Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pembuatan Tablet Hisap Campuran Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) dan Angkak (Monascus purpureus) Menggunakan Metode Kempa Langsung dan Granulasi Kering Adityo Fajar Nugroho; Ning Ima Arie Wardayanie; Hendra Wijaya
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 37, No 2 (2020)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v37i2.6403

Abstract

ABSTRAK: Jambu biji merah mempunyai kadar vitamin C yang cukup tinggi dan angkak mengandung lovastatin yang berfungsi sebagai anti-kolesterol. Interaksi antara vitamin C dan lovastatin bersifat sinergis sehingga vitamin C dapat meningkatkan penyerapan lovastatin. Penelitian ini bertujuan membuat tablet hisap dari campuran jambu biji merah dan angkak menggunakan metode kempa langsung dan granulasi kering. Variabel penelitian adalah jenis formula yang digunakan dan metode pada proses pembuatan tablet. Evaluasi karakteristik fisik dilakukan baik terhadap granul maupun produk tablet hisap.   Hasil menunjukkan bahwa formulasi campuran 10% serbuk jambu biji merah dan 20% angkak yang dibuat  dengan cara granulasi kering memberikan kualitas tablet hisap terbaik dalam penelitian ini. Granul formulasi memiliki tingkat kekeringan 3,7%, laju alir 13 detik, dan sudut diam 31°. Tablet hisap yang terbentuk memiliki ukuran dan bobot yang seragam, nilai kekerasan 0,5 kp, kerapuhan 0%, waktu 4 menit dan kadar vitamin C sebesar 89,60 mg/100g.Kata kunci: angkak, granulasi kering, jambu biji, kempa langsung, tablet hisapABSTRACT: Red guava have high vitamin C content and angkak (red yeast rice) contains lovastatin as an anti-cholesterol. There was a synergistic interaction between Vitamin C and lovastatin so that vitamin C could increase lovastatin absorption. The research aims was formulating lozenges from a mixture of red guava and angkak using direct compression and dry granulation methods. The research variables were types of formulation and production methods of lozenges. The granules and lozenges were evaluated for their physical characteristics. The results showed that the mixture formulation of 10% red guava powder and 20% angkak using the dry granulation method gave the best results in this research. The granules have a 3,7% dryness level, a flow rate of 13 seconds, and a standpoint of 31°. While the lozenges have uniformly tablet size and weight, hardness value of 0,5 kp, 0% friability, disintegration time at 4 minutes, and vitamin C content of 89,60 mg / 100g.Keywords:  angkak, dry granulation, guava, direct compression, lozenges
Isolasi Senyawa β-Karoten dari Minyak Kelapa Sawit Mentah (Elaeis Guineensis Jacq.) dengan Metode Kromatografi Kolom Terbuka Hendra Wijaya; Ning Ima Arie Wardayanie; Rizki Maryam Astuti; Rahmad Arif
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 35, No 2 (2018)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.418 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v35i2.3977

Abstract

Minyak kelapa sawit mentah dapat dijadikan sebagai sumber β-karoten karena jumlahnya yang melimpah dan tingginya kadar β-karoten. Penelitian ini bertujuan mengisolasi β-karoten minyak sawit mentah (Elaeis guineensis Jacq.) dengan metode kromatografi kolom terbuka. Ekstraksi total karotenoid dilakukan dengan metode transesterifikasi-adsorpsi-desorpsi dan metode saponifikasi. Variabel yang diteliti pada metode transesterifikasi-adsorpsi-desorpsi adalah perbandingan kaolin terhadap metal ester-nya yaitu rasio 1:2, 1:3, 1:4 sedangkan variabel pada metode saponifikasi adalah waktu saponifikasi 0, 30 menit dan 60 menit. Hasil ekstrak total karotenoid dari metode yang terbaik dilanjutkan isolasi dengan kromatografi kolom terbuka. Hasil ekstrak dan isolat dikarakterisasi dengan kromatografi lapis tipis, spektrofotometer UV-VIS dan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ekstraksi saponifikasi pada suhu 56 °C selama 60 menit menghasilkan recovery β-karoten paling tinggi yaitu sebesar 80.90% dan berbeda secara statistik dengan perlakuan lainnya. Isolasi β-karoten dengan kromatografi kolom terbuka dilakukan dengan eluen heksana, aseton, etil asetat dan metanol (27:4:2:2), isolat yang dihasilkan memiliki Rf yang sama dengan standar dan absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan dengan standar. Konsentrasi β-karoten yang diperoleh adalah 178.43 ± 20.37 ppm dengan % recovery 78.09%.
Pengembangan Teknologi Pengolahan Serbuk Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk) untuk Sediaan Bahan Tambahan Pangan Nami Lestari; Lukman Junaidi; Hendra Wijaya; Ning Ima Arie Wardayanie; Santi Ariningsih, M.Si
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 38, No 2 (2021)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v38i2.7371

Abstract

Pemanfaatan minyak buah merah sebagai bahan tambahan pangan masih terbatas. Penelitian sebelumnya menghasilkan serbuk minyak buah merah yang menggumpal dan mempunyai kelarutan yang rendah dalam fase cair. Penelitian ini bertujuan mengembangkan teknologi dan formulasi pembuatan serbuk minyak buah merah yang tidak menggumpal serta mempunyai kelarutan dalam air dan kandungan beta karoten yang cukup tinggi. Metode penelitian dilakukan dengan penambahan proses homogenisasi sebelum proses pengeringan semprot dan variasi bahan pengisi (maltodekstrin dan siklodekstrin). Hasil penelitian menunjukkan mutu serbuk minyak buah merah dipengaruhi oleh proses homogenisasi menggunakan emulsifier (lesitin) sebelum dilakukan pengeringan dengan alat pengering semprot. Serbuk minyak yang dihasilkan berbentuk kristal, berwarna merah oranye dan teksturnya tidak menggumpal. Kadar β-karoten tertinggi didapat pada serbuk minyak buah merah dengan penambahan siklodekstrin (1:2), yaitu 5,97 mg/kg.  Rendemen berkisar antara 16,5 – 29,8 % dan kelarutan berkisar antara 49,13 sampai 89,32%. Sedangkan Analisis morfologi menggunakan SEM memperlihatkan bahwa serbuk minyak buah merah berbentuk bulat tidak beraturan, tersebar secara merata dan tidak membentuk flokulasi dengan ukuran 20-70 µm.
Perbaikan Proses Minuman Jelly Luo Han Guo (Siraitia grosvenorii) untuk Peningkatan Umur Simpan Yuliasri Ramadhani Meutia; Ning Ima Arie Wardayanie; Fitri Hasanah
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 34, No 2 (2017)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.399 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v34i2.3602

Abstract

Minuman jelly luo han guo merupakan jenis minuman yang menyegarkan dan mempunyai manfaat bagi kesehatan. Namun dalam proses pengolahannya, permasalahan masa simpan merupakan hal paling umum ditemukan pada industri kecil dan menengah. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula dan proses pengolahan terbaik untuk memperoleh minuman luo han guo yang memiliki konsistensi gel yang baik dan masa simpan yang lebih baik.  Pada penelitian ini dilakukan perbaikan proses dalam bentuk reformulasi dengan pengkombinasian bahan tambahan pangan asam sitrat, penggantian kemasan, serta modifikasi proses produksi.  Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan perubahan komposisi pada bahan pembuat minuman luo han guo, mengganti jenis kemasan, dan melibatkan proses pasteurisasi pada pembuatan minuman jelly luo han guo. Produk minuman jelly luo han guo terbaik dikemas botol kaca, karena sampai hari ke-13, baik penyimpanan suhu kamar maupun suhu dingin, dari aroma dan rasa masih normal dibandingkan dengan PET cold fill dan hot fill. Dari segi formulasi, yang terbaik adalah dengan menggunakan luo han guo powder dan jelly powder sampel B, serta dengan penambahan asam sitrat. Penyimpanan produk minuman jelly luo han guo sampai penyimpanan 42 hari masih dalam keadaan baik dilihat dari kriteria mikrobiologi maupun warna.
Pendugaan Masa Simpan Bumbu Rawon dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Tita Aviana; Nobel Christian Siregar; Ning Ima Arie Wardayanie
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 38, No 2 (2021)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v38i2.7523

Abstract

Rawon adalah makanan tradisional Indonesia yang diketahui berasal dari Jawa Timur dan telah dikenal sejak awal abad 18 hingga saat ini. Rawon menggunakan keluak sebagai bumbu penting yang memberikan warna hitam serta rasa dan aroma yang khas. Adanya kandungan sianida pada keluak mentah menyebabkan perlunya penanganan tertentu sebelum dapat dikonsumsi dengan aman. Saat ini, kerumitan persiapan bumbu masakan rawon dapat diatasi dengan adanya bumbu rawon siap masak. Pengembangan bumbu siap masak pun kini mulai dilakukan oleh Industri Kecil Menengah (IKM) sehingga diperlukan studi pendugaan masa simpan pada bumbu siap masak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendugaan masa simpan bumbu rawon siap masak yang diproduksi oleh salah satu IKM di Bogor. Pendugaan masa simpan dilakukan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT). Sampel uji disimpan pada 3 suhu yang berbeda kemudian diuji parameter kritisnya pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Hasil uji kemudian diolah sehingga didapatkan masa simpan selama 241 hari berdasarkan parameter kritis asam lemak bebas.
Potensi Antibakteri Dari Vinegar Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinaceae) and Ampel Bamboo (Bambusa vulgaris Scharad var.striata) Ning Ima Arie Wardayanie; Yus Maria Novelina Sitorus
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 29, No 02 (2012)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6952.029 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v29i02.2504

Abstract

Vinegar bambu adalah cairan transparan berwarna coklat kemerahan dengan aroma asap yang diperoleh dari kondensasi asap pada proses karbonisasi (pirolisis) bambu. Vinegar bambu mengandung 80-90% air dan campuran lebih dari 200 bahan organik seperti asam asetat, fenol dan aldehid. Secara umum senyawa tersebut berperan sebagai antimikroba, antioksidan, memberikan efek warna dan cita rasa khas asap pada produk asap.Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari proses pembuatan vinegar bambu; (2) mempelajari proses pemurnian vinegar bambu dan karakteristiknya; dan (3) mengetahui potensi antibakteri vinegar bambu yang telah dimurnikan dari bambu andong dan bambu dan bambu ampel. Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pembuatan vinegar bambu kasar, pemurnian vinegar bambu dan penentuan potensi antibakteri vinegar bambu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemurnian vinegar bambu dengan metoda penyulingan dapat mengurangi kandungan senyawa berbahaya yang terdapat pada vinegar bambu kasar, terutama komponen tar dan PAH. Vinegar bambu mempunyai kadar BaP dan BaA berkisar antara tidak terdeteksi sampai 10 ppb serta kadar tar berkisar antara 0.1% - 0.4%. Vinegar bambu mempunyai aktivitas antibakteri terutama terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa vinegar dari bambu andong dan ampel dapat menghambat Staphylococcus aureus mulai konsentrasi 5%, sedangkan pada bakteri lain seperti Esherichia coli, Aalmonella dan Pseudomonas lebih efektif pada konsentrasi yang lebih tinggi. Dari hasil pengujian tersebut dapat terlihat bahwa aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh kadar asam dan kadar fenol. Semakin tinggi kadar asam dan kadar fenol maka aktivitas antibakteri cenderung semakin besar. Selain itu aktivitas antibakteri juga mungkin dipengaruhi oelh efek sinergisitas asam dan fenol.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa vinegar bambu yang dimurnikan dengan cara penyulingan, dapat mengurangi kadar tar dan PAH, dan dapat meningkatkan kadar asam dan fenol, yang berperan dalam aktivitas antibakteri. Vinegar yang dipirolisis pada suhu 200 C - 400 C cenderung memilki saktivitas antibakteri yang lebih tinggi.
The Study of Extraction Methods and Characteristic of Red Fruit Oil (Pandanus conoideus LAM) H Guring Pohan; Ning Ima Arie Wardayanie
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 23, No 01 (2006)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3792.866 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v23i01.2541

Abstract

The study on the effect of oil extraction methods of red fruit using of amount water on the characteristic of red oil has been conducted.There were two methods used in this study,i.e:wet rendering using the water and dry rendering using the steam.In wet rendering the process was included a traditional process nd developed/modified of traditional process by using comparison between red fruit and water are1:2 anf 1:4;mean while dry rendering consist of blenders-steam-press and steam-blender-press.The result showed that the best treatment of oil extraction for red fruit were using the developed/modified of traditional process by using comparison between red fruit and water in 1:4 with have characteristic of red oil were followed :the yield of oil 4.61%,moisture content 3.54%,free fatty acid 2.96%,oleic acid 57.41%,beta-caroten 604.53 part per million (ppm) and a-tocoperol 416.82 ppm;mean while the best treatment for dry rendering (stem-blender-press)have resulted characteristic of red oil as follow :the yield oil 10.19%,moisture content2.14%,free fatty acid 2.84%,oleic acid 58.12%,beta-caroten 655.17 ppm and a-tocoperol 453.28 ppm.The result of analysis red oil not indicated content of trans fatty acid.
Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kualitas Sosis Kering Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Susi Heryani; Tita Aviana; Ning Ima Arie Wardayanie; Reno Fitri Hasrini
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 37, No 2 (2020)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v37i2.4300

Abstract

ABSTRAK: Jamur tiram putih mempunyai kandungan gizi yang tinggi serta memiliki protein dan serat menyerupai daging. Namun jamur tiram putih mempunyai kadar air tinggi sehingga mudah rusak. Pengolahan jamur tiram putih menjadi sosis kering dan pengamatan kondisi penyimpanan terhadap kualitas sosis kering belum ada yang melakukan. Tujuan penelitian ini mempelajari pengaruh beberapa kondisi penyimpanan terhadap kualitas sosis kering jamur tiram putih. Sosis kering jamur tiram putih disimpan pada inkubator suhu 25, 35, 45, dan 55 oC. Sampel sosis kering jamur tiram putih dianalisis kadar air, asam lemak bebas (ALB) dan aw setiap 14 hari sekali selama 56 hari. Suhu penyimpanan selama 56 hari mempengaruhi kadar air dan aw sosis kering jamur tiram putih. Semakin tinggi suhu penyimpanan dan semakin lama penyimpanan maka kadar air makin rendah dan aw makin rendah. Sedangkan waktu penyimpanan mempengaruhi ALB dan aw. Semakin lama waktu penyimpanan maka ALB semakin tinggi dan aw semakin turun. ALB tidak dipengaruhi suhu penyimpanan dan kadar air tidak dipengaruhi waktu simpan.  Semua kondisi penyimpanan masih memenuhi syarat mutu SNI produk pangan kering.Kata kunci: asam lemak bebas, aw, jamur tiram putih, kadar air, sosis keringABSTRACT: White oyster mushrooms have high nutritional content and similar with meat. However, white oyster mushrooms have high water content so they are easily decay. Processing of white oyster mushrooms into dry sausages and observation of storage conditions on the quality of dry sausages has not been done. The aim of this study was to study the effect of several storage conditions on the quality of dry white oyster mushroom sausage for 56 days. Dried sausages were stored in incubators at 25, 35, 45, and 55 oC for 56 days. Samples of dried sausage were analyzed for water content, free fatty acids (FFA) and aw every 14 days for 56 days. Storage temperature for 56 days affects the moisture content and aw white oyster mushroom dry sausage. The higher the storage temperature and the longer the storage, the lower the water content and the lower the aw. Meanwhile, the storage time affects ALB and aw. The longer the storage time, the higher the ALB and the lower the aw. ALB is not affected by storage temperature and moisture content is not affected by storage time. All storage conditions still qualify the Indonesian National Standard quality requirements for dry food products.Keywords: free fatty acid,  aw  white oyster mushroom, water content, dried sausage
Pengaruh Suhu dan Waktu Maserasi terhadap Komponen Volatil yang Terlibat pada Ekstraksi Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Yuliasri Ramadhani Meutia; Ning Ima Arie Wardayanie; Rienoviar -; Titin Mahardini; Indera Wirawan
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 32, No 01 (2015)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.268 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v32i01.2629

Abstract

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) merupakan tanaman rempah khas Sumatera Utara yang banyak digunakan sebagai bumbu masak karena memiliki citarasa yang khas. Selain itu andaliman memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai antimikroba, antioksidan dan sebagai immunomodulator. Studi mengenai pengaruh proses ekstraksi terhadap komponen flavor andaliman telah dilakukan, namun belum ada yang melihat pengaruh suhu dan waktu maserasi  terhadap komponen flavor pada ekstrak yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu dan waktu maserasi terhadap komponen volatil yang terlibat di dalamnya. Andaliman diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol dan etil asetat (1:1) pada suhu ruang dan pada suhu 40 °C selama 2 jam, 4 jam, dan 6 jam. Hasil ekstraksi dianalisis komponen volatilnya dengan menggunakan GC-MS dilanjutkan dengan analisis komponen aroma yang terdeskripsikan dengan GC-O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen flavor utama yang dihasilkan dari proses ekstraksi andaliman dengan maserasi menggunakan pelarut etanol: etil asetat (1:1) pada suhu ruang didominasi oleh  senyawa geranyl acetate meskipun setelah 6 jam maserasi terjadi dominasi D-Limonene menggantikan dominasi geranyl acetate. Maserasi pada suhu 40 °C juga menunjukkan geranyl acetate sebagai komponen volatil dominan pada 2 jam maserasi. Setelah 4 jam maserasi 40 °C, citronellol merupakan komponen volatil dominan, sedangkan setelah 6 jam maserasi 40 °C komponen volatil yang dominan adalah D-Limonene diikuti oleh geranyl acetate. Suhu maserasi dan waktu pada proses maserasi yang berbeda dapat menyebabkan perubahan pada komponen flavor yang dominan pada ekstrak andaliman. Namun komponen flavor yang dominan pada GC-MS tersebut tidak menunjukkan aroma yang terdeskripsikan pada GC-O. Aroma yang terdeskripsikan dari sniffing port pada andaliman yang dimaserasi pada suhu ruang bervariasi dari andaliman-like, green, flowery, sour, dan earthy. Sedangkan pada andaliman yang dimaserasi pada suhu 40 °C adalah aroma flowery, green, sweet, and spicy lebih banyak terdeskripsikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa suhu maserasi  dapat mempengaruhi aroma yang terdeskripsikan dengan menggunakan GC-O.