M. Ihtirozun Ni’am
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Shahadah 'Ilmy; Integrating Fiqh and Astronomy Paradigm in Determining The Arrival of Lunar Months in Indonesia Muh. Arif Royyani; Abdul Mufid; M. Ihtirozun Ni’am; Alfian Qodri Azizi; Achmad Azis Abidin
AL-IHKAM: Jurnal Hukum & Pranata Sosial Vol. 16 No. 2 (2021)
Publisher : Faculty of Sharia IAIN Madura collaboration with The Islamic Law Researcher Association (APHI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/al-lhkam.v16i2.5320

Abstract

Formulating the fixed methodology for determining the beginning of Ramadan month and Islamic Feast in Indonesia is still ongoing. This article attempts to offer an integration between sharia and scientific views through 1) the concept of shahadah (witnessing) in the paradigm of fiqh and astronomy, and 2) the integration of those paradigms in determining the beginning of lunar months, particularly Ramadan and Syawal. This study uses qualitative methods in gaining the data then analyzes it using the approach of Miles & Huberman on interdisciplinary study. The findings of this research are as follows: 1) the concept of shahadah in the paradigm of fiqh is based on religious vows and factual evidence, while the astronomical paradigm perceives it from the certainty of external factors (weather, climate, environment, etc.). 2) Integration of those two paradigms results in better methods. It can turn the shahadah into the quality of qat'i (fixed) while the astronomic perspective gains more legitimacy. The integration is therefore called shahadah-'ilmi which potentially integrates the criteria of crescent visibility (imkan al-rukyah) in Indonesia to minimize the common occurrence on differences in determining those days. (Penetapan awal bulan Ramadhan dan Hari Raya di Indonesia masih terus dirumuskan metodologinya. Artikel ini menawarkan integrasi antara sudut pandang syari’ah dan saintifik melalui kajian atas 1) konsep syahadah dalam paradigma fiqh dan astronomi, 2) integrasi paradigma fiqh dan astronomi dalam menetapkan awal bulan Islam, utamanya Ramadhan dan Syawal. Penelitian ini menggali data dengan metode kualitatif kemudian menganalisisnya dengan pendekatan Miles & Huberman tentang kajian interdisipliner. Temuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Konsep shahadah dalam paradigma fiqh adalah penglihatan yang disertai dengan sumpah dan bukti faktual, sementara dalam paradigma astronomi, shahadah didasarkan pada kepastian ukuran dari faktor–faktor eksternal meliputi cuaca, iklim dan lingkungan. 2) Integrasi dua paradigma tersebut menghasilkan metode yang lebih baik dalam penentuan awal Ramadhan dan Syawal. Shahadah dalam sudut pandang fiqh berubah menjadi qath’i (pasti), sementara hasil persaksian astronomi semakin memperoleh legitimasi. Integrasi kedua paradigma melahirkan konsep shahadah-'ilmi yang dapat digunakan untuk menentukan tampaknya hilal (rukyah hilal) awal Ramadhan dan Syawal di Indonesia sehingga perbedaan yang kerap terjadi dalam menentukan dua awal bulan tersebut dapat diminalisir.)
TSUROYYA'S STAR AS A SIGN OF PANDEMIC’S END (Critical Study of The End of a Pandemic From Hadith And Astronomical Perspective) M. Ihtirozun Ni’am
ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak Vol 4 No 2 (2020)
Publisher : UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/ifk.v4i2.17767

Abstract

Semenjak awal tahun 2020 kita disibukkan menghadapi pandemi covid-19. Banyak pola dan tatanan kehidupan yang berubah. Mulai dari kegiatan ritual peribatan sampai dengan aktifitas sehari-hari. Lamanya pandemi ini membuat banyak kalangan memunculkan prediksi kapan pandemi ini berakhir. Diantara prediksi akhir pandemi yang muncul yakni ketika terbitnya bintang Tsuroyya. Prediksi ini muncul berdasarkan pembacaan terhadap hadist yang menjelaskan tentang 'ahah. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana prediksi akhir pandemi covid-19 ini dilihat dari pemahaman hadist yang komprehenship serta kondisi yang melatar belakangi turunya hadist tersebut. Selain itu, karena yang dijadikan petunjuk adalah bintang Tsuroyya, maka prespektif dari ilmu astronomi juga akan diketengahkan. Penelitian ini memakai metode kolaborasi antara library research dan field research. Literatur hadist tentang bintang tsuroyya sebagai akhir akhir 'ahah dikumpulkan, termasuk bagaimana pendapat muhaddist dan sudut pandang astronomi dalam hal ini. Kemudian prediksi tersebut diuji verifikasi dari pandangan astronominya dengan field research. Dari penelitian ini ditemukan bahwa opini yang berkembang secara liar di public tentang akhir pandemi dilihat dari munculnya bintang tsuroyya dari prespektif hadist kurang tepat. Karena maksud dari kata 'ahah dalam hadist lebih merujuk ke hama yang menyerang tanaman, bukan hewan ataupun manusia, sehingga kurang tepat bila diartikan sebagai pandemi. Dari prespektif astronomi, terbitnya bintang tsuroyya ini terjadi pada tanggal 15 Juni 2020. Ini merupakan siklus tahunan yang pasti terjadi. Terbitnya bintang tsuroyya ini menjadi penanda awal musim panen buah kurma di Arab.Keywords : Bintang Tsuroyya, Akhir Pandemi, Prespektif Hadist, Astronomi