Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KAJIAN PERKEMBANGAN DAN KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN EKSISTING DI KECAMATAN INDRAMAYU Hilmi Hilmansyah; Iwan Rudiarto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.514 KB)

Abstract

Perkembangan kota di Kecamatan Indramayu menimbulkan kecendrungan tumbuhnya permukiman baru dan menyebar secara sporadis menempati kawasan yang bukan pada peruntukannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, muncul pertanyaan penelitian yaitu “BAGAIMANA PERKEMBANGAN DAN KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN EKSISTING DI KECAMATAN INDRAMAYU?”. Kajian ini menggunakan pendekatan spatial (teknologi GIS) dan pendekatan kuantitatif (skoring).Perkembangan Pemukiman atau Perubahan luas lahan permukiman dari tahun 2001 ke tahun 2013 sebesar 248.88 ha. Distribusi permukiman terbetuk memusat pada Perkotaan Indramayu dan menyebar ke kawasan perdesaan mengikuti jaringan jalan. Daya tampung penduduk sebesar 427,900 jiwa. Evaluasi kesesuaian lahan permukiman dengan RDTR Perkotaan Indramayu tahun 2013-2033 menunjukan pelanggaran pada zona SBWP 5 menempati kawasan peruntukan pertanian dan SBWP 11 menempati peruntukan sempadan sungai. Kesesuaian lahan permukiman berdasarkan kondisi fisik lahan (skoring) menunjukan kelas II (642.06 ha) total skor 34 dan Kelas III (3,391.01 ha) total skor 30. Kawasan lindung setempat berupa kawasan sempadan sungai (178,88 ha) dan sempadan pantai (89.33 ha). Luas kawasan pertanian subur sebesar 1,856, 16 ha. Terjadi pelanggaran sebesar 110.46 ha dan sesuai sebesar 3,922 ha. Hasil 20 (dua puluh) titik validasi menunjukan angka 0.90 atau mendekati 1, maka output kesesuaian lahan permukiman dapat diterima. Kesimpulan yang didapatkan bahwa perkembangan permukiman di Kecamatan Indramayu semakin padat pada perkotaan dan melebar ke perdesaan sedangkan kesesuaian lahan permukiman yang terbatas.
SOSIALISASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PESISIR DESA TERUNGTUM Rahful A. Madaul; Murni Murni; Hilmi Hilmansyah
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 2 No. 4: April 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat pesisir sebagai bagian dari warga negara dikonotasikan masyarakat yang berekonomi lemah, kontras dengan perannya sebagai pahlawan protein bagi kecerdasan bangsa. Lebih lanjut kondisi kultural juga bisa mendorong masyarakat pesisir semakin terjun ke jurang kemiskinan. Ketergantungan masyarakat nelayah pada sumber daya laut yang tersedia mengakibatkan terjadi kepasrahan, dan ini berakibat tidak adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan gambaran keberadaan masyarakat pesisir yang masih dalam taraf kemiskinan maka menuntut pemerintah untuk berupaya dalam pengentasan kemiskinan pada masyarakat pesisir. Hal ini sebagai bentuk bahwa pemerintah berkewajiban dalam memberikan perlindungan dan cara-cara melakukan pengelolaan sumber sumber daya pesisir yang ada kepada masyarakat pesisir.
PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PAKAN MAGGOT / BIO KONVERSI DI DESA ARJASARI INDRAMAYU Hilmi Hilmansyah
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat (J-PMas) Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Pengabdian pada Masyarakat (J-PMas)
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan sampah yang tak tertangani dapat menimbulkan masalah terhadap manusia dan lingkungan. Oleh sebab itu perlu penanganan dan pengelolaan yang baik terhadap sumber timbunan sampah. Salah satu metode penanganan sampah organik ialah menggunakan proses biokonversi sampah organik menggunakan bantuan maggot atau Black Soldier Fly (BSF). Kehadiran maggot atau BSF dalam sistem pengelolaan sampah sangat berguna karena larva memiliki kemampuan mumpuni dalam meresidu limbah organik dan sebagian besar daur hidup dari BSF berperan sebagai decomposer atau pengurai. Proses ini merupakan salah satu alternatif metode pengolahan sampah organik yang menjanjikan karena selain menyelesaikan masalah sampah juga menghasilkan produk bernilai tambah diantaranya pakan ternak, larva kompos dan biofuel. Untuk mengembangbiakkan lalat BSF ini, keberhasilannya berkembang biak ditentukan dari media tumbuhnya. Pada saat proses reproduksi lalat terjadi, lalat akan menyukai media tumbuh yang khas dan ketika dia menyukai aroma tersebut, maka lalat mau hidup dan berkembang biak di media tersebut. Larva BSF sangat cepat pertumbuhannya pada limbah organik seperti kotoran unggas. Ketika maggot sudah matang, membutuhkan waktu 3-4 hari untuk dijadikan pakan dengan proses pengeringan dan penggilingan. Larva BSF dapat mengkonsumsi serta meresidu sejumlah bahan organik yang terkandung dalam sampah hingga 70%. Daur hidup larva BSF dimulai dari perkembangan larva BSF yang membentuk pra pupa dan akan keluar mencari bahan makanan yang ada lalu mencari tempat kering dan gelap untuk membentuk pupa dan tumbuh menjadi lalat dewasa. Sistem pengelolaan limbah dengan menggunakan BSF dapat menekan pertumbuhan bakteri berbahaya akibat pembusukan makanan cepat diatasi. Produk dari system ini akan menghasilkan larva BSF mengandung protein kasar sebesar 50% dan sekitar 25% lemak. Kandungan nutrisi inilah yang membuat larva berpotensi menjadi pakan ikan.
IDENTIFIKASI DAMPAK AKSES JALAN TOL TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TEMBALANG Hilmi Hilmansyah
Jurnal Teknik Sipil, Arsitek, Perencanaan Wilayah (J-TSIAP) Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Teknik Sipil Arsitektur Perencanaan Wilayah (J-TSIAP)
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37971/j-tsiap.v2i1.68

Abstract

Construction of toll roads can be a generator in the development of Semarang City. It can be seen from the indications of an increase in population, and an increase in built-up land. A significant increase in the number of residents was in Tembalang District, namely 76,856 people. The expansion of built-up land is starting to be seen clearly in the city of Semarang, one of which is Bulusan Village and Tembalang Village which are located in Tembalang District. The development that took place in the Kelurahan was in the form of settlements (clean and slums) and trade and services and began to move rapidly since there was access to the Tembalang toll gate in the Tembalang Sub-District. In addition, there is a main driving factor for this increase, namely the difference between the Undip campus which is in the Tembalang Village. This study aims to identify how far the impact caused by the existence of toll gates in Tembalang Village from the spatial aspect in the form of residential land use (clean and slum). In achieving this goal, a spatial analysis of changes in land use was carried out from 1998 to 2018. Spatial urban development can be identified using land use data extracted from multitemporal Landsat imagery (Landsat 5 TM 1998, Landsat 7 ETM+ years, Landsat 7 ETM+ years 2003, Landsat 7 ETM+ in 2008, Landsat 7 ETM+ in 2013, Landsat 8 OLI in 2018). The results of the classification of land use show that the overall development of the city of Semarang leads to the east and south, the sub-districts with the number of built-up land growth are Tembalang, Banyumanik, Ngaliyan, Genuk, and Pedurungan. Then it was lowered again until the sub-district unit in Tembalang District saw an increase in built-up land in Tembalang and Bulusan Districts, both of which are the main gates using toll road access from the Tembalang Toll Gate.
Pemberdayaan Masyarakat Pertambangan Melalui Kewirausahaan Endang Abubakar; Aprisa Rian Histiarini; Hilmi Hilmansyah; Ummi Hanifah Marshush
Jurnal Pengabdian Nasional (JPN) Indonesia Vol. 5 No. 1 (2024): Januari
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STMIK Indonesia Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35870/jpni.v5i1.621

Abstract

Community empowerment is an effort made by the community, with or without external support, to improve their lives based on their own resources through efforts to optimize their resources and increase their bargaining position. The aim of this community service activity is to guide and assist mining area communities in entrepreneurship. This community activity was carried out on November 25–30, 2023, in the mining area of PT Hillconjaya Shakti, which is located in Lameruru Village, Langgikima District, North Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. This community service activity was carried out with several activities, namely: (1) delivery of material about entrepreneurship by lecturers at Muhammadiyah University of Sorong for 1 day; (2) assistance in entrepreneurship for 2 days; and (3) community empowerment in entrepreneurship for 2 days. One of the efforts undertaken is to produce raw food ingredients into ready-to-eat food. Apart from the fast food business, the community also participates in the grocery store business. What is meant by grocery store here is a service that offers various daily necessities products with a small minimarket concept.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Limbah Organik di Desa Krimun Indramayu Hilmi Hilmansyah; Murni; Masniar; Nirwana Nurdjan
Jurnal Pengabdian Nasional (JPN) Indonesia Vol. 5 No. 1 (2024): Januari
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) STMIK Indonesia Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35870/jpni.v5i1.628

Abstract

Community empowerment in the context of organic waste management in Krimun Village, Indramayu. The main focus is understanding how participatory approaches can be used to increase community awareness and involvement in organic waste management. Community participation in organic waste management and evaluating the effectiveness of various policies and programs that have been implemented. Empowerment results show that through training, counseling and development of supporting infrastructure, the people of Crimen Village can be more actively involved in collecting and processing organic waste. Community empowerment is implemented through the formation of small groups responsible for managing organic waste at the household level. This program not only provides environmental benefits, but also has a positive impact on community welfare through economic involvement in compost production and related activities. The results of empowerment using this patricipatory approach provide insight for local governments, waste management institutions and the general public regarding empowerment strategies that can be adopted to achieve sustainable organic waste management at the village level.