Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh Kondisi Keluarga terhadap Gerak Penduduk di Pedesaan Jawa Barat Endang Lestari Hastuti; Budi Santoso
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v12n1.1994.49-60

Abstract

IndonesianGerak penduduk di pedesaan Jawa Barat semakin lama meningkat dan berkembang seiring dengan lajunya pembangunan di Indonesia terutama kota Jakarta. Tulisan ini mencoba menelaah berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peluang penduduk di pedesaan Jawa Barat yang meliputi beberapa desa dataran rendah dan dataran tinggi, dan mempunyai pola tanam yang berbeda. Hasil telahaan menunjukkan bahwa pengaruh beberapa kondisi keluarga terhadap peluang gerak penduduk pedesaan relatif kecil. Hanya pada keluarga yang berlahan sempit nampak ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak dengan desa asal semakin besar peluangnya untuk melakukan migrasi komutasi, sedangkan semakin jauh jarak dengan desa dan semakin besar pendapatan non-pertanian semakin besar peluangnya untuk melakukan migrasi sirkulasi. Kenyataan menunjukkan pula bahwa jumlah keluarga yang anggotanya melakukan migrasi permanen relatif sangat sedikit. Ini berarti bahwa keterikatan penduduk pedesaan dengan daerah asalnya masih cukup besar. Korelasi atau pengaruh beberapa kondisi keluarga di dalam sistem keluarga masyarakat pedesaan berbeda menurut kondisi sosial dan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan pula kebijakan yang berbeda antara golongan yang satu dengan yang lain, yaitu kebijakan yang dapat membantu keluarga di pedesaan agar dapat memaksimumkan sumberdaya dengan memberikan peluang pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Revitalisasi Kelembagaan Kemitraan Usaha dalam Pembangunan Agribisnis Hortikultura di Provinsi Sumatera Utara Valeriana Darwis; Endang Lestari Hastuti; Supena Friyatno
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v24n2.2006.123-134

Abstract

EnglishFor market oriented of agricultural development, agribusiness scheme is the most appropriate option. Partnership pattern in agribusiness scheme is one of the alternatives to achieve successful performance. This article aims to introduce the application of partnership pattern on horticultural crops in North Sumatera Province. The current partnership pattern in horticultural production centers is generally developed locally, applying nucleus-plasma pattern, and pattern introduced by the intervention of the government. The locally established partnership pattern was developed based on the common needs and, therefore, this pattern has been institutionalized due to the increasing trustworthy and honesty among the members.  Meanwhile the nucleus-plasma pattern is carried out and controlled by formal rules and regulations which are agreed and approved by the members.  On the other hand, the partnership pattern introduced by the government is designed to support rural development programs.  However, the pattern faces various constraints in internalizing the concept.  There is an assumption that the government aid and support is treated as grant with no obligation to repay.  In this regard, the role of the government and coordination among the related institutions should be intensified and improved.IndonesianPada usaha pertanian berorientasi pasar, pendekatan yang sesuai adalah agribisnis. Kemitraan di antara pelaku usaha di bidang agribisnis merupakan salah satu cara untuk memperbesar peluang keberhasilan. Tulisan ini menggambarkan kemitraan hortikultura yang ada di Provinsi Sumatera Utara dalam upaya menyempurnakan serta merevitalisasi kemitraan yang pernah dikembangkan. Pola kemitraan yang ada di sentra produksi hortikultura umumnya bersifat lokal, pola inti-plasma, dan bentukan pemerintah. Kemitraan usaha yang bersifat lokal terbentuk karena adanya kebutuhan bersama dari pelaku kemitraaan usaha, sehingga relatif melembaga karena adanya nilai-nilai kepercayaan dan kejujuran. Kemitraan usaha dengan pola inti plasma diatur dan dikontrol oleh aturan-aturan yang bersifat formal, yang telah disetujui dan ditandatangani bersama. Pola kemitraan yang dibentuk oleh pemerintah terutama bertujuan sesuai dengan program pembangunan pedesaan, dan sampai saat ini tampaknya relatif sulit melembaga. Hal ini antara lain disebabkan adanya anggapan bahwa setiap bantuan yang diberikan oleh pemerintah merupakan hibah, sehingga tidak perlu dikembalikan. Oleh karena itu peran pemerintah harus ditingkatkan dan koordinasi antar lembaga terkait lebih diintensifkan.
Pelembagaan Perilaku Pangan dan Gizi Endang Lestari Hastuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v13n2.1995.1-16

Abstract

IndonesianPerilaku pangan dan gizi sangat berpengaruh terhadap kecukupan pangan masyarakat, yang merupakan hasil akhir pembangunan yang diharapkan. Berbagai faktor berpengaruh terhadap perilaku pangan dan gizi, baik yang bersifat ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan perilaku pangan dan gizi dapat dilakukan pada tingkat mikro (individu) dengan melakukan training dan sosialisasi, menengah (grup atau kelompok) dengan perubahan adat/kebiasaan dan norma masyarakat, dan makro (masyarakat) dengan memperkenalkan teknologi dan perilaku pangan yang baru. Peranan kader gizi, tokoh masyarakat, ibu rumah tangga sangat penting di dalam pelembagaan pangan dan gizi. Selain itu pemberian "reward atau penghargaan" dan legitimasi masyarakat merupakan faktor yang dapat lebih memperkuat proses pelembagaan.
Peranan Wanita tani dalam penentuan alokasi penggunaan pendapatan keluarga tani di NTT, NTB dan Jawa Timur Endang Lestari Hastuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v7n1.1989.52-61

Abstract

IndonesianDesa-desa yang merupakan daerah tadah hujan dan sering mengalami krisis pangan merupakan lokasi penelitian yang dilakukan selama satu tahun mengenai ketahanan pangan (materi yang disampaikan dalam makalah merupakan sebagian dari padanya). Penelitian dilakukan dengan pengamatan secara langsung disamping penggunaan daftar pertanyaan, dengan rumahtangga sebagian unit analisa. Tujuan tulisan dalam makalah ini adalah untuk mengungkapkan sampai sejauhmana sebenarnya peranan wanita (yang berumur lebih dari 10 tahun) baik di dalam kegiatan pertanian maupun non-pertanian dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangganya. Pola tanam, teknologi dan ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap alokasi tenaga kerja wanita. Curahan jam kerja wanita telah cukup tinggi bahkan melampaui standar kerja dari BPS (35 jam/minggu), terlebih-lebih untuk daerah yang jauh dari kota. Wanita cukup berperan aktif dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan, baik dalam bidang pertanian maupun non-pertanian. Bahkan di pedesaan Jawa Timur peranannya sama dengan pria. Dengan demikian wanita memerlukan pendidikan praktis bukan hanya pada hal-hal yang berhubungan dengan kodrat wanita, tetapi juga pada kegiatan yang langsung menghasilkan pendapatan. Lembaga-lembaga non formal yang ada, dapat dijadikan wadah penyuluhan karena dapat lebih menjangkau mereka, seperti pengajian, arisan dan tetua desa. Inovasi teknologi tepat guna untuk sektor rumahtangga perlu dipertimbangkan untuk dirumuskan sebagai kesatuan paket program pembangunan, guna meningkatkan partisipasi wanita di luar bidang ke rumahtanggaan.
Dampak Teknologi dan kebudayaan terhadap Peranan Wanita dalam kegiatan usahatani (studi kasus di Pedesaan Jawa Barat dan Sumatera Barat) Endang Lestari Hastuti; Bambang Irawan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v7n2.1989.1-11

Abstract

IndonesianTulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi dan kebudayaan terhadap peranan wanita dalam berbagai kegiatan produktif, terutama dalam kegiatan usahatani padi. Data-data yang digunakan adalah data penelitian Patanas (Panel Petani Nasional) Jawa Barat tahun 1983 dan Sumatera barat 1987. Peranan wanita diukur berdasarkan besarnya curahan jam kerja dan tingkat partisipasi pada masing-masing kegiatan. Hasil analisa menunjukkan bahwa di daerah dengan teknologi (dalam hal ini fasilitas irigasi) lebih baik, ternyata dapat meningkatkan peranan wanita dan sekaligus pendapatannya. Ternyata pula bahwa "adat Minangkabau" yang menempatkan wanita pada status yang cukup tinggi atas "hak pemilikan tanah" memperluas kesempatan kerja wanita dalam pasar tenaga kerja pada kegiatan usahatani padi. Wanita desa mempunyai peranan cukup besar hampir pada semua kegiatan usahatani mulai dari persiapan sampai dengan pasca panen, maupun dalam pengambilan keputusan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap peranan wanita dalam kegiatan produktif, namun faktor pendapatan paling dominan. Ternyata tidak ada pemisahan yang tegas mengenai peran wanita seperti yang ada dalam "norma" bahwa tugas wanita adalah mengurus rumah tangga; karena kenyataannya wanita juga mempunyai peran yang cukup besar dalam kegiatan produktif yang langsung menghasilkan pendapatan, terlebih-lebih dari lapiran kurang mampu. Oleh karena itu perlu diciptakan "keserasian sosial" di dalam menciptakan teknologi baru atau kebijaksanaan untuk meningkatkan peran wanita sebagai sumberdaya bagi negara yang sedang membangun.
AKSESSIBILITAS MASYARAKAT TERHADAP KELEMBAGAAN PEMBIAYAAN PERTANIAN DI PEDESAAN ENDANG LESTARI HASTUTI; SUPADI -
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 5, No. 2 Juli 2005
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.823 KB)

Abstract

Community’s Accessibility on Agricultural Financing Institutions in Rural Areas.Although the government has made some policies on channeling credit for rural communities,however, agribusiness agent’s accessibility on formal financing institutions was still relatively low,moreover to those in capable of. Research results in villages of West Java and West Nusa Tenggarashowed that community’s perception of the accessibility found it was difficult to be accessed to theformal financing institutions. This was due to a condition that the borrower should providecollateral of land certificate. In fact, most villagers do not have one because of expensive certificateland arrangement was relatively costly. Community’s accessibility on non-formal financinginstitutions was higher due to faster and simpler procedures. Therefore, an accurate and simplemodification of the financing institution is required. In addition, a government policy on landcertification is also badly needed.
KELEMBAGAAN PEMASARAN DAN KEMITRAAN KOMODITI SAYURAN Kasus di Desa-Desa di Jawa Tengah dan Sumatera Utara Endang Lestari Hastuti
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 4, No. 2 Juli 2004
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.547 KB)

Abstract

Institutional of Vegetable Commodity Marketing and Partnership: Cases in Villages ofCentral Java and North Sumatra. Although agribusiness is the biggest contributor of foreignexchange earnings, however, volume of imported vegetables and fruits tent to increase. Thissituation triggered some disadvantageous suppression on farm gate prices. The results of theresearch conducted in villages of Central and North Sumatra showed that national vegetableproducts could not compete with other country’s products. National trading pattern consistedof wholesale trading, medium scale trading and small scale trading. Marketing cost wasrelatively high while community’s accessibility on formal financing institutional was quitelow. Most traders served partnerships with farmers to maintain supply continuity in the meantime farmers could get capital for input production and marketing security. Consumer’s pricewas very fluctuate due to perishable natures and it is concentrated in a region. Consequently,relationship functions among agribusiness agents is required as well as storage facilities in theagribusiness centers.
HAMBATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA (Socio-Cultural Constraints on Gender Mainstreaming in Indonesia) ENDANG LESTARI HASTUTI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 5, No. 2 Juli 2005
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.56 KB)

Abstract

Women condition in Indonesia on various aspects of life relatively low. Therefore, genderunderstanding to improve women roles, both in the household and in the society is required.This paper aims to observe socio-cultural constraints, both internal and external. Researchresults convinced that women participation in planning and in decision making ondevelopment programs in fact lower than men. Even existing culture in certain communitygive less support and opportunity to women. Women roles between locations differ, similarlyexisting norms in the community. There are many socio-cultural factors that constraintgender mainstreaming. Women participation in the traditional institutions relatively high.Therefore, gender mainstreaming from the central to local government is very much needed.
Peranan Wanita Dalam Kegiatan Rumahtangga Pertanian di Pedesaan Endang Lestari Hastuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n1.1988.10-17

Abstract

IndonesianKajian ini menelaah peranan wanita dalam rumahtangga pertanian di pedesaan dengan menggunakan pendekatan nilai waktu yaitu memantau curahan tenaga wanita pada berbagai aspek kegiatan. Cakupan wilayah penelitian ini meliputi berbagai kasus pedesaan Indonesia dengan menggali data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita memegang peranan yang sangat besar dalam kegiatan rumahtangga yang memungkinkan anggota keluarga lain menggunakan peluang waktu untuk bekerja. Di samping itu wanita dari lapisan kuarng mampu berpartisipasi cukup besar dalam kegiatan mencari nafkah seperti berdagang, berusahatani dan berburuh tani. Kegiatan rumahtangga umumnya sangat menyita waktu kaum wanita. Karenya adopsi teknologi rumahtangga dan program pembangunan yang memberi kemudahan pada tugas pokok tersebut, akan meningkatkan peluang partisipasi pada kegiatan yang dianggap lebih produktif bagi pembangunan. Dipandang perlu peningkatan program penyuluhan dengan sasaran kaum wanita di pedesaan yang menyangkut bidang kodrat kewanitaan dan kegiatan yang secara langsung menghasilkan pendapatan.