Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Asap Cair Kayu Galam (Malaleuca leucadendra) dalam Bentuk Biodegradable Film terhadap Pengawetan Ikan Gabus (The Effect of Liquid Smoke Galam (Malaleuca leucadendra) in Biodegradable Film Form as Fish Cork Preservation) Rais Salim; Nazarni Rahmi
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol 9, No 2 (2017)
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.381 KB) | DOI: 10.24111/jrihh.v9i2.3391

Abstract

Liquid smoke is a liquid product made from the condensation of smoke from carbonization process of lignocellulosic material. Liquid smoke of wooden galam (Melaleuca leucadendra) is a material that can be used as a natural preservative on fish. The use of an edible film packaging with the addition of liquid smoke of wooden galam is a good alternative to improve the durability and quality of fish during storage. This research is aimed to determine the effect of liquid smoke of wooden galam in biodegradable film for fish preservation. The edible film formulas were gelatin-pectin (AB), gelatin-smoke liquid (AC), and gelatin-pectin-smoke liquid (ABC) and compared with control (without treatment). The parameters of fish storage observed were pH measurement, Total Volatile Base-Nitrogen (TVBN), and microbiological test. The result after 10 days of storage showed that the pH value were 5.45 incontrol, AB 5.43, AC 5.47 and ABC 5.46; theTVBN values were 48 mgN/100gin control, AB 32 mgN/100g, AC 36 mgN/100g and ABC 36 mgN/100g; as well as microbiological testing, TPC value on 15x106 CFU/g, AB 11x103 CFU/g, AC 18.5x103 CFU/g, and ABC 4x103 controls and Coliform controls 5.0x106, AB 3.5x102, AC 1.0x101, and ABC 4.0x100. The treatment of liquid wooden galam smoke in a form of biodegradable film was capable to maintain the quality of fish better than without treatment shown in the low microbiological testing values (TPC and Coliform), eventhough it did not show significant effect in maintaining the TVB value during 10 days storage at ± 4° C. Keywords:  liquid smoke, Coliform, edible film, pH, TPC
Daya Hambat Asap Cair Kayu Galam terhadap Serangan Jamur pada Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) The Effect of Galam Wood Vinegar to The Growth of Fungi on Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) Rais Salim
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol 8, No 2 (2016)
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.599 KB) | DOI: 10.24111/jrihh.v8i2.2201

Abstract

Eichhornia crassipes is a kind of weed species that can be used as material of woven handicrafts for commercial purposes. Generally, the problems that occurred while using natural fiber material (Eichhornia crassipes) for woven handicraft products were very susceptible from moisture that triggered organisms attack such as fungal attack. The alternative materials that can be used to protect Eichhornia crassipes from fungal attack is galam wood vinegar. The purpose of this research was to determine the effect of galam wood vinegar application to Eichhornia crassipes to against fungal attack and also to determine the optimum level of wood vinegar concentration to block the fungal attack on Eichhornia crassipes. The research used two treatments i.e: concentration variations A1 (20%), A2 (25%) and A3 (30%); and soaking time variations B1 (7 hours), B2 (10 hours) and B3 (15 hours). The results was compared with the controls (0%). The field test showed that the intensity of fungal attack in the Eichhornia crassipes treated by wood vinegar from week 6 to week 10 was ranged from 2-31%. Whereas the untreated Eichhornia crassipes from week 6 to week 10 was ranged from 31.5-56%. The laboratory tests showed that the average value of weight loss of treated water hyacinth due to the attack by Aspergillus niger and Penicillium sp. ranged from 5.848-10.553% and 6.664- 11.874%, while the the average value of weight loss of untreated water hyacinth were 18.945% and 14.325%. The treatment of wood vinegar to the Eichhornia crassipes in both field tests and laboratory tests showed significant effect in resisting fungal attack so that it can be used as a preservative for Eichhornia crassipes.Keywords: water hyacinth, galam wood vinegar, penicillium sp., aspergillus niger
Pemanfaatan dan Pengolahan Tepung Glukomannan Umbi Porang (Amorphophallus muelleri) sebagai Bahan Pengenyal Produk Olahan Bakso Rais Salim; Nazarni Rahmi; Nadra Khairiah; Fitri Yuliati; Sri Hidayati; Rufida Rufida; Ratri Yuli Lestari; Desi Mustika Amaliyah
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.15 No.2 Desember 2021
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26578/jrti.v15i2.7131

Abstract

Bakso merupakan olahan pangan daging yang banyak disukai berbagai kalangan masyarakat karena rasa dan teksturnya yang kenyal. Umumnya adonan bakso diberi bahan tambahan pangan pengenyal berupa Sodium Tripolifosfat(STPP). Sementara itu, ada glukomannan yang merupakan salah satu hidrogel yang memiliki kemampuan menyerap air hingga lebih dari seratus kali beratnya yang banyak terkandung pada umbi porang. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dan pengolahan tepung glukomanan umbi porang sebagai produk olahan bakso sehingga berpotensi menggantikan pengenyal sintetis komersial seperti STTP. Metode pemisahan glukomannan menggunakan metode kering dan metode basah yang diproses menjadi tepung glukomannan untuk membuat produk olahan bakso. Hasil pengukuran kualitas tepung dan produk bakso kemudian dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan berdasarkan SNI serta literatur dan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi pemurnian glukomanan menggunakan metode basah lebih berhasil dibandingkan metode kering dengan kadar glukomanan yang diperoleh berkisar antara 56,02 – 57,17% dengan viskositas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan glukomanan komersial yaitu antara 2.760 – 2.800 cP tetapi solubilitas glukomanan relatif kecil dibanding dengan komersial yaitu antara 7,5 – 12,125%. Hasil pembuatan bakso menunjukkan bahwa tepung glukomanan umbi porang dapat digunakan sebagai pengganti bahan kimia STPP untuk mengenyalkan produk bakso olahan. Hasil pengujian tepung glukomanan dan bakso secara keseluruhan telah memenuhi standar SNI tepung terigu dan SNI bakso. 
Potensi Bambu Untuk Pemanfaatan Sebagai Bahan Bakar Arang Dengan Metode Pengarangan Retort Tungku Drum Rais Salim; Budi Tri Cahyana; I Dewa Gede Putra Prabawa; Saibatul Hamdi
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.13 No.2 Desember 2019
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.807 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v13i2.5284

Abstract

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif menjadi arang karbon dengan cara pengarangan atau karbonisasi. Penelitian ini menggunakan sistem pengarangan tipe retort tetapi menggunakan tungku drum ganda sebagai tempat pemanas dan pembakarannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengukur optimasi proses kinerja alat pengarangan dan mengetahui kualitas dan karakteristik arang bambu yang dihasilkan dengan sistem pengarangan retort tungku drum. Jenis bambu yang digunakan pada penelitian ini yaitu bambu betung (Dendrocalamus asper) dan bambu ater (Gigantochloa atter). Parameter yang diamati yaitu kinerja alat pengarangan sedangkan kualitas arang meliputi kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, dan rendemen arang. Hasil pengukuran kinerja alat kemudian dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan berdasarkan literatur dan hasil penelitian sebelumnya sedangkan karakter dan kualitas arang dibandingkan dengan stándar SNI jenis dan penggunaan arang serta standar dari negara lainnya. Hasil pengukuran kinerja alat menunjukkan suhu maksimal yang diperoleh adalah 590°C dengan waktu pemanasan 127 menit menghasilkan arang dengan warna hitam merata. Karakter dan kualitas arang bambu betung dan ater yang diperoleh secara berturut-turut yaitu kadar air bambu betung dan ater 2,87% dan 3,49%; kadar zat mudah menguap 14,64% dan 14,47%; kadar abu 6,65% dan 5,71%; kadar karbon terikat 78,71% dan 79,82%; dan rendemen 31,95% dan 29,14%.