Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

STRATEGI DESAIN BERKELANJUTAN PADA BANGUNAN HOTEL BERBASIS KONSEP GREEN HOTEL Pebriyanti, Ni Luh Putu Eka
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 6 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1611.202 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i6.1359

Abstract

Abstract: Application of the concept of sustainable development requires integration between the micro scale (building), meso scale (building group) and macro scale (city). Since 2008, ASEAN has rewarded hotels in the world that meet environmentally sound hotel standards. The Ministry of Tourism and Creative Economy has appreciated and organized the award of the National Green Hotel Award since 2011. This research focuses on identifying and analyzing sustainable design strategies at three hotels in Jakarta and Bali covering efficiency, conservation and management of various elements: land, energy , water, materials, air and indoor health, and environmental management. The analysis used normative architectural criticism approach on the standard study in designing hotel buildings that applied the concept of "green hotel" to the hotel building cases that are considered to meet the criteria. As a result, the hotel's green architecture strategy uses a "green" principle that covers aspects of the cultural, social and economic life cycle; structural design efficiency; energy efficiency; water efficiency; efficiency of building materials; improvement of inner space quality; operational and maintenance optimization; and waste reduction.Keywords: design strategy, sustainable architecture, green hotelAbstrak: Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan memerlukan integrasi antara skala mikro (bangunan), skala meso (kelompok bangunan) dan skala makro (kota). Sejak tahun 2008, ASEAN telah memberikan penghargaan kepada hotel-hotel di dunia yang memenuhi standar hotel berwawasan lingkungan. Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengapresiasi dan menyelenggarakan pemberian penghargaan National Green Hotel Award sejak tahun 2011. Penelitian ini difokuskan pada pengidentifikasian dan analisis strategi-strategi desain berkelanjutan pada tiga hotel di Jakarta dan Bali meliputi upaya efisiensi, konservasi dan pengelolaan berbagai elemen: lahan, energi, air, material, udara dan kesehatan dalam ruang, serta manajemen lingkungan sekitar. Analisis menggunakan pendekatan kritik arsitektur normatif mengenai kajian baku dalam mendesain bangunan hotel yang menerapkan konsep “hotel hijau” terhadap kasus-kasus bangunan hotel yang dianggap memenuhi kriteria. Hasilnya, strategi arsitektur hijau pada hotel menggunakan prinsip “hijau” yang mencakup aspek-aspek daur hidup budaya, sosial dan ekonomi; efisiensi desain struktur; efisiensi energi; efisiensi air; efisiensi material bangunan; peningkatan kualitas ruang dalam; optimalisasi operasional dan pemeliharaan; dan pengurangan limbah.Kata kunci: strategi desain, arsitektur berkelanjutan, hotel hijau
Sanggah Kemulan Nganten dan Pelangkiran: obyek penentu keberlangsungan rumah tinggal tradisional Desa Pedawa, Bali Tri Anggraini Prajnawrdhi; Ni Luh Putu Pebriyanti
RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies) Vol 14, No 2 (2016)
Publisher : RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.992 KB) | DOI: 10.21776/ub.ruas.2016.014.02.6

Abstract

Balinese traditional architecture’s form and character are associated to its culture, custom and religious system of the Balinese. Traditional Balinese house as part of the Nusantara Architecture are inherited from our ancestors and have become the evident of our history. Tri Hita Kharana is the concept which reflect a close relationship between the Balinese with the nature and the God, which become the foundation of traditional setllement in Bali Aga vilages, thus it also become the main concept in preserving Balinese traditional architecture. The unique character of traditional house in desa Pedawa formed by people’s belief of their ancestor; their tradition as palm sugar maker; their nature and surrounding areas; and their way of life. This research aimed to discover the important factor from this traditional house which preserve this house to this moment. Case study method includes field observation, interview and historical study with the use of descriptive analysis has presented that Sanggah Kemulan Nganten and Pelangkiran are the two most important factors in preserving the traditional house in Desa Pedawa.Keywords: traditional house, Pelangkiran, Sanggah Kemulan Nganten
Peta Aksesibilitas (Denpasar Accessible Map) Bagi Penyandang Disabilitas di Ruang Publik Kota: Menuju Kota Denpasar Ramah Disabilitas Ni Luh Putu Eka Pebriyanti
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 8 No. 2 (2020): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.8.2.2918.95-105

Abstract

Tidak dapat dipungkiri lagi, aksesibilitas bagi pengguna prioritas, seperti anak-anak, lansia, difabel, dan ibu hamil, merupakan masalah yang sering dijumpai pada ruang-ruang publik di hampir sebagian kota besar di Indonesia. Desain ruang publik kota, seperti pada taman kota, mall dan pertokoan, jalur pedestrian, pasar, terminal, kampus atau sekolah, belum memberikan kemudahan bagi pengguna prioritas untuk mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan, termasuk aksesibilitas ke ruang publik kota. Adanya program Kota Denpasar menuju kota ramah anak, ramah lansia, ruang terbuka hijau serta menuju smart city mendorong semua kalangan memperhatikan fasilitas pada ruang publik kota. Tidak hanya menjadi perhatian Pemerintah Kota Denpasar, tetapi juga kalangan akademisi diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada konsep-konsep ruang publik yang aksesibel terhadap semua pengguna. Penelitian ini dengan judul: Peta Aksesibilitas (Denpasar Accessible Map) Bagi Penyandang Disabilitas di Ruang Publik Kota: Menuju Kota Denpasar Ramah Disabilitas bertujuan untuk membantu para penyandang disabilitas mengakses fasilitas publik serta mendapatkan layanan yang sama dengan masyarakat lainnya. Strategi dilakukan dengan pemanfaatan teknologi Informasi dari konsep Smart City Pemerintah Kota Denpasar untuk mensosialisasikan program pemberdayaan penyandang disabilitas dan mewujudkan Kota Denpasar Ramah Disabilitas (Kota Inklusif).
Pendampingan Kegiatan Prarancangan Sentra Produksi Anyaman Bambu sebagai Pendorong Ekonomi Perdesaan Desa Kayubihi, Bangli Ni Ketut Agusintadewi; Antonius Karel Muktiwibowo; I Wayan Yuda Manik; Ni Luh Putu Eka Pebriyanti; I Wayan Wiryawan
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v6i1.3713

Abstract

Desa Kayubihi memiliki tradisi budidaya dan kerajinan anyaman bambu yang sangat khas. Sejak 2014, Pemerintah Kabupaten Bangli menetapkan desa ini sebagai sentra industri rumah tangga anyaman bambu. Namun saat ini, jumlah pengrajin yang berorientasi ekspor di pasar global dan domestik semakin menurun karena belum tersedianya fasilitas yang memadai dan terpadu untuk mewadahi aktivitas pengrajin untuk kegiatan promosi, pameran, produksi, penjualan, pelatihan, maupun pelayanan informasi tentang modal, hak cipta, dan kewirausahaan. Semakin banyak generasi muda yang beralih profesi karena profesi pengrajin dianggap kurang menjanjikan secara finansial. Produksi pengrajin yang masih bertahan juga kalah bersaing dengan daerah atau negara lain karena kurang didukung oleh informasi perkembangan motif dan bentuk baru yang disukai pasar. Pengabdian ini bertujuan untuk merancang fasilitas sentra produksi kerajinan anyaman bambu yang dapat menjadi jembatan penghubung antara pengrajin dengan pemerintah, pengrajin dengan pasar, serta budaya dengan wisatawan. Metode pendekatan perancangan menggunakan combine methods, yaitu memadukan pendekatan kualitatif pada pengumpulan data dan metode merancang pada saat preliminary design. Hasil rancangan menerapkan arsitektur ekologi yang berbasis Tri Hita Karana sebagai pendekatan desain untuk mengangkat nilai-nilai lokal dan bersinergi dengan lingkungan sekitarnya, terutama penggunaan bambu sebagai material bangunan.
TIPOLOGI DAN MAKNA PELINGGIH MENJANGAN SALUANG Ni Luh Putu Eka Pebriyanti
Pawon: Jurnal Arsitektur Vol 7 No 1 (2023): PAWON: Jurnal Arsitektur
Publisher : Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/pawon.v7i1.3959

Abstract

Bangunan terdiri dari bentuk dan ruang dimana hal tersebut menentukan bagaimana suatu karya arsitektur dapat memperoleh tanggapan dan mengungkapkan makna. Tipologi digunakan sebagai alat menganalisa objek serta memahami teks-teks historis mengenai arsitektur yang berfungsi memberikan referensi tentang denah, bentuk dan ruang. Penelitian tentang Pelinggih Menjangan Saluang yang dikaji selama ini dominan mengenai keberadaan dan fungsi bangunan tersebut dalam tata ruang beberapa tempat suci di Bali. Fokus penelitian lainnya tentang pelinggih ini adalah terkait sarana dan prosesi upacara yadnya yang dilakukan. Dengan demikian, belum ada kajian mendalam tentang tipologi Pelinggih Menjangan Saluang berdasarkan proporsi, skala, material, tekstur, ragam hias dan ornamen serta elemen pembentuk bangunan lainnya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi terkait wujud serta elemen-elemen penyusunnya. Teknik analisis data menekankan pada analisa tipologi bangunan terutama terkait dengan beberapa variabel yaitu 1) Fungsi; 2) Geometrik dan 3) Langgam. Variabel geometrik disini meliputi bentuk yang terdiri dari analisa terhadap wujud dan dimensi (proporsi), warna, tekstur, posisi, orientasi, skala, serta ragam hias. Dengan mengetahui tipologi Pelinggih Menjangan Saluang diharapkan nantinya tidak adanya pendangkalan makna dan mengurangi pemahaman terkait bentuk dan fungsi bangunan ini bagi generasi di masa depan.