Anis Kurniasih
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

BIOSTRATIGRAPHY ANALYSIS OF BARBATOS-1 EXPLORATION WELL IN TOMORI BLOCK, BANGGAI BASIN, EAST ARM OF SULAWESI Anis Kurniasih; Ennur Kusumawijaya; Ferdy Ferdy; Fahrudin Fahrudin; Reddy Setyawan
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 31, No 1 (2021)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/risetgeotam2021.v31.1150

Abstract

A biostratigraphic analysis was carried out on 60 samples taken from the Barbatos-1 Well, located within the Tomori Block, Banggai Tertiary Basin, East Arm of Sulawesi. The Barbatos-1 well was selected for this study because it is composed of rock sequences which are the main reservoir in the Tomori Block. Biostratigraphic analysis was conducted to determine the relative age and depositional environment of the sample. The age of the sample is determined based on the interval zone. The depositional environment is estimated basedon the ratio of plankton (P/B ratio) and fossil facies. The results revealed that the rock formations studied were deposited in the Miocene to Holocene age. The lowest layer is the Orbulina bilobata-Zone which was deposited at N10 – N12 (lower Middle Miocene) in the bathyal environment. The layer above is a biozonation of Globorotalia menardii, deposited at N12 – N14 (upper Middle Miocene) in a neritic environment. The next layer is the biozonation of Sphaeroidinella subdehiscens – Globigerina praebulloides which wasdeposited at N14 – N17 (Middle Miocene – Late Miocene) in the bathyal environment. The topmost layer is the biozonation of Orbulina universa – Globigerinoides immaturus which was deposited at N17 –N23 or Pliocene – Holocene in the bathyal environment. In the top two layers, there are fossil fragments that come from older rock layers (Early Tertiary). 
Identifikasi dan Karakterisasi Endapan Tsunami Berdasarkan Studi Sedimentologi dan Paleontologi di Desa Air Pinang dan Desa Sambai, Pulau Simeulue, Provinsi Aceh Khansa Mutia Yahya; Anis Kurniasih Kurniasih; Purna Sulastya Putra; Reddy Setyawan; Jenian Marin; Septriono Hari Nugroho; Eko Yulianto; Wahju Krisna Hidajat
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 1 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i1.10266

Abstract

Simeulue Island, Aceh Province is one of the areas that affected by the tsunami due to the Sumatra-Andaman earthquake. A lot of research about tsunami sediments around Aceh and Simeulue Island has been conducted, but there are only few in the eastern Simeulue. In 2017, the geological coastal chapter team of the 'Widya Nusantara Expedition' LIPI did the research and took samples including SIM 5A in Air Pinang Village and SIM 5C in Sambay Village. The study aims to determine the characteristic of tsunami deposits by sedimentological and paleontological data. The research continue with laboratory analysis which are granulometric analysis, X ray Fluorescence (XRF), Loss of Ignition (LoI) and diatom abundance. Based on granulometry analysis, the candidate of SIM 5A has a grain size is bimodal - unimodal pattern, very coarse silt – coarse silt, poorly sorted - very poorly sorted. While SIM 5C has fine sand - very coarse silt, distribution patterns are unimodal, bimodal and trimodal. LoI analysis shows average value of carbonate material 26,26% with organic material value 15,37% while SIM 5C has average value of carbonate material 13,42% and organic material value 6,55%. The candidate of both samples has the dominant chemical composition of Zr, Fe, K, Sr, Rb, Ca, Ti. Paleontological analysis of tsunami deposit has diatom species with three different salinity environments: air tawar, air payau and marine. In conclusion, all of the results show that tsunami candidates are proven to be tsunami deposit. Differents of characteristic deposits influenced by factors such as micro- topography and post-deposition process.  Pulau Simeulue, Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang mengalami dampak tsunami akibat gempa Sumatra-Andaman. Penelitian mengenai endapan tsunami di sekitar Aceh dan Pulau Simeulue sudah banyak dilakukan, namun masih sedikit pada daerah Simeulue bagian timur. Pada tahun 2017 Tim Geologi coastal chapter 'Ekspedisi Widya Nusantara' LIPI melakukan penelitian dan pengambilan sampel diantaranya SIM 5A pada Desa Air Pinang dan SIM 5C pada Desa Sambay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik endapan tsunami secara sedimentologi dan paleontologi. Pada kedua sampel tersebut masing-masing ditemukan satu kandidat endapan tsunami. Penelitian dilanjutkan dengan analisis laboratorium berupa analisis granulometri, X-Ray Fluorescence (XRF), Loss of Ignition (LOI) dan kelimpahan diatom. Analisis granulometri menunjukkan kandidat endapan tsunami SIM 5A memiliki distribusi ukuran butir pola bimodal – unimodal dengan ukuran lanau sangat kasar – lanau kasar, sortasi jelek – sangat jelek, sedangkan SIM 5C memiliki ukuran butir pasir halus – lanau sangat kasar, distribusi ukuran butir pola unimodal, bimodal dan trimodal. Analisis LOI memberikan nilai rata-rata material karbonat 26,26% dengan rata-rata material organik 15,37% sedangkan SIM 5C memiliki nilai rata-rata material karbonat 13,42% dan rata-rata material organik 6,55%. Endapan kandidat tsunami kedua sampel tersebut memiliki komposisi kimia dominan berupa Zr, Fe, K, Sr, Rb, Ca, Ti. Analisis paleontologi pada endapan tsunami memiliki spesies diatom dengan tiga lingkungan salinitas berbeda yaitu tawar, payau, asin. Keseluruhan hasil analisis menunjukkan bahwa kandidat endapan tsunami terbukti endapan tsunami. Perbedaan karakteristik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mikrotopografi dan proses pasca pengendapan.
Karakteristik Endapan Tsunami Berdasarkan Bukti Palinologi dan Sedimentologi di Bagian Timur Pulau Simeulue, Aceh, Indonesia Winarni Winarni; Anis Kurniasih; Septriono Hari Nugroho; Jenian Marin; Reddy Setyawan; Purna Sulastya Putra; Eko Yulianto
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 1 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i1.4954

Abstract

Simeulue Island was located in an active tectonic zone that causes earthquakes followed by tsunamis. This research was conducted to get a detail explanation of tsunami deposits found in eastern Simeulue Island. The methods used in this study include granulometry analysis, Loss on Ignition (LOI), X-ray Fluorescence (XRF), and palynology. Based on analyzed, it was known that tsunami deposits in the studied area have non-uniform grain size characteristics and are dominated by gravel to boulder. The results of the LOI analysis show that the concentration of organic and carbonate material was very high, which is thought to be caused by a mixture of marine and terrestrial materials due to a tsunami. XRF analysis showed high content of Ca and Sr which indicated the influence of seawater on sediments. The palynological analysis showed that taxa from the lowlands and mangroves palynofacies dominate the presence of pollen, indicating that the possibility of depositional environments is the area around the mangrove coast. The presence of high lowland taxa is thought to originate from the tsunami backwash that brought material from the lowlands to the surrounding coast.  Pulau Simeulue terletak pada zona tektonik aktif yang menyebabkan terjadinya banyak gempa yang diikuti tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik detil endapan tsunami yang terdapat di Pulau Simeulue bagian timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis palinologi, granulometri, Loss on Ignition (LOI), dan XRay Flourescence (XRF). Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa endapan tsunami di daerah penelitian memiliki karakteristik ukuran butir yang tidak seragam dan didominasi oleh ukuran butir kerikil hingga bongkah. Hasil analisis LOI menunjukkan konsentrasi material organik dan karbonat sangat tinggi, yang diduga disebabkan oleh percampuran material asal laut dan darat karena tsunami. Analisis XRF menunjukkan tingginya kandungan unsur Ca dan Sr yang mengindikasikan adanya pengaruh air laut pada endapan. Analisis palinologi menunjukkan taksa dari palinofasies dataran rendah dan mangrove mendominasi kehadiran polen. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan lingkungan pengendapan adalah area sekitar pantai mangrove. Kehadiran taksa dataran rendah yang tinggi diduga berasal dari gelombang balik tsunami yang membawa material dari dataran rendah ke sekitar pantai tersebut.
Petrogenesis Batuan Metamorf di Perbukitan Jiwo Barat, Bayat, Klaten, Jawa Tengah Anis Kurniasih; Ikhwannur Adha; Hadi Nugroho; Prakosa Rachwibowo
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 1, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (918.94 KB) | DOI: 10.14710/jgt.1.1.2018.1-7

Abstract

Singkapan batuan yang ditemukan di Komplek Bayat terdiri dari batuan beku, sedimen, dan metamorf memiliki berumur Pra – Tersier hingga Neogen. Keberadaan ketiga jenis batuan dalam lokasi yang berdekatan dan menunjukkan hubungan kontak, hanya mungkin terjadi akibat aktivitas tektonik yang kompleks. Penelitian ini diutamakan untuk mengetahui karakteristik batuan metamorf di Perbukitan Jiwo Barat, Bayat, yang meliputi karakter di lapangan dan mikroskopis, yang selanjutnya digunakan untuk memperkirakan sejarah tektonik yang terjadi di daerah penelitian. Observasi langsung di lapangan dijalankan untuk mengetahui kondisi geologi, terutama litologi. Analisis petrografi dilakukan untuk mendukung peta geologi.Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa batuan metamorf di daerah penelitian termasuk ke dalam kelompok metamorf derajat rendah (low grade), diwakili oleh batuan sekis muskovit – klorit, sekis klorit, dan filit. Kelompok batuan metamorf ini termasuk ke dalam fasies Greenschist yang ditandai dari kehadiran mineral muskovit, klorit dan kuarsa. Diperkirakan batuan ini telah mengalami retrograde metamorphisme, dibuktikan dengan kehadiran mineral muskovit dan klorit hasil rekristalisasi dari biotit, dan plagioklas. Protolit batuan metamorf di daerah penelitian adalah batuan dengan ciri asal darat seperti batulanau dan batulempung, selain itu batuan beku yang ditemukan sebagian besar berkomposisi menengah hingga basa, dan batuan sedimen menunjukkan lingkungan pengendapan laut dangkal. Himpunan batuan di daerah penelitian diinterpretasikan sebagai kompleks konvergen yang lebih berciri asal kontinen, kemungkinan besar terbentuk akibat tumbukan lempeng Benua Eurasia dengan Mikrokontinen Jawa Timur.
Karakteristik Sedimentologi dan Geokimia Endapan Tsunami di Teluk Busong, Pulau Simeulue Yani Kusumastuti; Jenian Marin; Purna Sulastya Putra; Anis Kurniasih; Reddy Setyawan; Septriono Hari Nugroho; Eko Yulianto
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 3, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1182.992 KB) | DOI: 10.14710/jgt.3.1.2020.12-20

Abstract

Sejarah tsunami modern di Pulau Simeulue tercatat telah terjadi tahun 1861, 1907, 2004 dan 2005.  Teluk Busong yang terletak di pesisir barat Pulau Simeulue menjadi salah satu wilayah terdampak. Penelitian bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui  karakteristik endapan tsunami tersebut di Teluk Busong. Metode yang digunakan adalah analisis granulometri, paleontologi, analisis loss on ignition, geokimia XRF, dan FTIR pada sampel inti sedimen. Endapan tsunami pada daerah penelitian memiliki sortasi buruk dengan ukuran butir pasir sedang – kasar yang terdistribusi bimodal. Analisis LOI menunjukkan bahwa endapan tsunami memiliki kandungan material organik dan karbonat yang tinggi, menunjukkan pengaruh darat dan laut. Pengaruh laut ditunjukkan kandungan material karbonat yang signifikan, terkonfirmasi dari keberadaan cangkang foraminifera. Secara geokimia, terdapat anomali kelimpahan unsur pada endapan tsunami dibanding dengan endapan nontsunami. Unsur kimia Zr, Sr, Fe, Ti, K, Cr, dan Rb menunjukkan anomali pada endapan tsunami yaitu cenderung naik, terutama Sr yang menjadi penciri pengaruh laut. Berdasarkan analisis FTIR, ditemukan mineral kuarsa, kalsit, feldspar, aragonit, monmorilonit, paligorskit, dan magnetit pada endapan tsunami yang menunjukkan asosiasi mineral asal darat dan laut.
Kajian Analisis Sesar di Perbukitan Jiwo Barat, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Ikhwannur Adha; Anis Kurniasih; Hadi Nugroho; Prakosa Rachwibowo
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 1, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1434.483 KB) | DOI: 10.14710/jgt.1.1.2018.8-18

Abstract

Bayat adalah salah satu daerah di Pulau Jawa yang memiliki singkapan batuan pra-Tersier. Batuan terkekarkan karena aktivitas tektonik. Hal ini membutuhkan penjelasan dan analisis terperinci untuk memahami zona sesar dan mekanismenya. Penelitian dilakukan untuk mengetahui zona sesar dan karakteristiknya di Perbukitan Jiwo Barat, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan juga mekanisme pembentukan zona sesar untuk mengetahui kerangka tektoniknya. Metode penelitian ini meliputi analisis topografi, analisis petrografi, proyeksi stereografi, dan penentuan kronostratigrafi. Proyeksi stereografi memanfaatkan data hasil pengukurn struktur lapangan dan dijalankan pada perangkat lunak Dips. Hasil analisis dipakai untuk mendukung interpretasi tentang mekanisme pembentukan zona sesar di daerah penelitian. Stratigrafi di lokasi penelitian, dari urutan tua ke muda, terdiri dari Batuan Metamorf, Batupasir, Batugamping Eosen, Intrusi Batuan Beku, Batugamping Miosen, dan Aluvial. Zona sesar yang ditemukan di daerah penelitian adalah sesar mendatar menganan yang terdiri dari Sesar Mendatar Tugu, Sesar Mendatar Sari dan Sesar Mendatar Kebo, dan detachment fault yang terdiri dari Jowo Detachment Fault. Zona sesar memiliki dua orientasi utama, barat daya-timurlaut (N 217o E) dan barat laut-tenggara (N 330o E, N 122o E, dan N 287o E). Mekanisme pembentukan zona sesar di lokasi penelitian terjadi dalam dua periode tektonik, pada Kapur Akhir karena subduksi baratdaya - baratlaut yang membentuk Sesar Mendatar Tugu dan Sesar Mendatar Kebo, dan pada Akhir Eosen-Oligosen yang disebabkan oleh subduksi utara-selatan yang membentuk Sesar Mendatar Sari dan Jowo Detachment Fault.
Belajar dari Simeulue: Memahami Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia Anis Kurniasih; Jenian Marin; Reddy Setyawan
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 3, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.756 KB) | DOI: 10.14710/jgt.3.1.2020.21-30

Abstract

Sistem peringatan dini tsunami tidak hanya menyangkut teknologi namun juga melibatkan kesiapsiagaan masyarakat sebagai komponen sosial budaya dan ekonomi politik yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki. Masyarakat Simeulue mengangkat kearifan lokal "smong" sebagai sistem peringatan dini tsunami tradisional yang berhasil menyelamatkan mereka dari bencana. Sistem ini dapat diadaptasi dan diterapkan ke masyarakat di daerah lain yang rentan terhadap bencana yang sama. Dengan latar belakang tersebut, artikel ini disusun dengan tujuan untuk memahami dan menggali permasalahan dalam penerapan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia melalui studi literatur. Data dan bahan diperoleh dari jurnal, prosiding, buku, majalah, wawancara dan laporan serta wawasan yang didapat saat tinjauan lapangan pada Ekspedisi Widya Nusantara tahun 2017. Hasil studi menunjukkan kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami masih rendah sehingga ketika bencana terjadi masyarakat belum dapat melakukan penyelamatan secara mandiri. Belajar dari kearifan lokal masyarakat Simeulue melalui cerita smong yang dipahami sebagai sistem peringatan dini tsunami, saat ini kita membutuhkan sebuah metode pendekatan yang dapat diterima dengan mudah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana. Contohnya dengan membuat program televisi atau animasi yang dapat ditonton semua kalangan. Dengan menampilkan program ini secara berkala, muatan tentang kesiapsiagaan terhadap tsunami (dan atau bencana lainnya) akan tertanam dalam memori sehingga mampu meningkatkan kesiapsiagaan penontonnya.
Analisis Perkembangan Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Pada Interval Formasi Kujung Dan Tuban, Blok West Tuban, Cekungan Jawa Timur Anisa Nevi Saerina; Anis Kurniasih; Reddy Setyawan
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 4, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.4.1.2021.38-47

Abstract

Cekungan Jawa Timur merupakan cekungan hidrokarbon yang telah terbukti menghasilkan minyak bumi dengan reservoir utama yaitu pada Formasi Kujung dan Tuban. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui variasi litologi, distribusi litologi secara lateral, fasies dan lingkungan pengendapan berdasarkan asosiasi litologi serta perkembangan terumbu yang berkaitan dengan perubahan muka air laut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif menggunakan data sumur berupa wireline log. Analisis kualitatif menggunakan software Paradigm Geolog 7.0 untuk mendeterminasi litologi. Langkah selanjutnya, menganalisis dan membuat permodelan fasies, lingkungan pengendapan dan sikuen stratigrafi.Berdasarkan hasil analisis Formasi Kujung dan Tuban terdiri dari 4 jenis litologi yaitu batugamping, batulempung, batulanau dan batupasir. Setelah dilakukan analisis fasies, formasi tersebut terdiri dari 4 fasies yaitu patch reef core, patch reef flank, off-mound near reef dan off-mound. Patch reef pada daerah penelitian dicirikan dengan litologi batugamping energi rendah diendapkan pada bagian rongga antar koloni terumbu, menghasilkan asosiasi skeletal wackestone – packstone. Lingkungan pengendapan terumbu berada pada platform terisolasi akibat segmentasi basement berarah timurlaut – baratdaya. Perubahan muka air laut Formasi Kujung dibagi menjadi yaitu TST-1 dan HST-1, kemudian dilanjutkan dengan TST-2 saat pengendapan Formasi Tuban. Fase transgresi awal terumbu tumbuh dengan fase catch up, pada fase high stand terumbu tumbuh dengan fase keep up dan pada saat transgresi kedua terumbu sebagian tetap berkembang sebagai keep up dan sebagian lainnya mengalami give up.