Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERBEDAAN EFEKTIFITAS KOMPRES ICE GEL DENGAN TERAPI DISTRAKSI MENGGENGGAM ES BATU TERHADAP SKALA NYERI ANAK YANG DILAKUKAN PEMASANGAN INFUS DI RSUD UNGARAN Asti Nuraeni; Tunik Saptawati
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 2, No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.579 KB)

Abstract

Terapi kompres ice gel dan terapi distraksi menggenggam es batu merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk meminimalkan rasa nyeri dengan menimbulkan beberapa efek fisiologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas terapi kompres ice gel dengan terapi distraksi menggenggam es batu terhadap skala nyeri anak yang dilakukan pemasangan infus di RSUD Ungaran. Rancagan penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan menggunakan two group design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 44 responden, yang dibagi menjadi 22 responden kelompok terapi kompres ice gel dan 22 responden kelompok terapi distraksi menggenggam es batu dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Uji statistik untuk mengetahui perbedaan rata-rata skala nyeri menggunakan uji beda mean dua kelompok yaitu uji Mann Whitney didapatkan hasil p value 0,000 yang berarti terdapat perbedaan rata-rata skala nyeri terapi kompres ice gel dengan terapi distraksi menggenggam es batu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektifitas terapi kompres ice gel dengan terapi distraksi menggenggam es batu terhadap skala nyeri anak yang dilakukan pemasangan infus di RSUD Ungaran. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar perawat mampu menerapkan terapi tersebut untuk mengurangi skala nyeri anak pada saat dilakukan pemasangan infus.
Potensi Anti Bakteri Hard Candy Ekstrak Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dengan Minyak Sereh Wangi (Oleum Citronellae) Tunik Saptawati; Dwi Nurul Handayani; Fransisca Gloria; Sri Suwarni
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia Vol 6 No 1 (2023)
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52216/jfsi.vol6no1p98-103

Abstract

Tamarind and Sereh wangi (Citronellae winterianus Jowitt) are widely planted in Indonesia. Citronella oil is widely used as an anti-bacterial because of its secondary metabolite content. This study aims to determine the anti-bacterial potential of hard candy with active ingredients of tamarind extract and citronella oil. Tamarind fruit extract was prepared by maceration method using 96% ethanol solvent. Hard candy is made in 3 formulas with tamarind extract and citronella oil 0,1% (F1), citronella oil 0,2% (F2), and citronella oil 0,2% (F3). Antibacterial activity of hard candy examined using the disc diffusion method by measuring the diameter of the inhibition zone for the growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. The result of the diameter of the inhibition zones F1, F2, and F3 for Escherichia coli were 4.25, 4.38, and 5.35 mm, respectively. The the diameter of the inhibition zones F1, F2, and F3 for Staphylococcus aureus were 2.30, 2.67 and 2.90 mm, respectively . It was showed that hard candy with active ingredients of tamarind extract and citronella oil was able to inhibit the growth of bacteria. The difference in the diameter of the inhibition zone between the formulas was analyzed using One Way Anova. The significance value is <0.05, so there is a significant difference in anti-bacterial activity between formulas. The concentration of citronella oil influence on antibacterial activity where the greater the concentration of citronella oil, the antibacterial activity to Staphylococcus aureus and Escherichia coli will increase. Keywords: Citronella oil, Tamarind, Hard Candy, Antibacterial.
Karakteristik Anatomi, Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Herba Drosera capillaris dengan Metode FRAP Dwi Martha Septy; Tunik Saptawati; Firstca Aulia Rachma
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 4 (2021): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Post Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Drosera capillaris merupakan tanaman karnivora/pemakan serangga yang umumnyadapat ditemukan di Meksiko dan di seluruh bagian Tenggara Amerika Serikat. Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol herba Drosera capillaris denganmenggunakan metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP). Metode: Pengamatan terhadapanatomi Drosera capillarisdilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler pada bagianakar,batang/peduncle dan daun. Metode maserasi pada proses ekstraksi, Skrining fitokimia uji warna danKromatografi Lapis Tipis (KLT) untuk mengetahui golongan senyawa dan uji aktivitas antioksidandengan metode FRAP yang absorbansinya diukur pada Spektofotometer UV-Vis. Hasil: Pengamatananatomi pada bagian akar, batang, dan daun terdapat korteks, cork, xylem, floem, sel parenkim steledan pith/intisari, epidermis, hipodermis, sklerenkim dan vascular bundle, stomata spesifik tipecylocytic, trikomata, glandular head, vascular tissue dan stalk yang terdapat vessel spiral thickening.Skrining fitokimia dari ekstrak etanol Drosera capillaris pada uji warna positif fenol, tanin,flavonoidd, dan saponin, uji KLTmengandung senyawa fenol, tanin,  flavonoid, alkaloid,antrakuinon dan saponin. Nilai IC50 dari ekstrak etanol sebesar 15,83µg/mL. Kesimpulan:Padapengamatan anatomi ditemukan tipe stomata cylocytic yang spesifik. Senyawa yang terdapatdalam herba Drosera capillarispositif mengandung senyawa fenol, tanin,  flavonoid, alkaloid,antrakuinon dan saponin dengan Rf yang baik dengan rentang 0,2-0,8..Ekstrak etanol Droseracapillaris memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat (IC50< 50µg/mL). Kata Kunci: Drosera capillaris, Antioksidan, Skrining Fitokimia, FRAP, Spektrofotometer UV-Vis
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit dan Biji Terong Belanda (Solanum betaceum Cav.) Ida Sari Dew; Tunik Saptawati; Firstca Aulia Rachma
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 4 (2021): Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat Post Pandemi Covid-19 Menuju Indonesia Tangguh
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu tanaman yang memiliki khasiat dalam pengobatan adalah terong belanda (Solanumbetaceum Cav.). Kulit terong belanda berguna sebagai antioksidan dan dapat menurunkan kadar guladarah, sedangkan bijinya berguna sebagai pewarna alami. Penelitian bertujuan untuk mengetahuigolongan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol kulit terong belanda, biji tanpa lendirdan biji berlendir. Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Ekstrasi kulit terong belanda, biji tanpa lendir, dan biji berlendir dilakukan dengan metode maserasimenggunakan pelarut etanol 96% sampai diperoleh ekstrak kental. Skrining fitokimia yang dilakukanmeliputi uji warna dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang dideteksi dengan menggunakan sinarUV254nm dan sinar UV366nm, serta penampak bercak yang sesuai dengan golongan kimianya. Hasil skrining fitokimia dan KLT menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol kulit terong belandamengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid. Ekstrak etanolbiji tanpa lendir dan ekstrak etanol biji berlendir mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin,dan triterpenoid. Kata Kunci : Terong belanda, skrining fitokimia, Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
UJI TOKSISITAS AKUT AIR REBUSAN UMBI GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNST) DAN GAMBARAN MIKROSKOPIS ORGAN HEPAR PADA MENCIT GALUR SWISS Aji Tetuko; Ria Etikasari; Tunik Saptawati
IJF (Indonesia Jurnal Farmasi) Vol 1, No 1 (2016): Indonesia Jurnal Farmasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/ijf.v1i1.103

Abstract

Umbi gadung merupakan tanaman yang digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit seperti kusta, sifilis, keputihan, nyeri haid, anti inflamasi, reumatik dan diabetes mellitus.  Selain itu umbi gadung biasa dikonsumsi masyarakat sebagai makanan ringan (keripik). Kasus keracunan umbi gadung juga sering dijumpai dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas akut dengan melihat LD50 dan gejala toksik dari air rebusan umbi gadung  (Dioscorea hispida Dennst) serta gambaran mikroskopis organ hepar pada mencit galur swiss.Pada penelitian ini menggunakan 42 ekor mencit galur swiss, umur 2-3 bulan dan berat antara 20-40 gram. Hewan uji dikelompokan menjadi 7 yaitu kelompok kontrol diberikan aquadestilata. Perlakuan I, II, III, IV, V dan VI dipejani air rebusan umbi gadung dosis 5,46 g/Kg BB; 10,92 g/Kg BB; 21,84 g/Kg BB; 43,68 g/Kg BB; 87,36 g/Kg BB, dan 174,72 g/Kg BB. Pengamatan dilakukan 3 jam secara intensif, dilanjutkan selama 24 jam, jika tidak ada hewan uji yang mati pengamatan diteruskan hingga 14 hari. Hasil penelitian didapatkan potensi ketoksikan air rebusan umbi gadung adalah  praktis tidak toksik dan nilai LD50 menurut FI edisi IV adalah 49,1439 g/KgBB. Gejala efek toksisitas akut pada mencit ditandai dengan penurunan aktifitas dan diam pada dosis 87,36 g/KgBB dan 174,72 g/KgBB. Keadaan gemetar mulai timbul dari dosis 43,68 g/KgBB; 87,36 g/KgBB dan 174,72 g/KgBB. Hasil pengamatan mikroskopis pada hewan uji yang mati menunjukkan dosis air rebusan umbi gadung yang diberikan berbanding lurus dengan degenerasi sel hepar, namun pada hasil pengamatan setelah 14 hari pemberian air rebusan umbi gadung sudah tidak ada kesesuian antara peningkatan dosis dengan degenerasi sel hepar.