Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kajian Arsitektur Bali pada Tampilan Bangunan Komersial di Koridor Jalan Danau Tamblingan, Kelurahan Sanur, Denpasar Selatan I Gede Putu Astamarsa Werdantara; Tri Anggraini Prajnawrdhi; Antonius Karel Muktiwibowo
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (992.751 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p02

Abstract

The development brings inevitable changes to the built environment in which architectural design holds a significant part. Architecture, undoubtedly, has a strong association with identity and the character of a certain built urban environment. Changes in architectural principles and designs may bring two-side impacts, which may either strengthen or harm the existing urban identity. This is especially true when we discuss architectural changes and the formation of urban identity on the Island of Bali. This study aims to examine the conformance of numerous facades of commercial buildings located along the Danau Tamblingan Corridor in Sanur-Bali to the set of local government regulations that govern the implementation of local traditions in architectural design and practices. The study is approached with a qualitative method. The study result shows there are 5 groups of violations, which are: 1) violation of the tri angga principle; 2) the use of flat roofs; 3) minimum use of local decorative elements; 4) dominant exhibition of commercial identity; 5) the absent of handcrafted character, natural materials and the color derived from their uses.Keywords: Balinese Architecture; facade; commercial building AbstrakPerkembangan zaman membawa perubahan pada banyak hal dan tidak dapat dihindari. Salah satu hal yang mengalami perubahan adalah arsitektur. Arsitektur memiliki hubungan yang erat dengan tata ruang sebuah wilayah atau kota. Arsitektur berkaitan dengan karakter dari suatu wilayah tersebut. Perubahan dalam arsitektur yang tidak terkontrol dapat menghilangkan karakter dari sebuah wilayah. Arsitektur Bali adalah salah satu gaya arsitektur yang mengalami perubahan. Jalan Danau Tamblingan adalah salah satu koridor komersial di Kelurahan Sanur yang terdiri dari berbagai jenis fasilitas komersial dengan karakter bangunan yang bervariasi. Namun terdapat banyak bangunan komersial yang tidak menerapkan prinsip Arsitektur Bali sebagaimana mestinya seperti yang sudah diatur dalam Peraturan Walikota Denpasar No. 25 Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prinsip Arsitektur Bali dalam peraturan perundang-undangan yang tidak diterapkan pada tampilan bangunan fasilitas komersial di lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 pelanggaran yang dilakukan oleh bangunan-bangunan komersial di Koridor Jalan Danau Tamblingan, Sanur yaitu; 1) tidak menerapkan konsep tri angga; 2) menggunakan atap datar; 3) minimnya penggunaan ragam hias Arsitektur Bali; 4) dominasi identitas perusahaan pada tampilan bangunan; 5) tidak menampilkan karakter handicraft serta tidak menggunakan warna dan material alamiah.Kata kunci: Arsitektur Bali; fasad; bangunan komersial
Tipologi Rumah sebagai Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR) di Banjar Panti Gede, Kelurahan Pemogan, Denpasar Selatan Angelina Made Yani Linda Sari; Tri Anggraini Prajnawrdhi; Antonius Karel Muktiwibowo
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2028.586 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p08

Abstract

Apart from being a dwelling, a house is also often used as a work-place to support home based enterprise (HBE) related practices. This condition requires spatial compromises. This study seeks to investigate typologies and factors underlining these spatial compromises. Being guided by qualitative research approaches, analysis within this study uses a conception proposed by Silas (1993) regarding HBE typology. The study examines numerous privately owned houses located in Banjar Panti Gede, Pemogan Village, Denpasar Selatan District – Bali. This is a community with the highest number of home-based micro-businesses. The study result shows that typologies of overall spatial compromises taking place in the selected housing complex do not correspond with the view proposed by Silas (1993). These condition has been grounded by several factors, including 1) limited scale of land afforded by the owner and restricted capital to support the development of a home that is also used to accommodate HBE; 2) types of added commercial activities to be accommodated within a home; 3) the timing when a plan to use the home as a basis for HBE emerges, and 4) home dwellers' preferences. This study has the potential to enrich the collection of relevant researches on Home and HBE, especially of those that take housing units in Bali as their case studies.Keywords: Home Based Enterprise (HBE); house; house function; house typology AbstrakRumah merupakan salah satu kebutuhan utama manusia yang saat ini semakin berkembang dan bertambah fungsinya. Selain sebagai hunian, rumah juga berfungsi sebagai tempat usaha atau Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR). Perkembangan fungsi rumah tentunya berdampak pada penataan ruang yang berada di lingkungan rumah. Berdasarkan penjabaran tersebut penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam terkait tipologi penataan area usaha dan hunian sebagai UBR, berdasarkan proporsi masing-masing fungsi serta faktor penyebab terjadinya tipologi. Teori yang digunakan untuk membahas adalah teori tipologi UBR oleh Silas (1993). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus karena objek yang diteliti merupakan fenomena yang terjadi masa kini dan peneliti tidak memiliki kontrol terhadap fenomena tersebut. Objek penelitian merupakan rumah tinggal pribadi yang terletak di Banjar Panti Gede, Kelurahan Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan. Kelurahan Pemogan dipilih karena merupakan salah satu kelurahan dengan jumlah usaha mikro tertinggi di Denpasar Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipologi rumah berdasarkan penataan dan proporsi masing-masing fungsi tidak selalu sejalan dengan teori tipologi UBR oleh Silas. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) adanya keterbatasan modal dan lahan; 2) jenis usaha yang dijalani; 3) perencanaan terkait membuka usaha; dan 4) preferensi penghuni. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi akibat adanya pembagian area rumah yang berfungsi sebagai hunian dan tempat usaha.Kata kunci: Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR); rumah, fungsi rumah; tipologi rumah
Influence of Tourism on Spatial Change in Tulamben-Amed, Karangasem, Bali Wehelmina Linda Herlophina Dethan; Syamsul A. Paturusi; Antonius K. Muktiwibowo
Journal of A Sustainable Global South Vol 4 No 2 (2020): August 2020
Publisher : Institute for Research and Community Services Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/jsgs.2020.v04.i02.p02

Abstract

Tourism development in the Tulamben-Amed National Tourism Strategic Area caused some changes in spatial use. Such changes are change of farming (salt and rice fileds) function into tourist accommodation and increasing development of tourism facilities in the coastal boundary area which contradicted to regional spatial plan. This study aims to investigate How and What causes the changes. The method used in this study is a quantitative correlation based on Geographic Information Systems (GIS), combined with statistics of Pearson Test and Pearson Scatter Diagram. The results showed that the change in spatial use increase 4% Per year while the intensity was 33 buildings Per hectare. It is also indicates that the region’s development is on involvement cycle. Factors that causing changes are characteristics of tourist attraction, spatial agglomeration of tourism facilities, higher prices on land used for tourism facilities than those that are not used for it, accessibility comfort levels for tourist, limitation of land physical feasibility, and different natural disaster characteristics between segments. Recommendation of this study are calculating the comparison of the preservation and the economic value of coastal borders, controlling the change of agricultural land functions, structuring integrated spatial plans between tourist attraction and developed alternative locations to reduce spatial agglomeration on the coastal borders area. Index Terms—tourism, spatial correlation, spatial change, Tulamben-Amed.
Community Preferences Determine Shape and Appearance of Residential Buildings in Compliance with Perwali No 25 Year 2010 in Denpasar Selatan Kadek Wigunantara Eka Putra; Antonius Karel Muktiwibowo; I Gusti Ngurah Anom Rajendra
Journal of A Sustainable Global South Vol 5 No 1 (2021): February 2021
Publisher : Institute for Research and Community Services Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/jsgs.2021.v05.i01.p05

Abstract

This study aims to determine the level of community compliance in South Denpasar and differences in people's preferences in complying with Mayor Regulation No. 25/2010. The research method used in this research is descriptive quantitative method with a survey approach. The number of respondents in the study were 100 people who were selected using multy stage sampling. The analysis technique used is the Frequency Distribution Analysis Technique (New Rank) and the Analytical Hierarchy Process (AHP). While the validity test was carried out by using the Product Moment Correlation Technique and the reliability test with Cronbach's Alpha. Public preferences in complying with Mayor Regulation No. 25/2010 vary widely, because each community group has different desires with their respective priority values for research aspects, as well as the level of compliance obtained from field findings. Communities with higher income have a higher level of compliance than others, but do not have a good scale of attitude towards compliance with applicable regulations, and vice versa. Index Terms— preference, compliance, regulation.
Pendampingan Kegiatan Prarancangan Sentra Produksi Anyaman Bambu sebagai Pendorong Ekonomi Perdesaan Desa Kayubihi, Bangli Ni Ketut Agusintadewi; Antonius Karel Muktiwibowo; I Wayan Yuda Manik; Ni Luh Putu Eka Pebriyanti; I Wayan Wiryawan
Wikrama Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30656/jpmwp.v6i1.3713

Abstract

Desa Kayubihi memiliki tradisi budidaya dan kerajinan anyaman bambu yang sangat khas. Sejak 2014, Pemerintah Kabupaten Bangli menetapkan desa ini sebagai sentra industri rumah tangga anyaman bambu. Namun saat ini, jumlah pengrajin yang berorientasi ekspor di pasar global dan domestik semakin menurun karena belum tersedianya fasilitas yang memadai dan terpadu untuk mewadahi aktivitas pengrajin untuk kegiatan promosi, pameran, produksi, penjualan, pelatihan, maupun pelayanan informasi tentang modal, hak cipta, dan kewirausahaan. Semakin banyak generasi muda yang beralih profesi karena profesi pengrajin dianggap kurang menjanjikan secara finansial. Produksi pengrajin yang masih bertahan juga kalah bersaing dengan daerah atau negara lain karena kurang didukung oleh informasi perkembangan motif dan bentuk baru yang disukai pasar. Pengabdian ini bertujuan untuk merancang fasilitas sentra produksi kerajinan anyaman bambu yang dapat menjadi jembatan penghubung antara pengrajin dengan pemerintah, pengrajin dengan pasar, serta budaya dengan wisatawan. Metode pendekatan perancangan menggunakan combine methods, yaitu memadukan pendekatan kualitatif pada pengumpulan data dan metode merancang pada saat preliminary design. Hasil rancangan menerapkan arsitektur ekologi yang berbasis Tri Hita Karana sebagai pendekatan desain untuk mengangkat nilai-nilai lokal dan bersinergi dengan lingkungan sekitarnya, terutama penggunaan bambu sebagai material bangunan.