Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Dampak Lalu Lintas Akibat Pengoperasian BRT Trans Semarang Koridor IV Terminal Cangkiran - Semarang Tawang Bastian Tri Noviadi; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.958 KB)

Abstract

The rapid physical growth of Semarang City also boost the activity of transportation. The increase of transportation activity can be seen from the increase of vehicle per year. This is not offset by the increase in road length which result in the increase of traffic jam potential. According to the Ministry of City Transportation, the avarage road level of service is at C which is below he standard quality. As an attempt to resolve the problem of transportation, the government of Semarang City preparing a mass transportation service in form of BRT. The goal of this study is to analysis possible impact of traffic from the operation of BRT Trans Semarang in Corridor IV Cangkiran - Semarang Tawang. The method of analysis used in this study is quantitative descriptive. Primary data in the form of vehicle volume is done by traffic counting while the secondary data is collected from Ministry of Transportation, previous studies, and internet. Based on the analysis, it is indicated that Trans Semarang have significant influence on the traffic. It is indicated that the road performance on two bus stop which is Jrakah Market and Semarang District court is reduced while there is an increase of performance on the other five bus stop. From the seven bus stop investigated, only three bus stop successful in attempt to reduce the traffic jam by reducing the degree of saturation to below 0.75.The three bus stop in question are Cangkiran Terminal, Gas Station Semarang New Hill, and Tawang Station. When Trans Semarang operate at the start of the year, there is an increase in road performance. However the traffic load keep increasing every year because of the increase in private vehicle and the resident reluctant to switch to BRT. The result of study are recommendation to handle traffic in the form of building a private lane in arterial road, widen the road, build small lane on bus stop to reduce side friction,  and sanction for those who park in beside the road.
STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS KOMODITAS SALAKDI KECAMATAN MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA Eka Dyah Wahyu Prasetyaningsih; Widjonarko .
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.374 KB)

Abstract

Kecamatan Madukara (Kabupaten Banjarnegara) memiliki komoditas unggulan berupa buah salak. Kecamatan Madukara merupakansentra perkebunan dan produksi salak terbesar di Kabupaten Banjarnegara, bahkan Jawa Tengah. Produksi salak di Kecamatan Madukara rata-rata mencapai 135.958 ton per tahun.Namun, salak yang dihasilkan Kecamatan Madukara hanya dijual dalam bentuk buah segar. Belum banyak masyarakat yang mampu mengolah salak menjadi produk turunan yang memiliki nilai tambah. Selain itu,terbatasnya akses mengenai informasi harga dan jaringan pemasaran memaksa petani menjual hasil panen kepada pengepul desa dengan harga yang ditentukan secara sepihak, hal ini yang menjadi penyebab petani tidak mendapatkan keuntungan secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini yaitu merumuskan strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis komoditas salak di Kecamatan Madukara untuk menciptakan daya saing guna meningkatkan ekonomi masyarakat. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan didukung analisis LQ, Shift-Share, dan Nilai Tambah. Untuk merumuskan startegi digunakan analisis SWOT, untuk menentukan program dilakukan dengan mengkomparasikan kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan dan mengacu pada hasil analisis SWOT. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Kecamatan Madukara sudah mulai berkembang industri rumahan pengolahan salak, produk turunan salak mampu menghasilkan nilai tambahpada pendapatan petani sebesar 17-28%untuk 1 kuintal salak yang diolah apabila dikembangkan secara maksimal. Komoditas salak terbukti memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Berdasarkan analisis tersebut maka rumusan startegi yang dapat dikembangkan di Kecamatan Madukara yaitu meningkatkan produksi dan kualitas salak, pembentukan lembaga riset, inovasi produk turunan salak, penguatan promosi penjualan, penguatan kapasitas lembaga penunjang, pengembangan teknologi, mobilisasi sumber dana, membangun forum kemitraan dengan pemda lain, serta pembentukan klaster industri salak sebagai strategi pendukung untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
MODEL HARGA LAHAN KOTA MAGELANG (Studi Kasus: Kota Magelang) Prastika Wijayanti; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.382 KB)

Abstract

Lahan tidak hanya merupakan kebutuhan bermukim, tetapi juga tempat untuk berinteraksi sosial dan menjalankan aktivitas.               Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan lahan sehingga mempengaruhi persaingan harga lahan. Hal itu terjadi di Kota Magelang.  Keberadaan pusat kota sebagai pusat aktivitas penduduk di Kota Magelang yang ditunjang dengan sarana prasarana mempengaruhi variasi guna lahan tertentu yang cenderung memiliki nilai ekonomis tinggi. Keterbatasan lahan dan persaingan harga lahan di pusat kota mempengaruhi perkembangan lahan ke area-area di luar kawasan tersebut. Selain itu, jaringan jalan arteri menjadi penghubung pusat kota hingga luar kota, sehingga mempengaruhi peningkatan harga lahannya. Selanjutnya, melalui pemodelan harga lahan yang dilakukan dalam penelitian ini, diharapkan dapat membantu pembaca dalam melakukan estimasi harga lahan Kota Magelang melalui model harga lahan yang dilakukan dengan analisis regresi berganda.Pendekatan dalam kegiatan analisis penelitian ini yaitu dengan metode kuantitatif dengan pengujian variabel-variabel pengaruh harga lahan di Kota Magelang. Analisis dilakukan untuk memodelkan harga lahan pasar dan harga lahan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, model regresi yang sesuai dengan wilayah studi yaitu Y1 (Harga Lahan Menurut NJOP) = 1,556 - (0,248 . Jarak terhadap pusat kota) – (0,146 . Jarak terhadap jalan arteri) + (0,258 . Penggunaan lahan) + (0,725 . Jaringan air bersih) + (0,248 . Lebar jalan) dan Y2 (Harga Lahan Pasar) = 0,544 – (0,179 . Jarak terhadap pusat kota) – (0,168 . Jarak terhadap jalan arteri) + (0,237 . Penggunaan lahan) + (0,689 . Jaringan air bersih) + (0,284 . Lebar jalan). Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan, variabel jarak terhadap pusat kota, jarak terhadap jalan arteri, pengunaan lahan, jaringan air bersih dan lebar jalan berpengaruh terhadap harga lahan NJOP maupun  harga lahan pasar. Selain itu, hasil analisis penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi hubungan positif antara harga lahan NJOP dan harga lahan pasar.
Preferensi Masyarakat Terhadap BRT Trans Semarang Koridor I Bagas Atmawan; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.599 KB)

Abstract

Semarang City Government in 2009 inaugurated the public transportation called Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang. BRT Trans Semarang has 6 corridors in total and one of them named Corridor I. BRT Trans Semarang Corridor 1 is not the only way to solve the transportation problems in Semarang directly. It has been operating for about 8 years, but the load factor from Trans Semarang Corridor I is still below the standard set by the government and an increase in the number of private vehicles. These are indicating that BRT Trans Semarang Corridor I not become the main mode of transportation of the community in performing daily activities. Based on the problems, this study aims to determine the determinant factors that affect the public preference to BRT Trans Semarang Corridor I. The method of this study is a quantitative method. While the analysis is factor analysis which is used to identify the relationship structure among variables by looking at the correlation between them. In addition, the study also used descriptive statistical analysis as a complement and supporting data only. The study shows that people's preference around Trans Semarang Corridor I is still low, as many as 39.4% of people prefer Trans Semarang Corridor I as the main mode of transportation in performing its daily activities. While the people who still have not used Trans Semarang Corridor I is about 60.6% of people. The public preference is influenced by several factors, they are travel cost, comfort, security, and travel time. The community will still use Trans Semarang Corridor I or switch from private vehicle to Trans Semarang Corridor I if there are several factors that must be improved from Trans Semarang Corridor I. Based on the result of factor analysis, the factors that need to be prioritized or upgraded in Trans Semarang Corridor I are comfort, staff friendliness, security, rates, and facilities.
PENGARUH ANOMALI IKLIM TERHADAP RISIKO KEBENCANAAN LINGKUNGAN DI KAWASAN HULU DAS GARANG Syamsu Rizal Hendarto; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (909.049 KB)

Abstract

Anomali iklim merupakan suatu fenomena di mana iklim berubah secara tidak teratur (Wu, 2008)Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, anomali iklim memberikan dampak secara langsung maupun tidak terhadap lingkungan sekitar, salah satunya daerah hulu DAS. Dampak yang disebabkan anomali iklim di hulu sungai dapat mengganggu kondisi lingkungan bahkan dapat menimbulkan bencana alam di wilayah hilirnya. Contoh bencana alam yang terjadi adalah banjir kiriman pada kawasan hilir sungai saat hujan turun di kawasan hulu. Sehingga penelitian ini akan membahas dampak anomali iklim terhadap risiko kebencanaan lingkungan di kawasan hulu DAS Garang. Seperti diketahui Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, sehingga DAS Garang memiliki peran strategis bagi Kota Semarang.Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis spasial dan skoring, menggunakanSIG dalam pengolahan, analisis, dan penyajian datanya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara, dan penelaahan dokumen. Variabel terkait risiko kebencanaan lingkungan di kawasan DAS Garang adalah risiko bencana banjir,  kekeringan, dan tanah longsor. Harapan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terpetakannya risiko kebencanaan lingkungan kawasan hulu DAS Garang. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terpetakannya risiko kebencanaan lingkungan kawasan hulu DAS Garang. Dari hasil peta tersebut didapatkan perubahan tingkat risiko bencana antara tahun 2000 dan 2010. Penurunan tingkat risiko pada bencana banjir dan longsor, sedangkan kekeringan mengalami peningkatan. Perubahan tingkat risiko tersebut disebabkan oleh perubahan jumlah curah hujan yang cenderung menurun antara tahun 2000 dan 2010.
Preferensi Masyarakat Kota Surakarta terhadap Pemilihan Angkutan Umum Vania Mirza Eriyanti; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 8, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.819 KB)

Abstract

The growth of Surakarta City that occurs continously, causing an increase in the daily activities of its city community. Surakarta city community are urgently need public transportation service both facilities and infrastructure, to support the increasing daily activities. Surakarta City government creates the Surakarta City Government's Mass Public Transport Facility Improvement Program (SAUM) which aims to reduce the number of private vehicle use in Surakarta City and divert the interest of the public to use Batik Solo Trans (BST). BST procurement as the main public transportation facility in Surakarta are the sub program that include in the SAUM. The steps that will be taken by the city government started by planning the construction of six BST corridors and the gradual replacement of existing public transport to BST. The public transportation that will be replaced are city bus and city transportation (angkot). The problem in the planning is the unbalanced needs of the community for convenient, fast, integrated and inexpensive transportation with the existing public transportation facilities. This causes a reduction in public interest in using public transport. It also causes other problems to arise, namely more and more people who choose to use private vehicles to support their daily activities. Based on the plan of the Surakarta City Government and the situation in the field, the formulation of the problem was formulated with a research question "How big is the preference of the Surakarta City community in using public transportation?".             The purpose of the study is to find out how much the preference of the Surakarta City community in using public transportation. The results of the study can be used as a reference by the City Government in evaluating the SAUM improvement program. The research method used is quantitative research methods. Data collection methods used are primary data questionnaires, secondary data survey agencies. The analytical method used is AHP analysis and descriptive analysis.
Keberlanjutan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di Desa Tawangsari, Kabupaten Boyolali Anindya Ayu Puspa Nugraheni; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 8, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (759.831 KB)

Abstract

Tawangsari Village is one of the locations that has conducted integrated solid waste at the integrated solid waste treatment facility. At the end of 2014, the Village Government, assisted by the Provincial Government through the Satker PPLP Cipta Karya PU, manage built integrated solid waste treatment facility (including buildings and infrastructure for waste management) and officially operated it in early 2015. The Tawangsari integrated solid waste treatment facility is the first large solid waste treatment facility and is still considered to be operating. Even though this is considered so, it is still feared that the integrated solid waste treatment facility will not be able to run properly (sustainably) in the future. This concern can be explained by the discovery of initial problems such as service coverage that does not meet minimum PU standards (less than 200 households), the operation was halted for quite a long time in 2017, weak community participation and economically indicated to still depend on operational funding assistance from the Village Government. This study aims to determine the sustainability of integrated solid waste treatment facility in Tawangsari Village. The results of the analysis show that Tawangsari integrated solid waste treatment facility has less chance of sustainability due to the low volume of waste managed, the existence of financial problems, not all workers can be relied on to ensure that technical activities run regularly, the community has not been maximally involved in supporting integrated solid waste treatment facility and the ability to reduce waste is still in small quantities.
Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Untuk Mendukung Perekonomian Wilayah Kabupaten Indramayu Indri Mustikaningrum; Widjonarko Widjonarko
Ruang Vol 4, No 1 (2018): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.61 KB) | DOI: 10.14710/ruang.4.1.%p

Abstract

Regional development is a general effort to reduce regional disparities by supporting economic activities in regions. Regional development is also a strategy to utilize the internal and external factors to increase production of goods and services. Economic aspect can be used as an indicator to determine whether the regional development is success. Regional economic growth will be determined by the natural resources and demand for its poducts or commodities. Economic activity in developing-countries, depends on the agricultural sector. This sector has a great contribution to economic growth in most of regions. The economic growth of Kabupaten Indramayu depends on its agricultural activities as well, especially food crops agriculture. The food crops production of Kabupaten Indramayu is able to supply the national needs. Rice, corn, cassava, sweet potatoes, soybeans, peanuts and mung beans are the 7 commodities of food crops in Kabupaten Indramayu. Based on the research conducted by quantitative methods using Location Quotient analysis, Shift Share analysis and Domestic Resource Costs analysis, were found that rice and soybean are the region’s flagship commodities. Meanwhile, based on SWOT analysis, was found that improving the quality and quantity of irrigation infrastructures; improving the quality and quantity of human resources; applying modern agriculture methods; and paying attention to the land conversions, become the main strategies in developing flagship commodities of food crops.
Pola Keruangan Kapasitas Adaptasi Terhadap Bencana Penyakit Di Kota Semarang Widjonarko Widjonarko; Maryono Maryono; Muhammad Lutfi Aliyudin
Ruang Vol 4, No 1 (2018): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.631 KB) | DOI: 10.14710/ruang.4.1.%p

Abstract

The city of Semarang is one of the big cities with the incidence of disasters especially dengue fever disease (DHF) is quite high. To reduce the incidence of DBD Semarang city government has done preventive action to improve clean and healthy life behavior, intensive socialization about mosquito nest eradication and home monitoring activities against the potential emergence of DBD through routine examination of potential water reservoir as a mosquito breeding. This effort is enough to show encouraging results with a decrease in the incidence of disease. But in 2017 there is an indication of the increase in the incidence of dengue disease when compared to the previous year. Based on this incident it is important to examine the level of adaptation capacity of the community against the occurrence of DHF. Based on the results of research, the adaptation capacity of Semarang City community has high adaptation capacity level with diffuse pattern. Low adaptation capacity has a pattern of gathering around North Semarang, Pedurungan and Gayamsari districts. This condition can not be separated from the domination of society with limited economic level and awareness of low clean and healthy life behaviour.
Pola Keruangan Daya Saing Komoditas Sawit di Pulau Kalimantan Solikhah Retno Hidayati; Widjonarko Widjonarko
REKA RUANG Vol 3 No 2 (2020): Reka Ruang
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/rkr.v3i2.2143

Abstract

Pulau Kalimantan sebagai salah satu pulau terluas di Indonesia, memiliki potensi sumber daya lahan dan sumber daya air yang berlimpah. Keberadaaan sumber daya lahan dan sumber daya air menjadi satu keuntungan untuk pengembangan pertanian, khususnya tanaman yang cocok untuk tumbuh pada karakter tanah dengan kandungan gambut tinggi. Salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan baik adalah Sawit. Sawit Kalimantan memiliki peran strategis secara nasional dan menyumbang 25% dari total produk sawit nasional. Perkebunan sawit telah berkembang pada hampir seluruh daerah otonom di Pulau Kalimantan. Untuk mendukung keberlanjutan sistem produksi dan nilai tambah dalam jangka panjang maka penting dilakukan pemetaan daya saing komoditas sawit pada tiap wilayah di Pulau Kalimantan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kabupaten di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur memiliki daya saing yang cukup kuat. Satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah wilayah hulu mulai berkembang aktivitas sawit yang berdaya saing. Kondisi ini dikhawatirkan akan memberikan eksternalitas terhdap lingkungan hidup di Pulau Kalimantan. Pemetaan daya saing secara keruangan diharapak dapat menjadi pijakan dalam pengembangan industri turunan berbasis Sawit yang berkelanjutan di Pulau Kalimantan.