Sofyan Sofyan
Baristand Industri Padang

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Laju Alir Inlet Reaktor MSL terhadap Reduksi BOD, COD, TSS, dan Minyak/Lemak Limbah Cair Industri Minyak Goreng Salmariza Sy; Sofyan Sofyan; Hendri Muchtar; Monik Kasman
Jurnal Litbang Industri Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.062 KB) | DOI: 10.24960/jli.v7i1.2768.41-51

Abstract

This research was conducted by treating edible oil industry wastewater used Multi Soil Layering (MSL) method. The MSL reactor was built from a 200x120x200 cm concrete basin. Andisol soil was mixed with sawdust and fine charcoal at each ratio 5:1:1 based on dry weight as an impermeable layer. The flow rate variations were 250, 500, 1000, and 1500 L/m2.day. The observed pollutant parameters were BOD, COD, TSS, oil/fat, and pH. The results showed that MSL reactor was effective to decrease the pollutant content of edible oil industry wastewater. The reactor could reduce concentration of effluent parameters below standard except for oil/fat parameters at high flow rates. In the effluent was found BOD 0.66-14.22 mg/L, COD 5-69 mg/L, TSS 9-26 mg/L, and oil/fat 2-9 mg/L. The flow rate had an effect on reduction efficiency of BOD, COD, TSS, and oil/fat but did not effect pH as all flow rate could raise pH 6.37-6.95 became pH 6.99-7.24. The lower the flow rate the higher the reduction efficiency. The reduction efficiency at flow rates 250 and 1500 L/m2 days for BOD were 99% and 86%, COD were 96% and 71%, TSS were 88% and 77%, and oil/fat were 80% and 60%.ABSTRAK  Penelitian ini dilakukan dengan mengolah air limbah industri minyak goreng menggunakan metoda Multi Soil Layering (MSL). Reaktor MSL dibuat dari beton berbentuk bak ukuran 200x120x200 cm. Tanah andisol dicampur dengan serbuk gergaji dan arang halus pada rasio masing-masing 5:1:1 berdasarkan berat kering sebagai penyusun lapisan impermeable. Variasi laju alir yaitu 250, 500, 1000, dan 1500 L/m2.hari. Parameter pencemar yang dianalisis meliputi BOD, COD, TSS, minyak/lemak, dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaktor MSL sangat efektif untuk menurunkan kandungan zat pencemar limbah cair industri minyak goreng. Reaktor dapat mereduksi konsentrasi parameter outlet sampai dibawah baku mutu yang distandarkan kecuali untuk parameter miyak/lemak pada perlakuan laju alir tinggi. Pada effluen didapatkan nilai BOD 0,66-14,22 mg/L, COD 5-69 mg/L, TSS 9-26 mg/L, dan minyak/lemak 2-9 mg/L. Laju alir berpengaruh terhadap efisiensi reduksi BOD, COD, TSS, dan minyak/lemak, tetapi tidak berpengaruh terhadap pH dimana semua perlakuan laju alir dapat menaikkan pH 6,37-6,95 menjadi pH 6,99-7,24. Makin rendah laju alir maka makin tinggi efisiensi reduksi. Efisiensi reduksi pada laju alir 250 dan 1500 L/m2 hari untuk BOD adalah  99% dan 86%, COD 96% dan 71%, TSS 88% dan 77%, dan minyak/lemak 80% dan 60%.
Effect of Organic Waste Concentration on Reactor Performance in Anaerobic Co-Fermentation of Wastewater of Tofu Industry and Organic Solid Waste Sofyan Sofyan; Salmariza Salmariza
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.352 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i1.660.13-22

Abstract

Fuel crisis of oil and gas that are faced currently requires a thought to look for an alternative energy. The objective of this study was to observe the effect of organic waste addition on reactor performance and to increase the production of biogas as an alternative renewable energy. The wastewater used was the wastewater from agglomeration of soy pulp in tofu industry, while the solid waste used was a mixture of organic waste from household and market waste. The study was conducted by fermenting the wastewater and organic waste together with sample volume 300 ml. The reactors were operated semi-continuously with substrate feeding every two weeks. The treatment used in this study were mass comparison of organic waste and wastewater (0:100)%; (5:95)%; (10:90)%; (20:80)%; (30:70)%; and (40:60)%. The results showed that the addition of organic waste affected the reactor performance and the amount of biogas produced. Anaerobic co-fermentation of wastewater from tofu industry and organic waste produced biogas more than fermentation of wastewater without organic waste. The highest amount of biogas was obtained in the treatment of organic waste addition as much as 30% with average volume of biogas was 728 ml in steady state condition.ABSTRAKKrisis bahan bakar minyak dan gas yang dihadapi saat ini memerlukan pemikiran untuk mencari energi alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh penambahan sampah organik terhadap kinerja reaktor anaerobik dan meningkatkan produksi biogas sebagai salah satu energi alternatif terbarukan. Limbah cair yang digunakan adalah limbah cair dari penggumpalan bubur kedelai pada industri tahu, sedangkan sampah organik yang digunakan adalah gabungan sampah organik dari rumah tangga dan sampah pasar. Penelitian dilakukan dengan mendigestasi limbah cair industri tahu dan sampah organik secara bersama-sama dalam reaktor anaerobik dengan volume sampel 300 ml. Reaktor dioperasikan secara semi kontinyu dengan pengumpanan substrat setiap dua minggu sekali. Perlakuan yang dilakukan adalah perbandingan massa sampah organik dan limbah cair yaitu (0:100)%; (5:95)%; (10:90)%; (20:80)%; (30:70)%; dan (40:60)%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sampah organik mempengaruhi kinerja reaktor dan jumlah biogas yang dihasilkan. Fermentasi anaerobik limbah cair industri tahu dan sampah organik menghasilkan biogas lebih banyak dibandingkan dengan fermentasi limbah cair industri tahu tanpa sampah organik. Jumlah biogas terbanyak diperoleh pada perlakuan penambahan sampah organik 30% dengan volume biogas rata-rata 728 ml pada kondisi tunak.
Pengaruh Perlakuan Limbah dan Jenis Mordan Kapur, Tawas, dan Tunjung Terhadap Mutu Pewarnaan Kain Sutera dan Katun Menggunakan Limbah Cair Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sofyan Sofyan; Failisnur Failisnur; Salmariza Salmariza
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6438.831 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.668.79-89

Abstract

Gambier is an extract obtained from heat extraction of leaves and twigs of gambier plant followed by compression, sedimentation, and the formed paste is moulded and then dried. According to West Sumatra in figures, total production of gambier in West Sumatera in 2012 reached 14,220 tons. From the amount would be produced approximately 5,688,000 liters of liquid waste per year. The gambier waste is a by product of gambier production process which is untapped. High tannin content in the liquid waste is a dye that can be used as a textiles dye. The purpose of the research was to utilize liquid waste from gambier production process to dye silk and cotton fabrics with liquid waste treatment which was not stabilized or stabilized with mordant lime (CaCO3), alum Al2(SO4)3, and tunjung (FeSO4). The results of the research showed that dyeing with liquid waste by using different mordant would generate different colors. Silk and cotton fabrics were dyed with waste, whether stabilized or not stabilized and mordanted with lime, alum, and tunjung generated a reddish brown color,  bright yellow, and moss green respectively. When compared between silk and cotton, color absorption on silk was better. It could be seen from the darker color for the same treatment. The analysis results of color fastness to washing 40°C, the bright day light, and heat pressing generally ranged between good to excellent (scale 4-5).ABSTRAKGambir adalah getah yang diperoleh dari ekstraksi panas daun dan ranting tanaman gambir yang diikuti pengempaan, sedimentasi, dan pasta yang terbentuk dicetak lalu dikeringkan. Menurut Sumatera Barat dalam angka, total produksi gambir Sumatera Barat selama tahun 2012 mencapai 14.220 ton. Dari jumlah tersebut akan dihasilkan lebih kurang 5.688.000 liter limbah cair per tahun. Limbah gambir merupakan hasil samping dari proses produksi gambir yang belum dimanfaatkan. Kandungan tanin yang tinggi dalam limbah cair ini merupakan bahan pewarna yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair proses produksi gambir untuk pewarna kain sutera dan kain katun dengan perlakuan limbah cair yang tidak distabilkan dan yang distabilkan dengan mordan kapur (CaCO3), tawas Al2(SO4)3, dan tunjung  (FeSO4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencelupan dengan limbah cair menggunakan mordan yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda pula. Kain sutera dan katun yang diwarnai dengan limbah, baik yang tidak distabilkan ataupun yang distabilkan menghasilkan warna coklat kemerahan untuk yang dimordan dengan kapur, kuning cerah untuk yang dimordan dengan tawas, dan hijau lumut yang dimordan dengan tunjung. Bila dibandingkan antara sutera dan katun, maka penyerapan warna pada sutera lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari warna yang lebih tua untuk perlakuan yang sama. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC, terhadap sinar terang hari, dan terhadap penekanan panas umumnya berkisar antara baik sampai dengan baik sekali (skala 4-5).
Pemanfaatan Limbah Cair Pengempaan Gambir untuk Pewarnaan Kain Batik Failisnur Failisnur; Sofyan Sofyan; Wilsa Hermianti
Jurnal Litbang Industri Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.233 KB) | DOI: 10.24960/jli.v7i1.2695.19-28

Abstract

Gambier is a potential plant in West Sumatra with production about 17,160 tonnes in 2014. It will be released about 4,290,000 L of unutilized wastewater from that production which is dumped around production area. The wastewater odor is acidic with pH of 3-4 and contaminating the surrounding environment. Tannin content of the wastewater is high enough so it is good to be used as a dye. The research objective was to utilize wastewater of gambir as a dye in some types of batik fabrics. Variations of treatment in this study were 4 types of fabrics: cotton, silk, viscose and dobby, and addition of mordant metal Al2(SO4)3, CaO, and FeSO4. The result showed that the color direction of the fabrics varied from light brown, brown to blackish brown. Viscose fabric provided the highest color strength, followed by dobby fabrics. Silk and cotton fabrics produced non significant color strength. The test results of color fastness to washing in 40°C, light, and rubbing were generally good to excellent value (4-5). Test result of tear strength when compared with fabric blank showed that dyeing with gambir not reduce the fabric tear strength.ABSTRAKGambir merupakan tanaman perkebunan yang cukup banyak di Sumatera Barat dengan produksi tahun 2014 sekitar 17.160 ton. Dari produksi tersebut akan menghasilkan limbah cair sekitar 4.290.000 L yang dibuang di sekitar area produksi dan belum dimanfaatkan. Limbah cair tersebut berbau asam dengan pH 3-4 dan berpotensi mencemari lingkungan sekitarnya. Kandungan tanin dari limbah cair ini cukup tinggi sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pewarna. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair gambir sebagai pewarna pada beberapa jenis kain batik. Penelitian ini memvariasikan perlakuan penggunaan 4 jenis kain yaitu kain katun, kain sutera, kain viskos, dan kain dobi, dengan penambahan logam mordan Al2(SO4)3, CaO, dan FeSO4. Hasil penelitian didapatkan arah warna kain bervariasi dari coklat muda, coklat sampai coklat kehitaman. Jenis kain viskos memberikan intensitas warna paling tinggi, diikuti dengan kain dobi. Kain sutera dan kain katun memberikan intensitas yang tidak berbeda nyata.  Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC,  sinar matahari, dan gosokan pada umumnya bernilai baik sampai baik sekali (nilai 4-5). Hasil pengujian ketahanan sobek kain bila dibandingkan dengan kain blanko memperlihatkan bahwa pencelupan dengan gambir tidak menurunkan kekuatan sobek kain.
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengarangan Terhadap Kualitas Briket Arang dari Limbah Tempurung Kelapa Sawit Joko Purwanto; Sofyan Sofyan
Jurnal Litbang Industri Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (917.755 KB) | DOI: 10.24960/jli.v4i1.638.29-38

Abstract

Oil palm shell waste is a solid waste that is generated from processing of palm oil. This waste can be utilized as charcoal briquettes that can be used as an alternative energy to increase the added value. The research purpose to obtain charcoal briquettes of palm shell waste that technically meet requirement of fuel quality. The treatments of the research were carbonization temperature (4000C, 5000C and 6000C) and carbonization time (2 hours, 3 hours, and 4 hours). The charcoal powder was mixed with adhesive amylum 5% and moulded in cylinder form with diameter 3 cm and height 7 cm. The obtained briquettes was analyzed the quality consisted of water content, ash content, carbon content, volatile matter content, sulfur content, calorific  value, density and compressive strength. Based on analysis result and data processing were found that carbonization temperature and time very significantly effected on the quality of charcoal briquettes. The best charcoal briquette in term of its calorific value was obtained from treatment of charcoal temperature 600oC and charcoal time 2 hours with characteristics of the water content 2.92%, ash content 5.83%, carbon content 7021.76 cal/g, density 0.97 g/cm3 and compressive strength 7.08 kg/cm2. This charcoal briquettes met the quality requirement for wood charcoal briquette according to Indonesia National Standard 01-6235-2000.ABSTRAKLimbah tempurung kelapa sawit merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit. Untuk meningkatkan nilai tambah, maka limbah ini dapat dimanfaatkan menjadi briket arang yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi alternatif. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan briket arang tempurung kelapa sawit yang secara teknis dapat memenuhi persyaratan kualitas bahan bakar. Perlakuan yang digunakan yaitu suhu pengarangan (400OC, 500O C dan 600OC) dan waktu pengarangan (2 jam, 3 jam, dan 4 jam). Arang serbuk dicampur dengan perekat amylum 5% dan dicetak berbentuk silinder dengan diameter 3 cm dan tinggi 7 cm. Briket yang dihasilkan dianalisis mutunya yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar karbon, kadar zat terbang, kadar sulfur, nilai kalor, kerapatan dan kekuatan tekan. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data diperoleh bahwa suhu dan waktu pengarangan berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas briket arang. Briket arang yang terbaik ditinjau dari nilai kalornya diperoleh dari perlakuan suhu pengarangan 600oC dan waktu pengarangan 2 jam dengan karakteristik kadar air 2,92%; kadar abu 5,83%; kadar karbon 72,93%; kadar zat terbang 18,31%; kadar sulfur negatif; nilai kalor 7021,76 kal/g; kerapatan 0,97 g/cm3 dan kekuatan tekan 7,08 kg/cm2. Produk briket arang ini memenuhi syarat mutu briket arang kayu sesuai Standar Nasional Indonesia 01-6235-2000.
Effect of Organic Waste Concentration on Reactor Performance in Anaerobic Co-Fermentation of Wastewater of Tofu Industry and Organic Solid Waste Sofyan Sofyan; Salmariza Salmariza
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.352 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i1.660.13-22

Abstract

Fuel crisis of oil and gas that are faced currently requires a thought to look for an alternative energy. The objective of this study was to observe the effect of organic waste addition on reactor performance and to increase the production of biogas as an alternative renewable energy. The wastewater used was the wastewater from agglomeration of soy pulp in tofu industry, while the solid waste used was a mixture of organic waste from household and market waste. The study was conducted by fermenting the wastewater and organic waste together with sample volume 300 ml. The reactors were operated semi-continuously with substrate feeding every two weeks. The treatment used in this study were mass comparison of organic waste and wastewater (0:100)%; (5:95)%; (10:90)%; (20:80)%; (30:70)%; and (40:60)%. The results showed that the addition of organic waste affected the reactor performance and the amount of biogas produced. Anaerobic co-fermentation of wastewater from tofu industry and organic waste produced biogas more than fermentation of wastewater without organic waste. The highest amount of biogas was obtained in the treatment of organic waste addition as much as 30% with average volume of biogas was 728 ml in steady state condition.ABSTRAKKrisis bahan bakar minyak dan gas yang dihadapi saat ini memerlukan pemikiran untuk mencari energi alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh penambahan sampah organik terhadap kinerja reaktor anaerobik dan meningkatkan produksi biogas sebagai salah satu energi alternatif terbarukan. Limbah cair yang digunakan adalah limbah cair dari penggumpalan bubur kedelai pada industri tahu, sedangkan sampah organik yang digunakan adalah gabungan sampah organik dari rumah tangga dan sampah pasar. Penelitian dilakukan dengan mendigestasi limbah cair industri tahu dan sampah organik secara bersama-sama dalam reaktor anaerobik dengan volume sampel 300 ml. Reaktor dioperasikan secara semi kontinyu dengan pengumpanan substrat setiap dua minggu sekali. Perlakuan yang dilakukan adalah perbandingan massa sampah organik dan limbah cair yaitu (0:100)%; (5:95)%; (10:90)%; (20:80)%; (30:70)%; dan (40:60)%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sampah organik mempengaruhi kinerja reaktor dan jumlah biogas yang dihasilkan. Fermentasi anaerobik limbah cair industri tahu dan sampah organik menghasilkan biogas lebih banyak dibandingkan dengan fermentasi limbah cair industri tahu tanpa sampah organik. Jumlah biogas terbanyak diperoleh pada perlakuan penambahan sampah organik 30% dengan volume biogas rata-rata 728 ml pada kondisi tunak.
Pengaruh Perlakuan Limbah dan Jenis Mordan Kapur, Tawas, dan Tunjung Terhadap Mutu Pewarnaan Kain Sutera dan Katun Menggunakan Limbah Cair Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sofyan Sofyan; Failisnur Failisnur; Salmariza Salmariza
Jurnal Litbang Industri Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6438.831 KB) | DOI: 10.24960/jli.v5i2.668.79-89

Abstract

Gambier is an extract obtained from heat extraction of leaves and twigs of gambier plant followed by compression, sedimentation, and the formed paste is moulded and then dried. According to West Sumatra in figures, total production of gambier in West Sumatera in 2012 reached 14,220 tons. From the amount would be produced approximately 5,688,000 liters of liquid waste per year. The gambier waste is a by product of gambier production process which is untapped. High tannin content in the liquid waste is a dye that can be used as a textiles dye. The purpose of the research was to utilize liquid waste from gambier production process to dye silk and cotton fabrics with liquid waste treatment which was not stabilized or stabilized with mordant lime (CaCO3), alum Al2(SO4)3, and tunjung (FeSO4). The results of the research showed that dyeing with liquid waste by using different mordant would generate different colors. Silk and cotton fabrics were dyed with waste, whether stabilized or not stabilized and mordanted with lime, alum, and tunjung generated a reddish brown color,  bright yellow, and moss green respectively. When compared between silk and cotton, color absorption on silk was better. It could be seen from the darker color for the same treatment. The analysis results of color fastness to washing 40°C, the bright day light, and heat pressing generally ranged between good to excellent (scale 4-5).ABSTRAKGambir adalah getah yang diperoleh dari ekstraksi panas daun dan ranting tanaman gambir yang diikuti pengempaan, sedimentasi, dan pasta yang terbentuk dicetak lalu dikeringkan. Menurut Sumatera Barat dalam angka, total produksi gambir Sumatera Barat selama tahun 2012 mencapai 14.220 ton. Dari jumlah tersebut akan dihasilkan lebih kurang 5.688.000 liter limbah cair per tahun. Limbah gambir merupakan hasil samping dari proses produksi gambir yang belum dimanfaatkan. Kandungan tanin yang tinggi dalam limbah cair ini merupakan bahan pewarna yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair proses produksi gambir untuk pewarna kain sutera dan kain katun dengan perlakuan limbah cair yang tidak distabilkan dan yang distabilkan dengan mordan kapur (CaCO3), tawas Al2(SO4)3, dan tunjung  (FeSO4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencelupan dengan limbah cair menggunakan mordan yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda pula. Kain sutera dan katun yang diwarnai dengan limbah, baik yang tidak distabilkan ataupun yang distabilkan menghasilkan warna coklat kemerahan untuk yang dimordan dengan kapur, kuning cerah untuk yang dimordan dengan tawas, dan hijau lumut yang dimordan dengan tunjung. Bila dibandingkan antara sutera dan katun, maka penyerapan warna pada sutera lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari warna yang lebih tua untuk perlakuan yang sama. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC, terhadap sinar terang hari, dan terhadap penekanan panas umumnya berkisar antara baik sampai dengan baik sekali (skala 4-5).
Pemanfaatan Limbah Cair Pengempaan Gambir untuk Pewarnaan Kain Batik Failisnur Failisnur; Sofyan Sofyan; Wilsa Hermianti
Jurnal Litbang Industri Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.233 KB) | DOI: 10.24960/jli.v7i1.2695.19-28

Abstract

Gambier is a potential plant in West Sumatra with production about 17,160 tonnes in 2014. It will be released about 4,290,000 L of unutilized wastewater from that production which is dumped around production area. The wastewater odor is acidic with pH of 3-4 and contaminating the surrounding environment. Tannin content of the wastewater is high enough so it is good to be used as a dye. The research objective was to utilize wastewater of gambir as a dye in some types of batik fabrics. Variations of treatment in this study were 4 types of fabrics: cotton, silk, viscose and dobby, and addition of mordant metal Al2(SO4)3, CaO, and FeSO4. The result showed that the color direction of the fabrics varied from light brown, brown to blackish brown. Viscose fabric provided the highest color strength, followed by dobby fabrics. Silk and cotton fabrics produced non significant color strength. The test results of color fastness to washing in 40°C, light, and rubbing were generally good to excellent value (4-5). Test result of tear strength when compared with fabric blank showed that dyeing with gambir not reduce the fabric tear strength.ABSTRAKGambir merupakan tanaman perkebunan yang cukup banyak di Sumatera Barat dengan produksi tahun 2014 sekitar 17.160 ton. Dari produksi tersebut akan menghasilkan limbah cair sekitar 4.290.000 L yang dibuang di sekitar area produksi dan belum dimanfaatkan. Limbah cair tersebut berbau asam dengan pH 3-4 dan berpotensi mencemari lingkungan sekitarnya. Kandungan tanin dari limbah cair ini cukup tinggi sehingga sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai pewarna. Tujuan penelitian adalah memanfaatkan limbah cair gambir sebagai pewarna pada beberapa jenis kain batik. Penelitian ini memvariasikan perlakuan penggunaan 4 jenis kain yaitu kain katun, kain sutera, kain viskos, dan kain dobi, dengan penambahan logam mordan Al2(SO4)3, CaO, dan FeSO4. Hasil penelitian didapatkan arah warna kain bervariasi dari coklat muda, coklat sampai coklat kehitaman. Jenis kain viskos memberikan intensitas warna paling tinggi, diikuti dengan kain dobi. Kain sutera dan kain katun memberikan intensitas yang tidak berbeda nyata.  Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC,  sinar matahari, dan gosokan pada umumnya bernilai baik sampai baik sekali (nilai 4-5). Hasil pengujian ketahanan sobek kain bila dibandingkan dengan kain blanko memperlihatkan bahwa pencelupan dengan gambir tidak menurunkan kekuatan sobek kain.
Pengaruh Suhu dan Waktu Pengarangan Terhadap Kualitas Briket Arang dari Limbah Tempurung Kelapa Sawit Joko Purwanto; Sofyan Sofyan
Jurnal Litbang Industri Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (917.755 KB) | DOI: 10.24960/jli.v4i1.638.29-38

Abstract

Oil palm shell waste is a solid waste that is generated from processing of palm oil. This waste can be utilized as charcoal briquettes that can be used as an alternative energy to increase the added value. The research purpose to obtain charcoal briquettes of palm shell waste that technically meet requirement of fuel quality. The treatments of the research were carbonization temperature (4000C, 5000C and 6000C) and carbonization time (2 hours, 3 hours, and 4 hours). The charcoal powder was mixed with adhesive amylum 5% and moulded in cylinder form with diameter 3 cm and height 7 cm. The obtained briquettes was analyzed the quality consisted of water content, ash content, carbon content, volatile matter content, sulfur content, calorific  value, density and compressive strength. Based on analysis result and data processing were found that carbonization temperature and time very significantly effected on the quality of charcoal briquettes. The best charcoal briquette in term of its calorific value was obtained from treatment of charcoal temperature 600oC and charcoal time 2 hours with characteristics of the water content 2.92%, ash content 5.83%, carbon content 7021.76 cal/g, density 0.97 g/cm3 and compressive strength 7.08 kg/cm2. This charcoal briquettes met the quality requirement for wood charcoal briquette according to Indonesia National Standard 01-6235-2000.ABSTRAKLimbah tempurung kelapa sawit merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit. Untuk meningkatkan nilai tambah, maka limbah ini dapat dimanfaatkan menjadi briket arang yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber energi alternatif. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan briket arang tempurung kelapa sawit yang secara teknis dapat memenuhi persyaratan kualitas bahan bakar. Perlakuan yang digunakan yaitu suhu pengarangan (400OC, 500O C dan 600OC) dan waktu pengarangan (2 jam, 3 jam, dan 4 jam). Arang serbuk dicampur dengan perekat amylum 5% dan dicetak berbentuk silinder dengan diameter 3 cm dan tinggi 7 cm. Briket yang dihasilkan dianalisis mutunya yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar karbon, kadar zat terbang, kadar sulfur, nilai kalor, kerapatan dan kekuatan tekan. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data diperoleh bahwa suhu dan waktu pengarangan berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas briket arang. Briket arang yang terbaik ditinjau dari nilai kalornya diperoleh dari perlakuan suhu pengarangan 600oC dan waktu pengarangan 2 jam dengan karakteristik kadar air 2,92%; kadar abu 5,83%; kadar karbon 72,93%; kadar zat terbang 18,31%; kadar sulfur negatif; nilai kalor 7021,76 kal/g; kerapatan 0,97 g/cm3 dan kekuatan tekan 7,08 kg/cm2. Produk briket arang ini memenuhi syarat mutu briket arang kayu sesuai Standar Nasional Indonesia 01-6235-2000.
Pengaruh Laju Alir Inlet Reaktor MSL terhadap Reduksi BOD, COD, TSS, dan Minyak/Lemak Limbah Cair Industri Minyak Goreng Salmariza Sy; Sofyan Sofyan; Hendri Muchtar; Monik Kasman
Jurnal Litbang Industri Vol 7, No 1 (2017)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.062 KB) | DOI: 10.24960/jli.v7i1.2768.41-51

Abstract

This research was conducted by treating edible oil industry wastewater used Multi Soil Layering (MSL) method. The MSL reactor was built from a 200x120x200 cm concrete basin. Andisol soil was mixed with sawdust and fine charcoal at each ratio 5:1:1 based on dry weight as an impermeable layer. The flow rate variations were 250, 500, 1000, and 1500 L/m2.day. The observed pollutant parameters were BOD, COD, TSS, oil/fat, and pH. The results showed that MSL reactor was effective to decrease the pollutant content of edible oil industry wastewater. The reactor could reduce concentration of effluent parameters below standard except for oil/fat parameters at high flow rates. In the effluent was found BOD 0.66-14.22 mg/L, COD 5-69 mg/L, TSS 9-26 mg/L, and oil/fat 2-9 mg/L. The flow rate had an effect on reduction efficiency of BOD, COD, TSS, and oil/fat but did not effect pH as all flow rate could raise pH 6.37-6.95 became pH 6.99-7.24. The lower the flow rate the higher the reduction efficiency. The reduction efficiency at flow rates 250 and 1500 L/m2 days for BOD were 99% and 86%, COD were 96% and 71%, TSS were 88% and 77%, and oil/fat were 80% and 60%.ABSTRAK  Penelitian ini dilakukan dengan mengolah air limbah industri minyak goreng menggunakan metoda Multi Soil Layering (MSL). Reaktor MSL dibuat dari beton berbentuk bak ukuran 200x120x200 cm. Tanah andisol dicampur dengan serbuk gergaji dan arang halus pada rasio masing-masing 5:1:1 berdasarkan berat kering sebagai penyusun lapisan impermeable. Variasi laju alir yaitu 250, 500, 1000, dan 1500 L/m2.hari. Parameter pencemar yang dianalisis meliputi BOD, COD, TSS, minyak/lemak, dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaktor MSL sangat efektif untuk menurunkan kandungan zat pencemar limbah cair industri minyak goreng. Reaktor dapat mereduksi konsentrasi parameter outlet sampai dibawah baku mutu yang distandarkan kecuali untuk parameter miyak/lemak pada perlakuan laju alir tinggi. Pada effluen didapatkan nilai BOD 0,66-14,22 mg/L, COD 5-69 mg/L, TSS 9-26 mg/L, dan minyak/lemak 2-9 mg/L. Laju alir berpengaruh terhadap efisiensi reduksi BOD, COD, TSS, dan minyak/lemak, tetapi tidak berpengaruh terhadap pH dimana semua perlakuan laju alir dapat menaikkan pH 6,37-6,95 menjadi pH 6,99-7,24. Makin rendah laju alir maka makin tinggi efisiensi reduksi. Efisiensi reduksi pada laju alir 250 dan 1500 L/m2 hari untuk BOD adalah  99% dan 86%, COD 96% dan 71%, TSS 88% dan 77%, dan minyak/lemak 80% dan 60%.