Rika Fatimah PL
Department Of Management, Faculty Of Economics And Business, Universitas Gadjah Mada

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDes) untuk Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan Kesejahteraan Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur PL Rika Fatimah
Jurnal Studi Pemuda Vol 7, No 2 (2018): Sociopreneur Muda
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.937 KB) | DOI: 10.22146/studipemudaugm.39551

Abstract

Salah satu bentuk pemberdayaan dari pemerintah berupa Otonomi yaitu desa dapat mengelola sumber daya secara mandiri salah satunya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Penelitia ini dilakukan di Desa Bleberan, Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini menggunakan pendekatan Tetrapreneur yang terdiri terbagi menjadi pemetaan kondisi kewirausahaan desa (Chainpreneur); identifikasi kebutuhan wirausahawan desa dalam menjalankan dan mengembangkan usaha mereka (Marketpreneur); pelaksanaan Model Tetrapreneur untuk merancang Q-BUMDes (Qualitypreneur); penentuan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dalam pembangunan Q-BUMDes (Brandpreneur). Selain menggunakan model Tetrapreneur,penelitian ini uga menggunakn teori resource based view sebagai dasar pemilihan unit usaha desa yang haruslah memiliki ciri khas dan keunggulan kompetitif supaya dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa rekomendasi yang harus dilakukan oleh pemangku kepentingan setempat dan pemerintah daerah baik pada tingkat Rantai (Chainpreneur), Kualitas (Qualitypreneur), Pasar (Marketpreneur) maupun Merek (Brandpreneur). Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan pembangunan sistem Q-BUMDes pengembangan wirausaha Bleberan. Sistem Q-BUMDes tersebut membentuk suatu sistem basis data terpadu untuk melakukan pengendalian wirausaha desa yang meliputi penjaringan dan pengembangan potensi wirausaha desa dan pementaan fasilitator mentor, coach, dan dana bantuan berdasarkan data sistem yang di-update secara periodik. Penerapan model Tetrapreneur di Desa Bleberan ini diharapkan dapat menjadi panutan bagi Desa lainnya khususnya di Daerah Istimewa Yoyakarta sebagai suatu model keberlanjutan dalam pengentasan kemiskinan tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Pengembangan Desa Jomboran sebagai Desa Agrowisata Mandiri Melalui Model Pembanguna Karakter, Model Tetrapreneur, dan Pemetaan Potensi Desa Berbasis Pertanian Siwi Indarti; R. Edwin Indarto; Rika Fatimah PL; Miftahul Ajri
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement) Vol 4, No 2 (2019): Maret
Publisher : Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2265.636 KB) | DOI: 10.22146/jpkm.30912

Abstract

ABSTRACT Jomboran, one of the villages located in Klaten Tengah, Klaten, Central Java. Jomboran Village is an economical strategic area as it is close to the administrative center of Klaten. Jomboran Village with its potentials can be developed as a tourist village based on agriculture combined with the uniqueness of environmental conditions and cultural wealth of the community.The Jomboran village development method is carried out through three stages: identification of potential and mapping of areas, especially agricultural land; institutional programs and village financial institutions; and village tourism branding program.The programs that have been implemented are the improvement of community motivation through workshop with the theme "Building Powerful Character Towards Jomboran Tourist Village"; training the basics of business to potential community groups to improve the village economy; agricultural extension and technical guidance to farmer group members; Exhibition of the Creative Economy of Featured Products Jomboran, and the initiation of tropical fruit garden as an educational park.Through the UGM Guided Village Program, the potentials of Jomboran village can be synergized into attractive village tour package and have market opportunities.  Keywords: agrotourism; community quality; institutional; tetrapreneur; village.
Mengembangkan Kualitas Usaha Milik Desa (Q-BUMDes) untuk Melestarikan Ketahanan Ekonomi Masyarakat dan Kesejahteraan Adaptif: Perancangan Sistem Kewirausahaan Desa dengan Menggunakan Model Tetrapreneur PL Rika Fatimah
Jurnal Studi Pemuda Vol 7, No 2 (2018): Sociopreneur Muda
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.937 KB) | DOI: 10.22146/studipemudaugm.39551

Abstract

Salah satu bentuk pemberdayaan dari pemerintah berupa Otonomi yaitu desa dapat mengelola sumber daya secara mandiri salah satunya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Penelitia ini dilakukan di Desa Bleberan, Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini menggunakan pendekatan Tetrapreneur yang terdiri terbagi menjadi pemetaan kondisi kewirausahaan desa (Chainpreneur); identifikasi kebutuhan wirausahawan desa dalam menjalankan dan mengembangkan usaha mereka (Marketpreneur); pelaksanaan Model Tetrapreneur untuk merancang Q-BUMDes (Qualitypreneur); penentuan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dalam pembangunan Q-BUMDes (Brandpreneur). Selain menggunakan model Tetrapreneur,penelitian ini uga menggunakn teori resource based view sebagai dasar pemilihan unit usaha desa yang haruslah memiliki ciri khas dan keunggulan kompetitif supaya dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan beberapa rekomendasi yang harus dilakukan oleh pemangku kepentingan setempat dan pemerintah daerah baik pada tingkat Rantai (Chainpreneur), Kualitas (Qualitypreneur), Pasar (Marketpreneur) maupun Merek (Brandpreneur). Oleh karena itu direkomendasikan untuk melakukan pembangunan sistem Q-BUMDes pengembangan wirausaha Bleberan. Sistem Q-BUMDes tersebut membentuk suatu sistem basis data terpadu untuk melakukan pengendalian wirausaha desa yang meliputi penjaringan dan pengembangan potensi wirausaha desa dan pementaan fasilitator mentor, coach, dan dana bantuan berdasarkan data sistem yang di-update secara periodik. Penerapan model Tetrapreneur di Desa Bleberan ini diharapkan dapat menjadi panutan bagi Desa lainnya khususnya di Daerah Istimewa Yoyakarta sebagai suatu model keberlanjutan dalam pengentasan kemiskinan tanpa meninggalkan kearifan lokal.
DETERMINING PRIORITY NEEDS OF CULINARY MICRO-ENTERPRISE CUSTOMERS IN INDONESIA THROUGH A QUALITY PERSPECTIVE Tutur Wicaksono; Rika Fatimah P.L
Journal of Tourism and Economic Vol 3, No 2 (2020): EDISI 3
Publisher : STIE Pariwisata API Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.019 KB) | DOI: 10.36594/jtec.v3i2.99

Abstract

Determining the priority of customer needs is one of the right steps for business people to take to determine the direction of allocating their resources. In this study, affinity diagrams and tree charts are used to classify and translate the opinions of loyal customers about customer needs. The customer opinion (voice of the customer) obtained through semistructured interviews is then translated into a technical language (voice of quality) that has a relationship and correlation to existing theories. Data in the form of items of customer need, which are the result of affinity diagram analysis and tree diagrams, are then presented using a matrix that takes the left and right chamber of the House of Quality (HOQ) matrix from the Quality Function Deployment (QFD) method. Matrix that adopts the left and right chamber of HOQ matrix will display the items of customer needs and their priority level. The purpose of this study is to identify the item of customer needs and determine the priority level of customer needs for micro culinary fried rice enterprise in Indonesia. The variable Service Quality in the dimension of Responsiveness with the indicator item Fast Service ranks third. Variable Perceived Benefit in the dimension A Statement of Value with items including Low Prices and Discount occupy the second position. The variable of product quality in the Performance dimension with items including Delicacy, High Quality Ingredients, Varied Menu and Large Portion is the variable of customer needs with the highest priority.