaldo Irzon; Sigit Maryanto
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i3.11

Abstract

Formasi Gumai dan Formasi Baturaja merupakan dua dari beberapa satuan batuan yang terdiri dari batugamping di daerah Muaradua, Ogan Komring Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Komposisi geokimia merupakan sisi yang dibahas dalam penelitian ini pada kelompok batugamping dari Formasi Gumai dan Formasi Baturaja. Kadar oksida utama pada contoh diketahui menggunakan perangkat XRF, sedangkan unsur jarang dan unsur tanah jarang dengan ICP-MS. Bivariate plots, koefisien determinasi, dan pearson correlation coefficient dimanfaatkan untuk membedakan batugamping dari kedua unit batuan ini. Rataan unsur tanah jarang pada batugamping Formasi Baturaja (89,79 ppm) jauh lebih tinggi dari contoh yang sama dari Formasi Gumai (33,63 ppm). Melalui studi ini dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok batugamping memiliki proses pembentukan berbeda. Formasi Baturaja lebih banyak dipengaruhi oleh bahan klastik dengan mengacu pada komposisi Al2O3, Fe2O3T, dan Er/Nd. Kondisi lingkungan lebih oksidatif pada batugamping Formasi Baturaja dikonfirmasi oleh anomali Ce. Pengaruh material terrigenous pada Formasi Baturaja dan Formasi Gumai dapat disimpulkan melalui perbandingan Y/Ho.
Genesis Granit Muncung dari Pulau Lingga Berdasarkan Data Geokimia dan Mikroskopis Ronaldo Irzon
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 3 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v16i3.38

Abstract

Granit Muncung dan Granit Tanjungbuku merupakan dua satuan granitoid yang terdapat di Pulau Singkep. Sebelumnya telah diketahui bahwa Granit Muncung merupakan tipe-S dan sebagai bagian dari 'Main Range Granite Province' di Asia Tenggara. Penelitian terkini menyebutkan bahwa Granit Muncung dapat dikelompokkan dalam dua fasies berdasarkan kandungan geokimia. Penelitian ini mengulas lebih lanjut mengenai Granit Muncung yang terdapat di Pulau Singkep melalui data geokimia dan mikroskopis. Dengan memanfaatkan genesa yang lebih terperinci dan up to date, hipotesis Granit Muncung sebagai tipe-S turut diperkuat melalui makalah ini. Karakter contoh terpilih sebagai granitoid yang cenderung ferroan menunjukkan kelimpahan Fe yang lebih besar relatif terhadap Mg. Penambahan K dan Na, maupun pengurangan Ca selama diferensiasi diduga berhubungan dengan sifat alkali-calcic pada batuan granitik ini. Data mikroskopis, diagram ANK vs A/CNK maupun penghitungan ASI menunjukkan sifat peralumina kuat dari contoh ini.Kata kunci - geokimia, Granit Muncung, tipe-S, Pulau Singkep, peralumina
Bahan Standar Internal dengan Matriks Stream Sediments dari Sungai Berair Payau dan Tawar di Daerah Pangandaran dan Sekitarnya Ronaldo Irzon; Kurnia Kurnia
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 2 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v16i2.42

Abstract

Bahan standar merupakan persyaratan mutlak untuk memvalidasi sebuah pengukuran. Dibutuhkan biaya besar dalam pengajuan bahan standar berskala certified reference material, oleh karena itu pembuatan materi acuan standar intern dapat menjadi jalan keluar. Sebagai sarana pengujian di lingkungan Pusat Survei Geologi, Laboratorium Geologi harus dapat menyelaraskan fungsinya dengan kebutuhan riset ilmu kebumian di Indonesia. Beberapa tahun sebelumnya tiga bahan standar dengan matriks stream sediment telah dihasilkan. Walaupun sama-sama dari matriks stream sediment, penelitian ini berbeda pada jenis air dimana contoh diambil. Dua dari contoh diambil dari lingkungan air payau, sedangkan satu lainnya dari lingkungan air tawar di sekitar Pangandaran, Jawa Barat. Perangkat Atomic Absorbance Spectrometry dan X-Ray Flourescence dimanfaatkan untuk mengukur kandungan elemen maupun oksida pada contoh bakal standar yang telah melalui proses hingga menjadi banyak split. Perhitungan statistika diaplikasikan untuk mengetahui tingkat homogenitas contoh maupun menetapkan nilai acuan. Uji variansi satu arah berakurasi 95% menyimpulkan bahwa dua contoh dapat dikategorikan homogen dan satu lainnya homogen sempurna. Atas dasar besaran koefisien variansi <5%, lima elemen hasil analisis AAS dan delapan oksida utama hasil analisis XRF dapat dijadikan nilai acuan.Kata kunci - air payau, air tawar, bahan standar internal, stream sediment.