Sri Legowo
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil FTSP-ITB

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengoperasian dan Umur Guna Waduk (Studi Kasus : Waduk Cimeta Padalarang) Legowo, Sri; Hadihardaja, Iwan Kridasantausa; Rabuanawati, Susi
Jurnal Teknik Sipil Vol 13, No 4 (2006)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.541 KB)

Abstract

Abstrak. Metode simulasi dan optimasi merupakan dua metode yang sering digunakan dalam pengelolaan sumberdaya air. Dalam penulisan jurnal ini metode tersebut digunakan untuk memperoleh suatu metode pemanfaatan sumberdaya air dari Waduk Cimeta pada Sungai Cimeta - Jawa Barat. Metode simulasi yang digunakan adalah untuk mencoba berbagai pemanfaatan kebutuhan air diantaranya air minum, irigasi dan industri mulai dari tahun 2005 sampai 2030. Dari optimasi dengan program linier untuk fungsi tujuan memaksimalkan release dan keuntungan menghasilkan keuntungan untuk tahun 2005 (Rp. 5,341,963,401.29), tahun 2010 (Rp. 5,502,992,697.29), tahun 2020 (Rp. 6,220,765,679.09) dan tahun 2030 (Rp. 7,508,548,171.86). Peningkatan keuntungan tersebut terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan air. Hasil perhitungan optimasi dengan program linier didapatkan bahwa Waduk Cimeta hanya mencapai optimum pada tahun 2010 karena release yang dihasilkan belum mampu memenuhi kebutuhan air minum, irigasi dan industri pada tahun 2020 dan 2030. Metode yang digunakan untuk menentukan umur guna Waduk Cimeta adalah metode dengan Trap Effisiency yang tergantung pada perbandingan antar kapasitas tampungan waduk (C) dan inflow (I) tahunan dari waduk yang bersangkutan. Effisiency tangkapan suatu waduk akan berkurang sejalan dengan umurnya, karena kapasitas waduk akan dikurangi oleh tumpukan sedimen. Dengan diketahuinya kapasitas storage (0.7996 x 106 m3) dan inflow sedimen tahunan (0.0777 x 106 m3) maka penentuan umur guna waduk terhadap kapasitas tampungan pada elevasi + 735 dengan berbagai nilai Trap Effisiensi pada beberapa persentase penurunan volume storage (ΔV= 5%, 10%, 20% dan 80%) menunjukkan bahwa umur guna waduk berdasarkan waktu pengisian tampungan oleh sedimen adalah 21.49 tahun dengan ΔV= 5%, 21.337 tahun dengan ΔV=10%, 20.641 tahun dengan ΔV=20% dan 19.038 tahun dengan ΔV=80%. Jadi pada berbagai tahap persentase volume tampungan (ΔV) yang dipakai adalah pada tahap penurunan yang paling besar yaitu ΔV=5% dengan umur guna waduk adalah 21.49 tahunAbstract. Simulation and optimation methods is often used in management of water resources. In this journal, the methods are used to get method exploiting of water resources from accumulating Cimeta reservoir at River of Cimeta - West Java. Method Simulation is used to try various exploiting of amount of water required among others drinking water, irrigation and industrial start from year 2005 until 2030. From optimation method with linear program to target function of maximizing advantage and release yield advantage for year 2005 (Rp. 5,341,963,401.29), year 2010 (Rp. 5,502,992,697.29), year 2020 (Rp. 6,220,765,679.09) and year 2030 (Rp. 7,508,548,171.86). The increasing of benefit is got because there is increasing of water demand. The result of calculation optimation method with linear program is got that Cimeta reservoir is only reach optimum in 2010 because release is produced by Waduk Cimeta is not good enough to meet the demand water for domestic, irrigation and industry in 2020 and 2030. The method is used to determine the useful age of Cimeta reservoir is Trap Efficiency method which depend on comparison between capacity of storage reservoir (C) and inflow (I) annual of the reservoir.Capture efficiency of reservoir will decrease in line with the age, because capacity of reservoir will decreased by sediment filled. As known that capacity of storage (0.7996 x 106 m3) and annual sediment inflow (0.0777 x 106 m3) then determination useful age of reservoir to capacity of storage at elevation + 735 by various value Trap Efficiency at some percentages degradation volume of storage (ΔV= 5%, 10% , 20% dan 80%) indicate that the useful ofage is based on the time of filling storage by sedimen is 21.49 years at ΔV=5%, 21.337 years with ΔV= 10%, 20.641 years with ΔV= 20% and 19.038 years with ΔV=5%. So at various phase of persentage volume storage (ΔV) which is used is the biggest degradation phase that is ΔV= 5% with the useful age of reservoir is 21.49 years.
Analisis Ketersediaan Air dan Sistem Operasi dengan Metode Dinamik Deterministik (Studi Kasus Waduk Sukawana – Sungai Cimahi) Azmeri, Azmeri; Legowo, Sri; Kridasantausa, Iwan
Jurnal Teknik Sipil Vol 11, No 3 (2004)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.569 KB)

Abstract

Abstrak. Metode simulasi dan optimasi merupakan dua metode yang sering digunakan dalam pengelolaan sumberdaya air. Dalam penulisan makalah ini metode tersebut digunakan untuk memperoleh suatu metode pemanfaatan sumberdaya air dari Waduk Sukawana pada Sungai Cimahi - Jawa Barat. Metode simulasi yang digunakan adalah untuk mencoba berbagai pemanfaatan kebutuhan air diantaranya air minum, irigasi, industri dan PLTMH mulai dari tahun 2003 sampai 2028. Dari simulasi neraca air untuk 2 (dua) alternatif yaitu untuk Q80 diperoleh volume tampungan waduk untuk tahun 2003 (25,847x106 m3), tahun 2008 (25,665 x106 m3), tahun 2018 (26,277 x106 m3) dan tahun 2028 (41,284 x106 m3). Sedangkan untuk Q50 diperoleh volume tampungan waduk untuk tahun 2003 (17,506 x106 m3), tahun 2008 (17,325 x106 m3), tahun 2018 (17,936x106 m3) dan tahun 2028 (20,784 x106 m3). Dari optimasi operasi waduk dengan program dinamik deterministik menghasilkan pola operasi untuk waduk Sukawana. Pada tahun basah, normal dan kering, storage bulan Januari dan Desember berada pada elevasi maksimum 1475m. Pada bulan Mei sampai September terjadi penurunan elevasi air di waduk. Taraf muka air normal dijadikan pedoman dalam menjalankan operasi waduk. Taraf muka air normal yang ditentukan sebagai permulaan adalah pada bulan Mei, dimana tinggi air waduk diusahakan mencapai elevasi maksimum Untuk mencegah bahaya banjir, muka air waduk antara bulan Oktober sampai dengan bulan April diusahakan di bawah elevasi maksimum.Abstract. Simulation and optimation methods is often used in management of water resources. In this thesis, the method are used to get method exploiting of water resources from accumulating Sukawana reservoir at River of Cimahi - West Java. Method Simulation is used to try various exploiting of amount of water required among others drinking water, irrigation, industrial and PLTMH start from year 2003 until 2028. From balance simulation for two alternativies that is for Q80 obtained by volume accomodate accumulating reservoir for year 2003 ( 25,847x106 m3), year 2008 ( 25,665 x106 m3), year 2018 ( 26,277 x106 m3) and year 2028 (41,284 x106 m3). For Q50 obtained by volume accomodate accumulating basin for year 2003 (17,506x106m3), year 2008 ( 17,325 x106 m3), year 2018 (17,936x106m3) and year 2028 (20,784 x106 m3). From optimation operate for accumulating reservoir with program of dinamic deterministic yield pattern operate for accumulating Sukawana reservoir. Wet in the year, dry and normal, January month moon storage capacity and December at maximum elevation 1475m. In May until September happened degradation of elevasi in accumulating basin. Normal water level which determined as start is in May, where is high of accumulating basin water laboured to reach maximum elevation. To prevent effect of floods, hence water level of accumulating basin during the month October up to April under of highest maximum elevation.
Model Hak Guna Air dan Insentif / Disinsentif Bagi Pemerintah Otonomi Kabupaten / Kota di Jawa Barat (Studi Kasus DAS Cimanuk – Jawa Barat) Natasaputra, Suardi; Tuah, Hang; Legowo, Sri; Soekarno, Indratmo
Jurnal Teknik Sipil Vol 13, No 2 (2006)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.286 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian ini mempelajari model hak guna air (HGA) dan model insentif / disinsentif bagi daerah otonom kabupaten yang diformulasikan berdasarkan kondisi tataguna lahan dan karakteristik alamiah daerah aliran sungai (DAS). Tujuannya untuk meningkatkan sinergitas dan keterpaduan pengelolaan SDA secara keseluruhan DAS. Karena air merupakan komoditas yang vital dan esensial serta rawan konflik dalam kehidupan manusia, model HGA pada masing-masing daerah otonom didasarkan atas ketersediaan air pada setiap kabupaten/kota berdasarkan hujan rata-rata tahunan yang jatuh pada wilayah kabupaten/kota (daerah otonom) dikurangi debit minimum untuk menjaga kelestarian biota sungai. Model insentif/disinsentif didasarkan pada parameter sisa HGA suatu daerah otonom yang dapat dimanfaatkan oleh daerah otonom lainnya. Parameter tersebut dalam model diinterpretasikan sebagai koefisian manfaat (Cm), koefisien sisa (Cs), dan koefisien bobot (Cb). Besarnya insentif bagi kabupaten surplus air adalah perkalian dari koefisien-koefisien tadi dengan jumlah pendapatan daerah seluruh DAS (hasil hak guna usaha air). Simulasi model pada DAS Cimanuk, menunjukan Kabupaten Garut, Sumedang, dan Majalengka memiliki HGA lebih besar dari jumlah pemakaiannya (surplus), sedangkan kabupaten Indramayu mengalami kekurangan (defisit). Kelebihan air dari 3 (tiga) kabupaten tersebut dimanfaatkan selain untuk memenuhi kebutuhan air di kabupaten Indramayu, juga untuk kabupaten Cirebon dan kota Cirebon sebagai tetangga terdekat. Daerah yang mendapat insentif pada DAS Cimanuk, adalah kabupaten Garut, Sumedang, dan Majalengka, dan yang mendapat disinsentif adalah kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon. Upaya konservasi seperti perubahan pola tata guna lahan dan pembangunan waduk seperti waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, sangat berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan masing-masing daerah otonom. Model insentif bermafaat untuk mengatur pembagian peran dan bagi hasil pajak antara propinsi dan kabupaten didalam DAS.Abstract. This study observed water rights and incentive/disincentive models for autonomous kabupaten/kota which are formulated based on land management condition and natural characteristics of the related river basin. The objective of this research is to improve river basin management integratedly andsynergically. As water is a vital and essential commodity yet a sources a conflict in human life, water rights model in every autonomous government is based on the water availability in the related autonomous region (kabupaten/kota) taken from annual rainfall minus minimum discharge in order to keep river biota conservation. Incentive/disintencive model is based on the parameter of the remaining water rights in one autonomous region able to be benefited by other autonomous regions. This parameter is interpreted as beneficial coefficient (Cm), remaining coefficient (Cs), and weight coeffisient (Cb). The amount of incentive for kabupaten with water surplus is the multiplication of the abve mentions coeffients with the total number of income throughout those river basins (water rights outcome). Model simulation in the Cimanuk river basin showed that Kabupaten Garut, Sumedang, and Majalengka possess greater water rights from the point of view of their usage (surplus), whereas Kabupaten Indramayu experienced deficit. Water excesses from those three kabupaten is benefited to meet water requirement not only by Kabupaten Indramayu, but by Kabupaten Cirebon and Kota Cirebon as well as the nearest neighbours. The areas obtaining insentive from the Cimanuk river basin are Kabupaten Garut, Sumedang, and Majalengka, and those which obtaining disincentive are Kabupaten Indramayu, Cirebon and Kota Cirebon. The conservation efforts such as changing in land management pattern and dam construction like Jatigede dam at kabupaten Sumedang, strongly influenced to the increase of income of the related autonomous governments. The incentive model is very beneficial to arrange the distribution of role and tax sharing between provincial and the kabupaten governments within river basin.
Kajian Peran Serta Petani Terhadap Penyesuaian Manajemen Irigasi untuk Usaha Tani Padi Metode SRI (System of Rice Intensification) di Petak Tersier Daerah Irigasi Cirasea, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Wiyono, Agung; Legowo, Sri; Nugroho, Joko; Nugroho, Christian Adi
Jurnal Teknik Sipil Vol 19, No 1 (2012)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.425 KB)

Abstract

Abstrak. Budidaya dan penerapan metode SRI (System of Rice Intensification) sifatnya sangat kompleks, dengan adanya teknologi pertanian yang terkait dengan aspek sosial-budaya masyarakat petani dan pengemban kebijakan, lambat laun akan mendorong terjadinya perubahan pada manajemen irigasi. Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti seberapa besar pengaruh dari peran serta petani dalam upaya menyesuaikan manajemen irigasi untuk usaha tani padi metoda SRI di daerah irigasi Cirasea, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan responden 88 orang kelompok tani SRI dan 14 orang dari instansi, diperoleh hasil penelitian: variabel kelembagaan (X1), Irigasi(X2), dan Partisipasi Petani dan Sistem Pendukung(X3), secara bersama-sama berpengaruh terhadap Penyesuaian Manajemen Irigasi SRI (Y) nilai korelasi 0,672. (Hubungan kuat), dimana persamaan regresinya adalah Y= 6,957 + 0,239 X1 - 0,327 X2 + 0,604 X3. Partisipasi Petani dan Sistem Pendukung (X3) merupakan faktor dominan yang paling berperan dalam memprediksi tingkat penyesuaian manajemen irigasi SRI dengan nilai koefisien regresi 0,604. Dari sisi institusi didapatkan Pilihan untuk Berpartisipasi (X1), Tekanan Sosial Dalam Bertingkah Laku (X2) dan Kontrol dalam Tingkah Laku (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Itensi (Y) dengan nilai korelasi 0,783 (Hubungan kuat), dimana persamaan regresinya adalah Y= 0,854 - 0,286 X1 + 0,558 X2 + 0,693 X3. Variabel Kontrol dalam Tingkah Laku (X3)merupakan faktor dominan yang paling berperan dalam memprediksi variabel Itensi (Y) dengan nilai koefisien regresi0,693.Abstract. Cultivation and application of the SRI (System of Rice Intensification) method are very complex, with the presence of agriculture technology associated with socio-cultural aspects of farming communities and policy holders, eventually leading to changes in irrigation management. The purpose of this study was to test how much the influence of farmers participation in irrigation management efforts to adjust the SRI method of rice farming in irrigated areas Cirasea, Bandung regency, West Java. With 88 respondents from SRI farmer groups and 14 respondents from the agency, they obtained the results of the research: institutional variables (X1), Irrigation (X2), and Farmer Participation and Supports System (X3). They affect SRI Irrigation Management Adjustment (Y)  values correlation of 0.672 (Strong relationship) with the regression equation Y= 6,957 + 0,239 X1 - 0,327 X2 + 0,604. Farmer Participation and Support System (X3) are the most dominant factors play a role in predicting the level of irrigation management SRI adjustments to the value of regression coefficient of 0.604. In the case of agencies found that the Option To Participate (X1), Social Pressure In Practice Acting (X2) and Control of Behavior (X3) jointly affect Itensi (Y) with a 0.783 correlation value (strong ties). With the regression equation Y= 0,854 - 0,286 X1 + 0,558 X2 + 0,693, the unknown variable in the Control of Behavior (X3) is the most dominant factors play a role in predicting Itensi variable (Y) with a regression coefficient value of 0.693.
Perbandingan Pemodelan Hujan-Limpasan antara Artificial Neural Network (ANN) dan NRECA Adidarma, Wanny K; Hadihardaja, Iwan Kridasantausa; Legowo, Sri
Jurnal Teknik Sipil Vol 11, No 3 (2004)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.993 KB)

Abstract

Abstrak. Analisa ketersediaan air memerlukan data debit yang relatif cukup panjang dan kontinyu. Jika data debit yang tersedia tidak cukup panjang dan kontinyu maka diperlukan model hubungan hujan-limpasan. Salah satu model yang tersedia, dimana parameter-parameter yang membentuk suatu persamaan yang memiliki arti fisik yang mengilustrasikan air permukaan dan air tanah pada suatu sungai dikenal dengan NRECA (Non Recorded Catchment Area). Pemodelan yang lain, diantaranya adalah Artificial Neural Network (ANN) yang merupakan elemen-elemen yang saling berhubungan dengan simpul-simpul dan dianalogikan sebagai neuron. Neural network memiliki lapisan input dan output yang saling berhubungan dan akan memiliki pola arsitektur berbeda-beda tergantung dari kendala dalam suatu permasalahan. Data hujan bulanan merupakan input sedangkan data debit bulanan merupakan variabel output. Perbedaan hasil simulasi debit bulanan yang dihasilkan dengan model ANN atau Nreca dan hasil debit pengamgatan akan ditentukan berdasarkan error mutlak rata-rata yang disebut KAR (Kesalahan Absolut Rata-rata). Studi kasus yang digunakan adalah data hujan bulanan dan debit di Cikapundung-Gandok selama kurun waktu 30 tahun.Untuk NRECA, semakin besar error yang diperoleh KAR, semakin besar deviasi debit yang terjadi. Dalam studi ini dapat disimpulkan bahwa secara umum NRECA memberikan hasil yang lebih baik kecuali untuk kondisi low flow.Abstract. The analysis of water availability needs continuous and long discharge data. If the data is not long and continuous thus the rainfall-runoff model is needed. One of the available models, where parameters forming equation which have physical meaning illustrate ground water and surface runoff in the river, is NRECA (Non Recorded Catchments Area). Another model, an artificial neural network (ANN) is a computing system made up of a highly interconnected set of simple information processing elements, analogous to a neuron, called units. A neural network has an input layer, a hidden layer and an output layer. Each layer is made up of several nodes, and layers are interconnected by sets of correlation weights. The pattern of connectivity and the number of processing units in each layer may vary within some constraints. The input used is monthly rainfall whereas the output is monthly discharge. The difference between simulated discharge produced by ANN or NRECA and observed discharge is determined by mean absolute error, namely KAR (Kesalahan Absolut Rata-rata). For case study, 30 year monthly rainfall and discharge at Cikapundung-Gandok are used. For NRECA, the more error on KAR, the more deviation of discharge will be, particularly which is under average for dependable discharge as well as mean annual minimum discharge. It is concluded that in general NRECA is better but especially for low flow ANN model is leading.