Pertama-tama ijinkanlah saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesempatan yang indah ini pada Wisuda Sarjana Terapan Angkatan ke-11 dan Ahli Madya Angkatan ke-31 Politeknik Pertanian Negeri Kupang, saya dapat menyampaikan orasi ilmiah dengan judul:‘Upaya Menekan Tingkat Stres dan Penyusutan Berat Badan Ternak Sapi yang Ditransportasikan keluar NTT’Hadirin yang saya hormati,Setiap tahunnya, sekitar 50.000 hingga 60.000 ekor ternak sapi diantar-pulaukan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Jawa, Kalimantan maupun Sulawesi terutama Jakarta dan Jawa Barat untuk memenuhi tingginya permintaan daging (Peternakan, 2017). Penelitian kami sebelumnya menemukan rata-rata penyusutan berat badan ternak sapi hidup akibat diantar-pulaukan dari NTT ke Jakarta menggunakan kapal barang atau cargo berkisar antara 8,53% hingga 17,30% dari berat badan awal (Leo-Penu et al., 2010). Kehilangan berat badan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehilangan berat badan ternak sapi yang diantar pulaukan dari Mataram ke Jakarta, berkisar 11%-12% (Nyak and Yusdja, 2007). Jika hitung dari 60.000 ekor sapi dengan berat rata-rata 300kg diantar-pulaukan setiap tahunnya, dengan tingkat penyusutan berat badan 8,53% hingga 17,30%, dan harga per kg berat hidup sebesar Rp39.500,- maka kerugian ekonomi yang dialami setiap tahunnya akibat aktivitas transportasi adalah berkisar 60,6 hingga 123 milyar rupiah. Suatu kerugian yang sangat signifikan hanya akibat memindahkan sapi hidup dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan kerugian ini bisa saja lebih tinggi lagi jika dihitung dengan harga sekarang yaitu Rp42.000,- per kg berat hidup. Ironinya, kerugian akibat penyusutan berat badan ini dibebankan kepada petani peternak oleh pedagang dengan menekan harga jual sapi ditingkat peternak di NTT.