Hang Tuah, Hang
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil FTSP-ITB.

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Transmisi Gelombang pada Breakwater Tenggelam Kinog, Ketut; Tuah, Hang; Wurjanto, Andojo; Idris, Krisnaldi
Jurnal Teknik Sipil Vol 11, No 3 (2004)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.323 KB)

Abstract

Abstrak. Kerusakan pantai dalam bentuk abrasi pantai, telah merupakan masalah bagi banyak negara. Untuk pemecahannya, para ahli telah mengembangkan banyak jenis bangunan seperti revetment, groin dan detached breakwater. Walaupun jenis bangunan tersebut sebagian telah dapat mencegah abrasi, tapi umumnya dianggap tidak ramah lingkungan, khususnya ditinjau dari sudut pandang kepariwisataan. Makalah ini mencoba mencari bentuk bangunan pengaman pantai yang ramah lingkungan, dengan mengambil sifat terumbu karang, yaitu berupa breakwater tenggelam. Bahasan difokuskan pada kemampuan breakwater tenggelam meredam gelombang datang, dengan pendekatan berupa hubungan parameter kecuraman gelombang Hi/gT2 versus koefisien transmisi Ct = Ht /Hi , untuk parameter b/L dan d/h tertentu.Hasilnya berupa grafik transmisi gelombang, yang menunjukkan bahwa Ct menjadi semakin kecil bila b/L atau d/h semakin besar.Abstract. Beach damages in the form of beach erosion, has been made problems in many countries. For solving the problem, the experts have been developed many kinds of structure, as revetment, grion and detached breakwater. Although a part of the structure succeed to restrain the beach erosion, but generally it is not friendly environmental, especially from the tourism view. This paper try to develop friendly environmental beach protection, by taking the coral characteristic, in the form of submerged breakwater. The analysis is focused in the capability of the submerged breakwater in reducing the incident waves, which be approahed by the relation of wave steepness Hi/gT2 versus transmission coefficient Ct = Ht /Hi , for certain b/L and d/h. The result is wave transmission figures, which show that the bigger value of b/L or d/h the smaller value of Ct.
Model Hak Guna Air dan Insentif / Disinsentif Bagi Pemerintah Otonomi Kabupaten / Kota di Jawa Barat (Studi Kasus DAS Cimanuk – Jawa Barat) Natasaputra, Suardi; Tuah, Hang; Legowo, Sri; Soekarno, Indratmo
Jurnal Teknik Sipil Vol 13, No 2 (2006)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.286 KB)

Abstract

Abstrak. Penelitian ini mempelajari model hak guna air (HGA) dan model insentif / disinsentif bagi daerah otonom kabupaten yang diformulasikan berdasarkan kondisi tataguna lahan dan karakteristik alamiah daerah aliran sungai (DAS). Tujuannya untuk meningkatkan sinergitas dan keterpaduan pengelolaan SDA secara keseluruhan DAS. Karena air merupakan komoditas yang vital dan esensial serta rawan konflik dalam kehidupan manusia, model HGA pada masing-masing daerah otonom didasarkan atas ketersediaan air pada setiap kabupaten/kota berdasarkan hujan rata-rata tahunan yang jatuh pada wilayah kabupaten/kota (daerah otonom) dikurangi debit minimum untuk menjaga kelestarian biota sungai. Model insentif/disinsentif didasarkan pada parameter sisa HGA suatu daerah otonom yang dapat dimanfaatkan oleh daerah otonom lainnya. Parameter tersebut dalam model diinterpretasikan sebagai koefisian manfaat (Cm), koefisien sisa (Cs), dan koefisien bobot (Cb). Besarnya insentif bagi kabupaten surplus air adalah perkalian dari koefisien-koefisien tadi dengan jumlah pendapatan daerah seluruh DAS (hasil hak guna usaha air). Simulasi model pada DAS Cimanuk, menunjukan Kabupaten Garut, Sumedang, dan Majalengka memiliki HGA lebih besar dari jumlah pemakaiannya (surplus), sedangkan kabupaten Indramayu mengalami kekurangan (defisit). Kelebihan air dari 3 (tiga) kabupaten tersebut dimanfaatkan selain untuk memenuhi kebutuhan air di kabupaten Indramayu, juga untuk kabupaten Cirebon dan kota Cirebon sebagai tetangga terdekat. Daerah yang mendapat insentif pada DAS Cimanuk, adalah kabupaten Garut, Sumedang, dan Majalengka, dan yang mendapat disinsentif adalah kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon. Upaya konservasi seperti perubahan pola tata guna lahan dan pembangunan waduk seperti waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, sangat berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan masing-masing daerah otonom. Model insentif bermafaat untuk mengatur pembagian peran dan bagi hasil pajak antara propinsi dan kabupaten didalam DAS.Abstract. This study observed water rights and incentive/disincentive models for autonomous kabupaten/kota which are formulated based on land management condition and natural characteristics of the related river basin. The objective of this research is to improve river basin management integratedly andsynergically. As water is a vital and essential commodity yet a sources a conflict in human life, water rights model in every autonomous government is based on the water availability in the related autonomous region (kabupaten/kota) taken from annual rainfall minus minimum discharge in order to keep river biota conservation. Incentive/disintencive model is based on the parameter of the remaining water rights in one autonomous region able to be benefited by other autonomous regions. This parameter is interpreted as beneficial coefficient (Cm), remaining coefficient (Cs), and weight coeffisient (Cb). The amount of incentive for kabupaten with water surplus is the multiplication of the abve mentions coeffients with the total number of income throughout those river basins (water rights outcome). Model simulation in the Cimanuk river basin showed that Kabupaten Garut, Sumedang, and Majalengka possess greater water rights from the point of view of their usage (surplus), whereas Kabupaten Indramayu experienced deficit. Water excesses from those three kabupaten is benefited to meet water requirement not only by Kabupaten Indramayu, but by Kabupaten Cirebon and Kota Cirebon as well as the nearest neighbours. The areas obtaining insentive from the Cimanuk river basin are Kabupaten Garut, Sumedang, and Majalengka, and those which obtaining disincentive are Kabupaten Indramayu, Cirebon and Kota Cirebon. The conservation efforts such as changing in land management pattern and dam construction like Jatigede dam at kabupaten Sumedang, strongly influenced to the increase of income of the related autonomous governments. The incentive model is very beneficial to arrange the distribution of role and tax sharing between provincial and the kabupaten governments within river basin.
Stabilitas Armor pada Breakwater Tenggelam Kinog, Ketut; Tuah, Hang; Wurjanto, Andojo; Idris, Krisnaldi
Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 1 (2005)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.898 KB)

Abstract

Abstrak. Untuk pengamanan pantai, tinggi gelombang dapat direduksi dengan membuat breakwater tenggelam. Untuk penggunaan armor sebagai bangunan pantai, Hudson (1959) telah mengembangkan koefisien stabilitas KD untuk armor batu. Parameter gelombang yang dilibatkan hanya tinggi gelombang H. Penelitian ini juga mempelajari masalah koefisien stabilitas KD, tapi parameter yang dilibatkan adalah parameter gelombang (H dan T) dan parameter breakwater d/h, sedangkan armor yang digunakan ada 3 jenis armor, yaitu A-jack, tetrapod dan kubus. Studi difokuskan untuk menentukan hubungan antara kecuraman gelombang H/gT2 dan koefisien stabilitas KD, untuk harga parameter d/h tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk harga d/h yang sama, maka harga KD(A-jack) lebih besar dari pada KD(tetrapod) dan KD(tetrapod) lebih besar dari pada KD(kubus). Abstract. For beach protection practice, submerged breakwater can reduse the wave height, the wave height can be reduced by constructing submerged breakwater. Hudson (1959) had developed the stability coefficient KD for stone armor, which involve only the wave parameter H for beach protection structure. This research is also studying the stability coefficient KD, but more wave parameters (H,T), and breakwater parameter d/h, and 3 of artificial armor (A-jack, tetrapod and cube). The relation between the wave steepness H/gT2 and the stability coefficient KD for certain parameter d/h is estabilished. The result shows, that for the same value of d/h, KD(A-jack) is greater than KD(tetrapod) and KD(tetrapod) is greater than KD(cube).  
Integrasi Numeris dengan Menggunakan Polinomial Lagrange Syawaluddin, Syawaluddin; Tuah, Hang; Merati, Widiadnyana; Wiryanto, Leo
Jurnal Teknik Sipil Vol 12, No 2 (2005)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.037 KB)

Abstract

Abstrak. Pada paper ini disajikan pengembangan integrasi numeris berdasarkan polinomial Lagrange. Metoda yang dihasilkan mirip dengan metoda Gaussian-quadrature, dengan perbedaan terletak pada pengambilan titik-titik integrasi. Metoda memberikan hasil integrasi yang sangat baik, dengan kesalahan sebesar 0.2% -0.5% pada integrasi fungsi sinusoidal. Metoda yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan differensial waktu orde 1 dengan hasil yang sangat baik. Abstract. In this paper, a development of a numerical integration method based on Lagrangian polynomial is presented. The resulted method like Gaussian-quadrature’s method, but differs in points of integration sampling. The method gives a very good result in integration of sinusoidal function, with error about 0.2% - 0.5% to exact solution. The method can also be used for solving first order time differential equation, with very good result.