Eva Novarini
Balai Besar Tekstil, Kementerian Perindustrian, Bandung

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN UJI EFIKASI IN VIVO MEMBRAN SERAT NANO POLIVINIL ALKOHOL/GELATIN DENGAN ANTIBIOTIKA TOPIKAL UNTUK TEKSTIL MEDIS PEMBALUT LUKA Eva Novarini; Theresia Mutia; Rr. Srie Gustiani
Arena Tekstil Vol 36, No 1 (2021)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31266/at.v36i1.6708

Abstract

Luka memiliki beberapa derajat keparahan dan terkadang memerlukan penanganan khusus, misalnya untuk luka kronis akibat diabetes atau borok vena. Pembalut luka dari membran serat nano campuran polimer sintetik polivinil alkohol (PVA) dan polimer alam gelatin dapat dijadikan pembalut untuk luka kronis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya aktivitas antibakteri dan kaitannya dengan penyembuhan luka oleh membran serat nano PVA/gelatin yang ditambahkan antibiotika topikal Bacitracin dan Neomycin. Penilaian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode parallel streak menggunakan bakteri E. coli dan S. aureus. Untuk mengetahui efikasi membran serat nano terhadap penyembuhan luka terinfeksi, dilakukan uji in vivo menggunakan kelinci albino jantan sehat yang diinfeksi oleh bakteri E. coli dan S. aureus. Hasil pengujian menyatakan bahwa membran serat nano memiliki kekuatan antibakteri tinggi dilihat dari zona hambat/daerah bening > 20 mm yang menandakan mikroorganisme sangat sensitif terhadap spesimen uji. Membran serat nano juga terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka terinfeksi. Kelinci albino yang diinfeksi oleh bakteri dan diobati membran serat nano menunjukkan kesembuhan total pada hari ke 5 sedangkan kelinci kontrol sembuh pada hari ke 14. Berdasarkan hasil yang ada, membran serat nano PVA/gelatin/antibiotika topikal ini berpotensi untuk dijadikan sebagai pembalut luka terinfeksi.
SINTESIS NANOPARTIKEL SENG OKSIDA (ZnO) MENGGUNAKAN SURFAKTAN SEBAGAI STABILISATOR DAN APLIKASINYA PADA PEMBUATAN TEKSTIL ANTI BAKTERI Eva Novarini; Tatang Wahyudi
Arena Tekstil Vol 26, No 2 (2011)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (905.703 KB) | DOI: 10.31266/at.v26i2.1174

Abstract

Sintesis nanopartikel seng oksida dilakukan dengan metode presipitasi melalui reaksi antara seng nitratdengan natrium hidroksida. Variasi penggunaan berbagai jenis surfaktan (kationik, nonionik dan anionik) sebagaistabilisator pada proses pembuatan larutan koloid nanopartikel. Partikel dikarakterisasi dengan X-ray Diffraction(X-RD), Ultraviolet-visible Spectroscopy dan Scanning Electron Microscope (SEM). Aktivitas antibakterinanopartikel terhadap Escherichia coli dan Bacillus cereus ditentukan dengan metode agar diffusion test. Hasilkarakterisasi XRD dan SEM menunjukkan bahwa partikel adalah benar seng oksida dengan ukuran antara 75 nm-125 nm. Penggunaan 5% surfaktan kationik atau nonionik berdampak pada distribusi ukuran partikel koloid yangrelatif rata. Nanopartikel memperlihatkan kemampuan yang lebih baik dalam menghambat pertumbuhan bakteriBacillus cereus dibandingkan pada Escherichia coli. Selanjutnya, nanopartikel diaplikasikan pada kain kapasdengan teknik rendam-peras-pemanasawetan kering. Analisa persentase reduksi bakteri setelah beberapa kalipencucian tekstil dilakukan untuk mengetahui efektivitas aplikasi nanopartikel. Hasil foto SEM terhadap kain kapasmembuktikan bahwa kain mengandung nanopartikel seng oksida. Peningkatan jumlah zat pengikat dapatmeningkatkan efektivitas antibakteri.
MODIFIKASI PERMUKAAN SERAT POLIESTER MENGGUNAKAN SISTEM PLASMA NON TERMAL TEKANAN ATMOSFER DENGAN METODE LUCUTAN KORONA OLEH IONISASI UDARA Untung Prayudie; Eva Novarini
Arena Tekstil Vol 30, No 1 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1561.572 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i1.1948

Abstract

Sifat fisik dan fungsi kain poliester dapat ditingkatkan melalui modifikasi permukaan tekstil menggunakan teknologi plasma. Pada penelitian ini, modifikasi pada permukaan kain poliester diperoleh melalui perlakuan plasma lucutan korona pada tekanan atmosfer. Plasma lucutan korona dihasilkan melalui ionisasi udara normal menggunakan prototip mesin plasma non termal dengan konfigurasi elektroda titik dan bidang. Jarak antar elektroda adalah 25 mm. Fenomena plasma lucutan korona pada kain poliester menghasilkan efek etsa yang terbukti dapat memodifikasi permukaan kain poliester. Citra SEM menunjukkan kain poliester sesudah perlakuan plasma mengalami perubahan kekasaran permukaan yang terlihat dari banyaknya lepuhan, bukit, celah dan pori-pori di sepanjang permukaan serat. Efek etsa terbukti pula dari berkurangnya berat kain poliester setelah perlakuan plasma. Tingkat kekasaran permukaan dan persentase pengurangan berat kain poliester berbanding lurus dengan durasi perlakuan plasma. Fenomena plasma berpengaruh terhadap peningkatan sifat hidrofilik kain poliester. Hasil pengujian menunjukkan kecepatan pembasahan kain poliester meningkat signifikan (hingga 6 kali lipat) setelah perlakuan plasma. Peningkatan kecepatan pembasahan ini lebih disebabkan oleh efek etsa akibat perlakuan plasma yang menghasilkan perubahan porositas antar sumbu benang pada kain poliester.
STUDI PENGGUNAAN MESIN PENCELUPAN SISTEM JET TIPE SOFT FLOW UNTUK PENCELUPAN KAIN POLIESTER DAN KAIN RAYON Arif Wibi Sana; Eva Novarini; Untung Prayudie; Rini Marlina
Arena Tekstil Vol 30, No 1 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2637.135 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i1.1943

Abstract

Studi ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi optimum pencelupan kain poliester dan rayon pada mesin jet dyeing tipe soft flow. Untuk mengetahui kondisi optimum proses pencelupan poliester, dilakukan variasi kecepatan sirkulasi (rendah (42,84 m/menit), sedang (67,56 m/menit), dan tinggi (110,0 m/menit)), konstruksi kain (gramasi 65, 90 dan 175 g/m2) dan zat warna dispersi dengan berat molekul berbeda (BM 248.36, BM 519.93 dan BM 625.38). Proses pencelupan rayon dilakukan dengan variasi kecepatan sirkulasi (rendah (42,84 m/menit), sedang (67,56 m/menit), dan tinggi (110,0 m/menit). Hasil pencelupan diuji ketuaan warna (K/S), daya serap warna dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan kering dan basah, serta kekuatan tarik. Pada kain poliester, nilai K/S tertinggi didapatkan pada kain dengan gramasi rendah yang dicelup menggunakan zat warna dispersi dengan berat molekul paling kecil, sedangkan pada kain rayon K/S tertinggi diperoleh pada hasil pencelupan dengan kecepatan sirkulasi sedang. Kain poliester maupun rayon hasil pencelupan memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan kering dan basah yang baik dan tidak mengalami penurunan kekuatan tarik yang signifikan. Mesin jet dyeing tipe soft flow ini lebih sesuai untuk digunakan pada proses pencelupan dengan kecepatan sirkulasi kain tidak lebih dari 110 meter/menit dan lebih disarankan untuk digunakan pada kain-kainringan. Sedangkan untuk kain rayon, proses pencelupan sebaiknya dilakukan pada kecepatan sirkulasi sedang (67,56 m/menit).
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENCELUPAN KAIN KAPAS TERHADAP ZAT WARNA REAKTIF MELALUI PROSES KATIONISASI Cica Kasipah; Eva Novarini; Emma Yuniar Rakhmatiara; Dikdik Natawijaya
Arena Tekstil Vol 30, No 2 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2757.839 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i2.1949

Abstract

Proses kationisasi kain kapas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pencelupan kain kapas terhadap zat warna reaktif melalui modifikasi makromolekul selulosa sehingga memiliki muatan positif untuk mempermudah pengikatan gugus anion pada zat warna reaktif. Penelitian ini menggunakan polidialildimetil amonium klorida (PDADMAC) dan amonium sulfat untuk memberikan muatan positif pada serat kapas. Spektra Fourier Transmitance Infra Red Spectrophotometer (FTIR) menunjukkan adanya kandungan kelompok kationik pada kainkapas yang dikationisasi dengan PDADMAC dan amonium sulfat. Kationisasi kain kapas dengan PDADMAC memberikan nilai ketuaan, intensitas dan beda warna yang lebih baik dibandingkan amonium sulfat. Nilai optimum penggunaan PDADMAC yaitu pada konsentrasi 4 g/l (dengan nilai K/S = 11,86; ΔE =10,34 (ΔE>6,0);I = 515,14%;skala nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 3; gosokan kering 3 dan penyinaran buatan 2). Nilai optimum penggunaan amonium sulfat yaitu pada konsentrasi 0,5 g/l (dengan nilai K/S = 4,89, ΔE = 3,64; I = 144,87; skala nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian 4-5; gosokan basah 4-5; gosokan kering 4 dan penyinaran buatan 4). Penggunaan PDADMAC dan amonium sulfat tidak mengakibatkan penurunan kekuatan tarik kain. Kationisasi dapat mengurangi bahkan mengeliminasi penggunaan zat pembantu pada pencelupan kain kapas dengan zat warna reaktif. PDADMAC dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan alkali. Sedangkanamonium sulfat dapat menghilangkan penggunaan elektrolit dan mengurangi pemakaian alkali.
POROUS ABSORBER OF NOISE CONTROL PANEL MANUFACTURING FROM COCONUT FIBER AND PET WASTE FIBER (SHOODY FIBER) Saeful Islam; Mochammad Danny Sukardan; Eva Novarini; Farri Aditya
Arena Tekstil Vol 33, No 2 (2018)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.497 KB) | DOI: 10.31266/at.v33i2.4273

Abstract

Noise exposure could have a negative effect on humans in the form of hearing loss, sleep disturbances, high blood pressure and heart problems, respiratory and metabolic disorders, mental health disorders and cognitive impairment. So noise control efforts are needed. Noise control efforts was carried out by making porous absorber of noise control panel by utilizing abundant natural resources in the form of coconut fiber, utilization of PET fiber from textile waste (shoody fiber) and low melt polyester. From the test results obtained that all combinations meet the criteria for sound absorption from class B to E, and the results of maximum absorption are 0.88 absorption coefficient obtained by a combination of three layers between 50% coconut fiber, 20% shoody fiber and 30% low melt polyester.                
POTENSI SERAT RAMI (BOEHMERIA NIVEA S. GAUD) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL DAN TEKSTIL TEKNIK Eva Novarini; Mochammad Danny Sukardan
Arena Tekstil Vol 30, No 2 (2015)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1854.901 KB) | DOI: 10.31266/at.v30i2.1984

Abstract

Ketergantungan industri tekstil nasional terhadap bahan baku kapas impor masih sangat tinggi. Serat rami diharapkan dapat menjadi serat selulosa alternatif yang mampu mengurangi penggunaan serat kapas untuk bahan baku tekstil dan produk tekstil (TPT). Beberapa sifat serat rami hampir menyerupai sifat serat kapas namun kekuatan tarik serat rami dua kali lipat lebih besar dan daya serap airnya lebih tinggi daripada serat kapas. Pengembangan serat rami untuk bahan baku TPT masih memiliki kendala diantaranya kurang berminatnya masyarakat untuk membudidayakan tanaman rami, terbatasnya lahan perkebunan rami, proses pengolahan batang basah serat rami terutama proses degumming yang belum mampu menghasilkan kualitas serat rami siap pintal yang sesuai serta teknologi proses pemintalan serat rami sistem kapas maupun sistem worsted yang belum dikuasai sepenuhnya. Prospek serat rami untuk bahan baku TPT dan tekstil teknik sangat besar. Untuk kain sandang, campuran 45% rami dengan 55% kapas menghasilkan tekstur seperti kain linen yang eksklusif. Serat rami juga berpotensi sebagai bahan baku komposit dengan matriks polimer. Komposit polimer dengan penguat serat rami dapat digunakan untuk komponen otomotif dan lain sebagainya. Balai Besar Tekstil selaku lembaga litbang pemerintah turut memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan kemampuan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang tekstil. Untuk mendukung pengembangan serat rami sebagai bahan baku TPT maka arah riset Balai Besar Tekstil dapat ditujukan pada peningkatan kualitas serat rami serta diversifikasi produk akhir berbahan serat rami. Hal ini diselaraskan dengan fokus litbang Balai Besar Tekstil yaitu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor melalui substitusi bahan baku dari dalam negeri.
APLIKASI KITOSAN SEBAGAI ZAT ANTI BAKTERI PADA KAIN POLIESTER-SELULOSA DENGAN CARA PERENDAMAN Wiwin Winiati; Cica Kasipah; Wulan Septiani; Eva Novarini; Rizka Yulina
Arena Tekstil Vol 31, No 1 (2016)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.365 KB) | DOI: 10.31266/at.v31i1.1448

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah membubuhkan kitosan pada kain poliester-selulosa (poliester-kapas/rayon) yang berupa kain grey dan kain yang telah diberi warna untuk mendapatkan kain poliester-selulosa yang mempunyai sifat antibakteri. Kain yang digunakan adalah poliester-kapas 65:35 berupa kain grey dan kain loreng dan poliester-rayon 70:30 yang berupa kain grey dan kain hijau AD. Aplikasi kitosan dilakukan dengan cara perendaman dengan penambahan senyawa natrium periodat sebagai oksidator. Analisa gugus fungsi dengan FTIR (fourier transform infra red) menunjukkan bahwa kitosan dengan gugus –NH2 dan -OH sebagai gugus aktifnya telah berikatan dengan poliester yang diperlihatkan dengan terjadinya  peningkatan serapan gugus C=N  dan gugus C-O,  serta penurunan gugus C=O dari ester yang menunjukkan terjadi ikatan poliester dengan kitosan; dan peningkatan serapan pada bilangan gelombang 1641 cm-1 menunjukkan terjadinya ikatan antara aldehid dan kitosan yang menunjukkan terjadinya fiksasi kitosan pada selulosa (kapas dan rayon).  Fiksasi kitosan pada kain poliester-selulosa yang berupa kain grey dan kain yang telah diberi warna telah berhasil memberikan sifat antibakteri pada kain, tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada serat poliester maupun serat rayon/kapas pada kain, dan tidak mengakibatkan kerusakan/penurunan  ketuaan warna pada kain yang telah diberi warna, bahkan semakin banyak kitosan yang diberikan akan meningkatkan ketuaan warna-warna tersebut.
KARAKTERISASI SERAT DARI TANAMAN BIDURI (CALOTROPIS GIGANTEA) DAN IDENTIFIKASI KEMUNGKINAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SERAT TEKSTIL Mochammad Danny Sukardan; Dikdik Natawijaya; Puri Prettyanti; Cahyadi Cahyadi; Eva Novarini
Arena Tekstil Vol 31, No 2 (2016)
Publisher : Balai Besar Tekstil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.154 KB) | DOI: 10.31266/at.v31i2.1986

Abstract

Calotropis gigantea atau yang dikenal dengan nama Biduri merupakan tanaman perdu/ilalang yang dapat tumbuh liar di pesisir pantai, dataran tinggi bahkan di lokasi tanah keras dan berkapur. Di bagian dalam buahnya terdapat serat halus yang berpotensi untuk dijadikan bahan baku serat tekstil. Untuk mengetahui karakteristik dan potensi pemanfaatannya, pada penelitian ini dilakukan karakterisasi berdasarkan morfologi, sifat kimia, fisika dan mekanik serta uji pemintalan. Sampel Calotropis gigantea yang digunakan diambil dari Semarang, Pangandaran, Ciamis, Cilacap dan Yogyakarta. Untuk pembanding, dilakukan pula pengamatan pada serat kapas dan kapok. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa morfologi serat Calotropis gigantea berbentuk hollow (berongga) dengan volume hollow 92,3 – 94,7 % dan rendemen serat 8,9 % dari berat buah. Kandungan selulosa 66,52 – 71,62 %; lignin 13,45  - 14,08 %; kadar air (MC 7,3 %; MR 7,9 %); rasio daya serap minyak : air 60,89 kali (g/g) dan 57,06 kali (g/cm3). Sifat fisika Calotropis gigantea : panjang ± 1,25 inchi; kerataan panjang 84,0; kekuatan per berkas 37,8 g/tex; efek kilau tinggi (+b 19,6); indeks serat pendek 7,8; mulur rendah (3,9 %); ringan dan halus (2,02 m); kaku; permukaan licin; mengapung di air dan minyak (buoyant). Hasil uji pemintalan 100 % Calotropis gigantea menunjukkan bahwa kualitas benang masih di bawah standar mutu benang ring tenun (carded) kapas 100 % (SNI 08-0033-2006). Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian, serat dari buah Calotropis gigantea memiliki karakteristik potensial sebagai bahan tekstil seperti filler untuk material pengapung dan penyerap tumpahan minyak.