Cardial Leverson Octovianus Leo Penu
Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

UPAYA MENEKAN TINGKAT STRES DAN PENYUSUTAN BERAT BADAN TERNAK SAPI BALI ASAL TIMOR YANG DITRANSPORTASIKAN KELUAR NTT Cardial Leverson Octovianus Leo Penu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan
Publisher : Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.784 KB) | DOI: 10.35726/jpmp.v3i2.280

Abstract

Pertama-tama ijinkanlah saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesempatan yang indah ini pada Wisuda Sarjana Terapan Angkatan ke-11 dan Ahli Madya Angkatan ke-31 Politeknik Pertanian Negeri Kupang, saya dapat menyampaikan orasi ilmiah dengan judul:‘Upaya Menekan Tingkat Stres dan Penyusutan Berat Badan Ternak Sapi yang Ditransportasikan keluar NTT’Hadirin yang saya hormati,Setiap tahunnya, sekitar 50.000 hingga 60.000 ekor ternak sapi diantar-pulaukan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Jawa, Kalimantan maupun Sulawesi terutama Jakarta dan Jawa Barat untuk memenuhi tingginya permintaan daging (Peternakan, 2017). Penelitian kami sebelumnya menemukan rata-rata penyusutan berat badan ternak sapi hidup akibat diantar-pulaukan dari NTT ke Jakarta menggunakan kapal barang atau cargo berkisar antara 8,53% hingga 17,30% dari berat badan awal (Leo-Penu et al., 2010). Kehilangan berat badan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kehilangan berat badan ternak sapi yang diantar pulaukan dari Mataram ke Jakarta, berkisar 11%-12% (Nyak and Yusdja, 2007).  Jika hitung dari 60.000 ekor sapi dengan berat rata-rata 300kg diantar-pulaukan setiap tahunnya, dengan tingkat penyusutan berat badan 8,53% hingga 17,30%, dan harga per kg berat hidup sebesar Rp39.500,- maka kerugian ekonomi yang dialami setiap tahunnya akibat aktivitas transportasi adalah berkisar 60,6 hingga 123 milyar rupiah. Suatu kerugian yang sangat signifikan hanya akibat memindahkan sapi hidup dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan kerugian ini bisa saja lebih tinggi lagi jika dihitung dengan harga sekarang yaitu Rp42.000,- per kg berat hidup. Ironinya, kerugian akibat penyusutan berat badan ini dibebankan kepada petani peternak oleh pedagang dengan menekan harga jual sapi ditingkat peternak di NTT.
MODEL KAWASAN PETERNAKAN (RANCH) SAPI TERPADU DI KABUPATEN SABU RAIJUA I Gusti Ngurah Jelantik; Twen Dami Dato; Yoakhim Manggol; Cardial Leverson Octovianus Leo Penu
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan
Publisher : Jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.526 KB) | DOI: 10.35726/jpmp.v3i2.279

Abstract

Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten yang tergolong daerah lahan kering beriklim kering yang memeiliki potensi sebagai sentra produksi sapi karena memiliki padang gembala yang memadai. Lahan kering tersebut sulit dioptimalkan untuk produksi tanaman pertanian seperti tanaman pangan namun sangat dimungkinkan untuk dikembangkan sebagai lahan tanaman pakan yang mampu mendukung populasi ternak sapi dalam jumlah besar. Sebagai contoh ekstrim, jika luasan lahan tersebut dikonversi menjadi lahan hijauan lamtoro dengan kapasitas tampung mencapai 10 ekor sapi dewasa setiap hektarnya maka jumlah sapi yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sabu Raijua dapat mencapai 100-300 ribu ekor. Hal ini juga menggambarkan betapa terbukanya peluang pengembangan ternak sapi di kabupaten ini. Program pendirian dan pengembangan kawasan peternakan sapi (ranch) terpadu (KPST) merupakan sebuah program terobosan Pemda Kabupaten Sabu Raijua dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak dan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani-peternak. Program yang merupakan kerjasama antara Pemda Kabupaten Sabu Raijua dengan Universitas Nusa Cendana ini diharapkan akan menjadi pusat percontohan pengelolaan ternak sapi berbasis padang penggembalaan (ranch) yang terintegrasi dengan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan (integrated farming system) untuk mengoptimalkan potensi lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua.Keberadaan pusat percontohan peternakan sapi (ranch) terpadu nantinya juga diharapkan mampu menyediakan jalan pintaspemecahan berbagai permasalahan pengembangan pertanian lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua dan berperan sebesar-besarnya bagi kejahteraan masyarakat dengan menyediakan model (contoh) pengembangan pertanian lahan kering terpadu.             Pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi (Ranch) terpadu di Desa Raekore telah resmi mulai dilaksanakan sejak diterbitkannya surat perjanjian kerjasama No. 524/03/SPKS/DPPPK-SR/III/2014 tanggal 22 Maret 2014. Atas dasar surat perjanjian kerjasama tersebut, Fakultas Peternakan-Universitas Nusa Cendana dalam hal ini Tim Pengelola Kegiatan telah melaksanakan berbagai kegiatan lapangan dalam rangka mewujud-nyatakan percontohan tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi terpadu (ranch) di Desa Raekore, beberapa luaran telah dapat dicapai tidak terlepas dari berbagai kendala yang ditemui.Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten yang tergolong daerah lahan kering beriklim kering yang memeiliki potensi sebagai sentra produksi sapi karena memiliki padang gembala yang memadai. Lahan kering tersebut sulit dioptimalkan untuk produksi tanaman pertanian seperti tanaman pangan namun sangat dimungkinkan untuk dikembangkan sebagai lahan tanaman pakan yang mampu mendukung populasi ternak sapi dalam jumlah besar. Sebagai contoh ekstrim, jika luasan lahan tersebut dikonversi menjadi lahan hijauan lamtoro dengan kapasitas tampung mencapai 10 ekor sapi dewasa setiap hektarnya maka jumlah sapi yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sabu Raijua dapat mencapai 100-300 ribu ekor. Hal ini juga menggambarkan betapa terbukanya peluang pengembangan ternak sapi di kabupaten ini. Program pendirian dan pengembangan kawasan peternakan sapi (ranch) terpadu (KPST) merupakan sebuah program terobosan Pemda Kabupaten Sabu Raijua dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak dan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani-peternak. Program yang merupakan kerjasama antara Pemda Kabupaten Sabu Raijua dengan Universitas Nusa Cendana ini diharapkan akan menjadi pusat percontohan pengelolaan ternak sapi berbasis padang penggembalaan (ranch) yang terintegrasi dengan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan (integrated farming system) untuk mengoptimalkan potensi lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua.Keberadaan pusat percontohan peternakan sapi (ranch) terpadu nantinya juga diharapkan mampu menyediakan jalan pintaspemecahan berbagai permasalahan pengembangan pertanian lahan kering di Kabupaten Sabu Raijua dan berperan sebesar-besarnya bagi kejahteraan masyarakat dengan menyediakan model (contoh) pengembangan pertanian lahan kering terpadu.             Pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi (Ranch) terpadu di Desa Raekore telah resmi mulai dilaksanakan sejak diterbitkannya surat perjanjian kerjasama No. 524/03/SPKS/DPPPK-SR/III/2014 tanggal 22 Maret 2014. Atas dasar surat perjanjian kerjasama tersebut, Fakultas Peternakan-Universitas Nusa Cendana dalam hal ini Tim Pengelola Kegiatan telah melaksanakan berbagai kegiatan lapangan dalam rangka mewujud-nyatakan percontohan tersebut. Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan peternakan sapi terpadu (ranch) di Desa Raekore, beberapa luaran telah dapat dicapai tidak terlepas dari berbagai kendala yang ditemui.