Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

(Study for production of Acetylated Pectin as raw material for Bioplastic Films) Rienoviar -; Suminar Setiati Achmadi
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 27, No 01 (2010)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5216.009 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v27i01.2607

Abstract

The study was aim at obtaining the optimal acetylation and activation time for obtaining water insoluble acetylated pectin which would be used for bioplastic material. The activation time for swelling of pectin were 120, 180, and 240 minutes, meanwhile the acetylation time were 60, 90, and 120 minutes. The experiment revealed that the activation time of 180 minutes and acetylation time of 120, 180, and 240 minutes, meanwhile the acetlylation time were of 60, 90, and 120 minutes. The experiment revealed that the activation time of 180 minutes and acetylation time 120 minute, produced water insoluble (hydrophobic) material were diluted in dimethly sulfoxide, and the highest actyl subsitution was 62.9% (wb). Infrared spectrospic analysis indicated that the absoption band of pectin and the acetylated pectin were different at wave number 1743 cm1 of which the ester group of the material can be detected. The analysis of pectin acetate structure by stereophotomicroscope revealed that the highest surface density was resulted from activation time and acetylation time of 120 minutes. Moreover, the best result of the bioplastic sheet of pectin acetate was produced by using pressure of 100 Psi at temperature of 100oC for 5 minutes pressure.
Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap Komponen Volatil yang Terlibat pada Ekstraksi Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Yuliasri Ramadhani Meutia; Ning Ima Arie Wardayanie; Rienoviar -; Titin Mahardini; Indera Wirawan
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 32, No 01 (2015)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.268 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v32i01.2629

Abstract

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) merupakan tanaman rempah khas Sumatera Utara yang banyak digunakan sebagai bumbu masak karena memiliki citarasa yang khas. Selain itu andaliman memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai antimikroba, antioksidan dan sebagai immunomodulator. Studi mengenai pengaruh proses ekstraksi terhadap komponen flavor andaliman telah dilakukan, namun belum ada yang melihat pengaruh suhu dan waktu maserasi  terhadap komponen flavor pada ekstrak yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan waktu maserasi terhadap komponen volatil yang terlibat di dalamnya. Andaliman diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol dan etil asetat (1:1) pada suhu ruang dan pada suhu 40 °C selama 2 jam, 4 jam, dan 6 jam. Hasil ekstraksi dianalisis komponen volatilnya dengan menggunakan GC-MS dilanjutkan dengan analisis komponen aroma yang terdeskripsikan dengan GC-O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen flavor utama yang dihasilkan dari proses ekstraksi andaliman dengan maserasi menggunakan pelarut etanol: etil asetat (1:1) pada suhu ruang didominasi oleh  senyawa geranyl acetate meskipun setelah 6 jam maserasi terjadi dominasi D-Limonene menggantikan dominasi geranyl acetate. Maserasi pada suhu 40 °C juga menunjukkan geranyl acetate sebagai komponen volatil dominan pada 2 jam maserasi. Setelah 4 jam maserasi 40 °C, citronellol merupakan komponen volatil dominan, sedangkan setelah 6 jam maserasi 40 °C komponen volatil yang dominan adalah D-Limonene diikuti oleh geranyl acetate. Suhu maserasi dan waktu pada proses maserasi yang berbeda dapat menyebabkan perubahan pada komponen flavor yang dominan pada ekstrak andaliman. Namun komponen flavor yang dominan pada GC-MS tersebut tidak menunjukkan aroma yang terdeskripsikan pada GC-O. Aroma yang terdeskripsikan dari sniffing port pada andaliman yang dimaserasi pada suhu ruang bervariasi dari andaliman-like, green, flowery, sour, dan earthy. Sedangkan pada andaliman yang dimaserasi pada suhu 40 °C adalah aroma flowery, green, sweet, and spicy lebih banyak terdeskripsikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa suhu maserasi  dapat mempengaruhi aroma yang terdeskripsikan dengan menggunakan GC-O.