p-Index From 2019 - 2024
1.835
P-Index
This Author published in this journals
All Journal REKA RACANA
Priyanto Saelan
Unknown Affiliation

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Studi Mengenai Pengaruh Faktor Air-Semen dan Nilai Slump Beton Segar terhadap Permeabilitas Beton Chandra Budhi Rizky; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 4: Desember 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i4.33

Abstract

Abstrak Permeabilitas beton memiliki peran penting dalam mempertahankan umur suatu struktur bangunan, serta dipengaruhi oleh faktor air-semen, dan porositas beton. Dari suatu nilai faktor air-semen yang sama maka dapat dibuat campuran beton dengan nilai slump yang berbeda. Nilai slump yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda hal ini diduga akan mengakibat nilai koefiesien permeabilitas yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan membuat campuran beton menggunakan cara Dreux Gorrise - ITENAS, untuk faktor granular [G] 0,55; faktor air-semen 0,4; 0,5; dan 0,6; serta slump rencana 30-60 mm dan 60-180 mm. Hasil penelitian ini menunjukan grafik hubungan antara faktor air-semen dan nilai slump dengan nilai koefisien permeabilitas. Hasil dari grafik menunjukan faktor air-semen 0,5 dengan nilai slump 30-60 mm nilai koefisien permeabilitasnya adalah 5,790 x 10-9 m/dtk. Sedangkan untuk faktor air-semen 0,5 dengan nilai slump 60-180 mm nilai koefisien permeabilitasnya adalah 7,674 x 10-9 m/dtk. Kata kunci: permeabilitas beton, porositas beton, nilai slump, faktor air-semen Abstract Permeability of concrete has an important role in maintaining the life of a building structure, also influenced by a water-cement ratio and porosity of the concrete. From a value of the same water-cement ratio, concrete mixtures can be made with different slump values. Different slump values require different amounts of water, this is thought to result in higher permeability coefficient values. This research was carried out by making a concrete mixture using the Dreux Gorrise - ITENAS method, for granular factors [G] 0.55, water-cement ratio 0.4, 0.5, and 0.6, and slump plans 30-60 mm and 60-180 mm. The results of this study show a graph of the relationship between the water-cement ratio and slump value with the permeability coefficient value. The results of the graph show a water-cement factor of 0.5 with a slump value of 30-60 mm the value of the permeability coefficient is 5.790 x 10-9 m/sec. While for the water-cement factor 0.5 with a slump value of 60-180 mm the value of the permeability coefficient is 7.674 x 10-9 m/sec. Keywords: permeability of concrete, porosity of concrete, slump value , water-cement ratio
Tinjauan Ulang Mengenai Kadar Maksimum Lumpur Pasir dalam Campuran Beton Cara SNI Zulfikar Cozy; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 3: September 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i3.64

Abstract

ABSTRAKLumpur pada pasir akan menghalangi lekatan antara pasta semen dengan permukaan pasir, yang berakibat kekuatan mortar berkurang, dan akhirnya kuat tekan beton juga akan ikut berkurang. Kandungan lumpur dalam pasir dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 5% menurut SNI. Namun demikian perlu diteliti lebih lanjut seberapa besar sebenarnya kandungan lumpur dalam pasir yang menyebabkan kuat tekan beton mengalami penurunan secara signifikan. Dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kadar lumpur dalam pasir terhadap kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan variasi kadar lumpur yang terdapat pada pasir yaitu 0%; 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; 15%; dan 17,5%. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 10 cm tinggi 20 cm, slump rencana yang digunakan yaitu 30 mm-60 mm dan 60 mm-180 mm dengan kuat tekan beton rencana 30 MPa. Hasil penelitian menunjukan penurunan kuat tekan beton terjadi pada kadar lumpur lebih dari 5%. Penurunan kuat tekan beton terjadi pada kadar lumpur 5% sampai dengan kadar lumpur 15%, mencapai maksimal 16%.Kata kunci: lumpur, kuat tekan beton, pasir ABSTRACTThe sludge content in the sand will block the attachment between cement paste and the surface of the sand, resulting in reduced mortar strength, and finally the compressive strength of the concrete will also decrease. The sludge content in sand is limited to not more than 5% according to SNI. However, it needs to be investigated further on how much the actual sludge content in the sand that causes concrete compressive strength has decreased significantly. In this study to determine the effect of the level of sludge in the sand on the compressive strength of concrete at 28 days with variations in the levels of sludge found in sand, namely 0%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5%, 15% and 17.5%. The specimens used were cylindrical with a diameter of 10 cm in height 20 cm, the planned slump used was 30 mm-60 mm and 60 mm-180 mm with a concrete compressive strength of 30 MPa planned. The results showed a decrease in concrete compressive strength in sludge content of more than 5%. Decreasing concrete compressive strength occurs at 5% sludge content up to 15% sludge content, reaching a maximum of 16%.Keywords: sludge, compressive strength, sand
Studi Perilaku Fisika Modulus Kehalusan Agregat dalam Campuran Beton Rezaldy Wahyu; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 7, No 1: Maret 2021
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v7i1.67

Abstract

ABSTRAKModulus kehalusan agregat berperan dalam membentuk workability campuran beton segar. Pada perancangan campuran beton cara SNI 03-2834-2000, parameter modulus kehalusan agregat gabungan tidak diikutsertakan dalam penentuan kebutuhan jumlah air yang diperlukan untuk mencapai nilai slump rencana tetapi menentukan workability beton segar. Mengingat SNI 03-2834-2000 tidak menyertakan parameter ini, maka dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui fenomena fisika modulus kehalusan agregat dalam campuran beton. Berdasarkan analisis formulasi modulus kehalusan, hasilnya menunjukkan bahwa fenomena fisika yang terjadi pada modulus kehalusan adalah fenomena rangkaian seri pegas yang berperan dalam membentuk kekakuan campuran beton segar. Penelitian berdasarkan data sekunder ini membuktikan bahwa sesungguhnya parameter modulus kehalusan agregat gabungan telah disertakan dalam menentukan kebutuhan jumlah air, namun dipersyaratkan di dalam persyaratan batas gradasi agregat gabungan dalam bentuk rentang nilai modulus kehalusan yang dengan sendirinya menghasilkan nilai slump dalam bentuk rentang tanpa menyebutkan parameter modulus kehalusan agregat gabungan.Kata kunci: modulus kehalusan, campuran beton, slump ABSTRACTThe aggregate fineness modulus plays a key role in the function of freshly mixed concrete workability. In the concrete mix design based on SNI 03-2834-2000, the combined aggregate fineness modulus parameter is not included in determining the amount of water required to achieve the planned slump value but determining the workability of fresh concrete. In view of this parameter is not included in the SNI 03-2834-2000, so further research was carried out to evaluate the physical phenomena found in the aggregate fineness modulus in the concrete mixtureThe results of the analysis of the fineness modulus formulation indicated that the physical phenomenon found in the fineness modulus was the phenomenon of a series of springs that played a role in forming the stiffness of the fresh concrete mix. This research was successfully conducted based on secondary data, and the results showed that the aggregate fineness modulus parameter had actually been included in determining the amount of water required, but was included in the aggregate gradation limit requirements in the form of a fine modulus value range, which in turn automatically generated the slump value in  range form without specifying the parameter.Keywords: fineness modulus, concrete mix design, slump
Studi Mengenai Perlakuan Agregat Berukuran 2,38 mm ­ 4,75 mm sebagai Agregat Kasar dalam Campuran Beton Ahmad Ramdani; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 4, No 4: Desember 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v4i4.22

Abstract

ABSTRAKBatu pecah berukuran 2,38 mm – 4,75 mm tidak digunakan dalam campuran beton. Jika campuran beton dirancang menggunakan batu pecah ini sebagai agregat kasar, maka campuran beton yang dihasilkan diduga tidak akan mengalami segregasi untuk semua kelecakan, lebih homogen, dan jika diberi bahan tambahan superplasticizer diduga dapat dengan mudah berperilaku sebagai campuran beton memadat mandiri. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan dugaan tersebut. Penelitian dilakukan dengan kuat tekan rencana 30 MPa, slump 40 mm dan 100 mm, tanpa dan dengan bahan tambahan superplasticizer dengan dosis 1% dan 1,5%. Perancangan campuran beton dengan cara Dreux menggunakan faktor granular 0,40; 0,45; 0,50; dan 0,55. Pengujian kuat tekan pada benda uji silinder diameter 10 cm dan tinggi 20 cm membuktikan bahwa dugaan tersebut adalah benar, dan perancangan campuran beton dengan memperlakukan batu pecah berukuran 2,38 mm – 4,75 mm sebagai agregat kasar dapat dilakukan untuk faktor granular 0,40 – 0,50.Kata kunci: batu pecah berukuran 2,38 mm – 4,75 mm,agregat kasar,superplasticizer ABSTRACT2.38 mm – 4.75 mm crushed aggregate size is not used in concrete mix. If this crushed aggregate is used as coarse aggregate, the resulting concrete mix is assumed will not segregate in all workability, more homogeneous, and it will behave easily as self-compacting concrete by adding superplasticizer. This research was conducted to prove these assumption. Concrete mix with compressive strength of 30 MPa, 40 mm and 100 mm slump is made using Dreux method with granular factor 0.40; 0.45; 0.50; and 0.55. The doses of superplasticizer is 1% and 1.5% by cement weight. Compressive strength tests of 10 cm diameter and 20 cm height cylinder diameter showed these assumption is true, and concrete mix can be designed using granular factor 0.40 – 0.50.Keywords: 2,38 mm – 4,75 mm crushed aggregate size, coarse aggregate, superplasticizer
Studi Analisis Batasan Persentase Prategang Parsial pada Struktur Balok Prategang Devy Yolanda; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 4, No 3: September 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v4i3.48

Abstract

ABSTRAKPengurangan gaya prategang yang diperlukan pada suatu penampang beton prategang penuh (full prestressed) menyebabkan diperlukannya baja tulangan, dan beton prategang berperilaku menjadi beton prategang parsial. Pengurangan gaya prategang akan menimbulkan tegangan tarik yang bilamana tegangan tarik yang terjadi melampaui kuat tarik lentur beton maka akan terjadi retak. SNI 03-2847-2002 membolehkan penggunaan beton prategang parsial namun belum mensyaratkan batasan persentase prategang yang harus digunakan. Oleh karena itu dilakukan studi analisis untuk mengetahui persentase prategang minimal yang dapat digunakan. Studi kasus dilakukan pada persentase prategang 50, 60, 70, 80, dan 90. Dari hasil studi kasus didapatkan bahwa persentase prategang yang semakin kecil akan berakibat tegangan tarik dan lebar retak yang terjadi semakin besar. Persentase prategang harus dipilih sedemikian rupa sehingga lebar retak yang terjadi tidak melampaui lebar retak yang diizinkan. Pada kelima variabel penelitian, batasan minimal persentase prategang yang lebar retaknya tidak melebihi lebar retak yang diizinkan adalah 60%.Kata kunci:  beton prategang parsial, persentase prategang, tegangan tarik, lebar retak ABSTRACTReducing the required prestressing force on a full prestressed concrete section requires the need for reinforcing steel, and prestressing concrete behaves to partial prestressed concrete. Reduction of the prestressing force will cause tensile stress when the tensile stress that goes beyond the tensile strength of the concrete will result in cracking. SNI 03-2847-2002 allows the use of partial prestressed concrete but does not require the limitation of the prestress percentage to be used. Therefore, an analytical study was conducted to determine the minimum prestressed percentage that can be used. The case study was carried out at 50, 60, 70, 80, and 90 prestressed percentages. From the case study it was found that the smaller the prestress percentage would result in greater tensile stress and crack width. The percentage of prestress shall be chosen so that the crack width does not exceed the allowable crack width. In the five research variables, the minimum limit of prestressing percentage whose crack width does not exceed the allowable crack width is 60%.Keywords: partial prestressed concrete, prestress percentage, tensile stress, crack width
Tinjauan Kembali Mengenai Batasan Gradasi Agregat Kasar dalam Campuran Beton Prilly Putri Prasanti; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 3: September 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i3.118

Abstract

ABSTRAKPersyaratan gradasi agregat kasar pada SNI dinyatakan dalam modulus kehalusan. Modulus kehalusan yang disyaratkan untuk agregat kasar adalah 6,0–7,1. Batasan gradasi agregat kasar yang ditetapkan dalam SNI seringkali tidak dipenuhi dalam pelaksanaan pekerjaan beton, terutama jika menggunakan agregat kasar berukuran 40 mm, yang mengakibatkan modulus kehalusan agregat kasar lebih besar dari 7,1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai batasan gradasi agregat kasar untuk mengetahui pengaruh yang diakibatkan bila agregat kasar melampaui batasan rentang modulus kehalusan yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan dengan membuat campuran beton menggunakan cara Dreux untuk kuat tekan rencana 30 MPa, nilai slump rencana 30–60 mm dan 60–180 mm, serta modulus kehalusan agregat kasar 6,0; 6,5; 7,0; 7,5; dan 8,0. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa campuran beton dengan modulus kehalusan agregat kasar di atas 7,0 tidak berpengaruh terhadap kuat tekan beton, maka batasan gradasi agregat kasar dapat dikembangkan dari 7,1 hingga 8,0.Kata kunci: batasan gradasi, modulus kehalusan, agregat kasar, kuat tekan beton ABSTRACT The requirements of coarse aggregate gradation in SNI stated with the fineness modulus. The fineness modulus required for coarse aggregates is 6.0–7.1. The limitations set in SNI are often not met in the implementation of concrete work, especially if using 40 mm aggregates, resulting in fineness modulus greater than 7.1. Further research on the coarse aggregate gradation limits is needed to determine the effects when it exceeded. The research is done by making concrete mixtures using Dreux's method with concrete compressive strength design  30 MPa, slump design 30–60 mm and 60–180 mm, as well as the coarse aggregate fineness modulus 6.0, 6.5, 7.0, 7.5, and 8.0. The results reveal that concrete mixtures with coarse aggregate fineness modulus above 7.0 do not affect concrete compressive strength, so the coarse aggregate gradation limitation can be extended from 7.1 to 8.0.Keywords: gradation limits, fineness modulus, coarse aggregate, concrete compressive strength
Tinjauan Kembali Mengenai Pengaruh Modulus Kehalusan Pasir terhadap Kuat Tekan Beton Brayn Gilang Dimalouw; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 3: September 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i3.115

Abstract

ABSTRAKPerancangan campuran beton memformulasikan bahwa kekuatan beton hanya ditentukan oleh faktor air-semen sedangkan modulus kehalusan pasir hanya mempengaruhi kelecakan beton segar. Modulus kehalusan pasir yang direkomendasikan SNI yaitu 1,50–3,50 dan pada ACI yaitu 2,40–3,00. Mengingat rentang modulus kehalusan pasir cukup jauh pada cara SNI/BS, dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui pengaruh perubahan modulus kehalusan pasir terhadap kuat tekan beton. Penelitian dilakukan dengan membuat campuran beton menggunakan cara Dreux, untuk kuat tekan rencana 30 MPa, slump rencana 80 mm, faktor granular ( ) 0,40, 0,45, dan 0,50, serta modulus kehalusan pasir 1,50, 2,00, 2,50, 3,00, dan 3,50. Hasil penelitian memperlihatkan sebaran kuat tekan aktual berfluktuaktif mendekati kuat tekan prediksi. Hal ini menunjukkan modulus kehalusan pasir tidak berpengaruh secara signifikan  terhadap kuat tekan beton. Hasil penelitian ini memperkuat perancangan campuran beton cara SNI/BS, ACI, dan lainnya seperti cara Dreux, yang beranggapan bahwa kuat tekan beton hanya dipengaruhi oleh faktor air-semen saja.Kata kunci: SNI/BS dan ACI, kuat tekan beton, faktor air-semen, modulus kehalusan pasir ( ).ABSTRACTThe concrete mix design states that the strength is only determined by the water-cement ratio, whereas the sand fineness modulus just affects the workability of fresh concrete. The sand fineness modulus in SNI is recommended about 1.50–3.50 and the ACI is about 2.40–3.00. Considering the ranges of sand fineness modulus is far enough in the SNI/BS, it is necessary to carry out further research to determine the effect of changes of sand fineness modulus on the concrete compressive strength. The Research is performed by making the composition of concrete mix using Dreux method, for the compressive strength design of 30 MPa, slump 80 mm, granular factor ( ) 0.40, 0.45, and 0.50, and the sand fineness modulus 1.50, 2.00, 2.50, 3.00, and 3.50. The results show that the distributions of actual compressive strengths scattered around the prediction of compressive strength. The results indicate that the sand fineness modulus does not affect significantly the compressive strength of concrete, even it does not affect the workability of fresh concrete. Thus this research reinforce concrete mix design theory of the SNI/BS and ACI method, which state that the compressive strength of concrete is only affected by the water-cement ratio.Keywords: SNI/BS and ACI, concrete compressive strength, water-cement factor, sand fineness modulus ( ).
Studi Mengenai Pengaruh Gradasi Agregat Kasar terhadap Kebutuhan Air untuk Mencapai Suatu Kelecakan Campuran Beton pada Cara SNI Bayu Nugraha; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 2: Juni 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i2.73

Abstract

ABSTRAKKebutuhan air untuk mencapai suatu rentang kelecakan campuran beton yang direncanakan pada cara SNI hanya bergantung pada ukuran maksimun agregat kasar dan jenis agregat yang digunakan. Pada cara SNI ini banyaknya ragam gradasi agregat kasar yang digunakan selama ukuran maksimumnya tidak berubah, maka jumlah air yang dibutuhkan tetap sama. Kejelasan tentang jenis gradasi agregat kasar yang terdapat pada perkiraan jumlah air dalam campuran beton sangat perlu untuk memperhitungkan kebutuhan air campuran beton menjadi lebih tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh gradasi agregat kasar terhadap kebutuhan air campuran beton pada cara SNI. Kebutuhan air campuran beton berbanding lurus dengan persentase jumlah air tiap ukuran agregat kasar yang digunakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah air yang dibutuhkan sesuai dengan perhitungan jumlah air yang dihitung. Jumlah air yang dibutuhkan dapat dirumuskan sebagai jumlah dari persen ukuran agregat kasar dikali jumlah air dari tiap ukuran agregat kasar tersebut.Kata kunci: cara SNI, gradasi agregat kasar, kebutuhan air. ABSTRACTAmount of waters that need to reach a slump range of mix concrete that planned on SNI only depending on maximum amount of coarse aggregate and the kind of aggregate. Depending of SNI, variety of graded coarse aggregate as long as the maximum amount does not change or stable does not change the amount of water needed. Clarity of  the kind of coarse aggregate graded on water amount estimate to calculate a water on mix concrete to be accurate. The study was done to overcome the effect coarse aggregate graded to amount of water needed on SNI. The water needed mix concrete directly proportional with percentage of water every size of coarse aggregate used. The result shown that amount of water needed equivalent with calculation of water that calculated. Amount of water needed can be formulated as a total of percentage size of coarse aggregate multiplied by amount of water of every size of coarse aggregate.Keywords: SNI method, coarse aggregate graded, water needed.
Aplikasi Modified Method SNI 03-2834-2000 pada Campuran Self Compacting Concrete Riyan Nehemia Situmorang; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 7, No 2: Juli 2021
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v7i2.130

Abstract

ABSTRAKSelf Compacting Concrete ( SCC ) adalah beton yang dapat memadatkan dirinya sendiri tanpa pemadatan eksternal. Kadar pasir pada komposisi campuran SCC harus lebih dari 50% dari agregat gabungan. Perhitungan komposisi campuran SCC belum dilakukan seperti pada perhitungan beton biasa, perhitungan komposisi lebih banyak dilakukan dengan cara trial dan error. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan Modified Method SNI 03-2834-2000 pada perancangan campuran SCC, dengan cara mengevaluasi metode lain perancangan campuran SCC, sehingga diketahui apakah cara Modified Method SNI 03-2834-2000 dapat digunakan pada perancangan campuran SCC. Analisis data sekunder dari komposisi bahan serta kaji banding kuat tekan prediksi mengunakan Modified Method SNI 03-2834-2000, dan hasil uji kriteria SCC membuktikan bahwa Modified Method SNI 03-2834-2000 dapat digunakan menjadi salah satu acuan untuk merancang SCC.Kata kunci: self compacting concrete (SCC), modified method SNI 03-2834-2000, komposisi campuran betonABSTRACTSelf Compacting Concrete (SCC) is a type of concrete that can be placed and consolidated under its own weight without any external compaction. The sand content in the SCC mix composition should be more than 50% of the combined aggregate. The calculation of the SCC mix composition is different from ordinary concrete, because its composition calculation is mostly done by trial and error. This research aimed to apply the Modified SNI Method 03-2834-2000 in the SCC mix design. This research was conducted by evaluating the SCC mix design that used other methods. Thus, the effectiveness of the Modified SNI Method 03-2834-2000 for use in the SCC mix design could be identified significantly. In this research, analysis of secondary data from material composition and comparative assessment of predictive compressive strength by utilizing Modified SNI Method 03-2834-2000 had been successfully carried out, and the results of the SCC criteria test indicated that Modified SNI Method 03-2834-2000 is able to be used as  one of the references for designing SCC.Keywords: self compacting concrete (SCC), modified method SNI 03-2834-2000, concrete mixed design
Kajian Batasan Nilai Faktor Air Semen pada Campuran Beton di Lingkungan Korosif Nizar Farhan Rulian; Priyanto Saelan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 6, No 2: Juli 2020
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v6i2.123

Abstract

ABSTRAKBeton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah sangat umum digunakan. Saat ini berbagai bangunan sudah menggunakan material dari beton. Pentingnya peranan konstruksi beton menuntut suatu kualitas beton yang memadai, beton tidak hanya digunakan di darat melainkan dapat digunakan juga di dalam air laut. Beton yang berada pada lingkungan korosif atau beton yang terendam air laut nilai faktor air-semennya dibatasi oleh SNI. Nilai maksimum faktor air-semen pada lingkungan air laut yaitu sebesar 0,45. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah nilai faktor air-semen masih dapat diperbesar lagi melebihi batas maksimal menurut SNI sesuai dengan kekuatan dan ketahanan yang dapat digunakan pada beton yang terendam air laut. Metodologi ini adalah dengan mengumpulkan data sekunder tentang pengaruh faktor air-semen pada beton yang dirawat menggunakan air laut. Penelitian ini memprediksikan permeabilitas yang berada pada air laut dengan variasi faktor air-semen yaitu sebesar 0,40; 0,50; dan 0,60. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor air-semen dapat diperbesar sampai dengan 0,50 apabila umur rencana bangunan 50 tahun.Kata kunci: beton, permeabilitas, faktor air semen ABSTRACT