Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Kedokteran Diponegoro

PENGARUH HIGIENE PERORANGAN TERHADAP PREVALENSI TERJADINYA PENYAKIT SCABIES DI PONDOK PESANTREN MATHOLIUL HUDA AL KAUTSAR KABUPATEN PATI Clara Vica Rudangta Tarigan; Prasetyowati Subchan; Aryoko Widodo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.868 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19355

Abstract

Latar Belakang : Di Indonesia, angka kejadian penyakit skabies mencapai 5,6-12,95%. Pesantren sebagai tempat yang sering didapati higiene perorangan kurang memadai, tentu menjadi tempat yang sesuai untuk penularan penyakit skabies. Angka kejadian skabies sendiri di Pondok Pesantren di Demak mencapai 45,5%.Tujuan : Mengetahui pengaruh higiene perorangan  terhadap angka kejadian penyakit skabies di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al-Kautsar Kabupaten Pati.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian adalah 46 santri yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al-Kautsar Kabupaten Pati. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan uji chi-square.           Hasil : 38 santri (82,6%) memiliki kebiasaan praktik higiene perorangan yang buruk dan 8 santri (17,4%) memiliki kebiasaan praktik higiene perorangan yang baik. Dari 46 santri ditemukan 39 santri (84,8%) yang menderita skabies.Dengan uji chi-square didapatkan nilai p sebesar 0,020 (p < 0,05) maka secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dengan kejadian skabies. Hasil perhitungan Prevalence Ratio ( PR ) diperoleh nilai 1,6 ( Confidence Interval (CI) 95% = 0,9-2,9). Sehingga dapat disimpulkan bahwa santri yang praktik kebersihan higiene peroranganya buruk mempunyai risiko 1,6 kali lebih tinggi untuk menderita skabies dibanding dengan santri yang praktik higiene perorangannya baik.Kesimpulan : Ada pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dan kejadian skabies di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al-Kautsar Kabupaten Pati.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAN SERBUK DAUN PEPAYA (CARICA PAPAYA) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH Yola Eka Putri Kurniasari; Dwi Retnoningrum; Prasetyowati Subchan
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.092 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23400

Abstract

Latar Belakang: Prevalensi penderita diabetes melitus di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun termasuk di Indonesia. Penggunaan obat tradisional menjadi alternatif dan di rekomendasikan WHO mengingat obat-obat sintetik memiliki berbagai efek samping. Daun pepaya mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, komponenfenol, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid yang memiliki efek sebagai antidiabetes. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak dan serbuk daun pepaya terhadap kadar glukosa darah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan post-test only control group design. Sampel adalah 15 ekor tikus wistar dibagi secara acak menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok pemberian ekstrak daun pepaya 200 mg/kgBB dan kelompok pemberian serbuk daun pepaya 200 mg/kgBB. Pemberian diberikan secara oral dengan sonde lambung sebanyak 1 kali sehari selama 14 hari. Hari ke 7 dan 14, dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan glukometer. Uji statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Hasil: Kadar glukosa terendah pada pemberian ekstrak hari ke 14. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ekstrak dan serbuk daun pepaya pada hari ke 7 (p=0,009) dan antara kelompok kontrol dan esktrak serta kelompok ekstrak dan serbuk pada hari ke 14 (p=0.009). Simpulan: Terdapat penurunan glukosa yang bermakna pada pemberian ekstrak daun pepaya dengan dosis 200 mg/kgBB pada hari ke 7 dan 14,Kata Kunci: ekstrak daun pepaya, serbuk daun pepaya, flavonoid, alkaloid, kadar glukosa darah
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETOMBE PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG Mitha Ismi Istiqomah; Prasetyowati Subchan; Aryoko Widodo S.
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.853 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15491

Abstract

Latar Belakang : Infeksi jamur pada kulit sering diderita oleh masyarakat yang tinggal di negara tropis seperti Indonesia. Infeksi jamur yang sering diderita salah satunya adalah ketombe. Ketombe adalah suatu gangguan kulit kepala yang ditandai dengan adanya skuama atau sisik berwarna putih atau abu-abu pada rambut kepala dengan jumlah yang bervariasi. Profesi polisi lalu lintas (Polantas) diperkirakan memiliki resiko tinggi terkena ketombe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan faktor resiko ketombe pada Polantas di Semarang.Metode : Penelitian ini bersifat belah lintang dengan subjek penelitian 58 Polantas di Semarang pada bulan Mei 2016. Diagnosis ketombe berdasarkan pemeriksaan klinis oleh residen penyakit kulit kelamin dan kerokan kulit kepala. Data diambil dengan kuesioner meliputi higiene perorangan dan tempat penyimpanan topi polisi. Analisa data menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan p < 0,05; Interval Kepercayaan 95%.Hasil : Pada penelitian ini didapatkan 14 dari 58 polisi lalu lintas kota Semarang terdiagnosa ketombe. Dari hasil analisis kuesioner higiene perorangan (p = 0,145) dan tempat penyimpanan topi polisi (p = 0,750) secara statistik  tidak bermakna karena p> 0,05.Simpulan : Prevalensi kejadian ketombe pada polisi lalu lintas kota Semarang sebanyak 24,1%.  Higiene perorangan yang buruk dan tempat penyimpanan topi polisi bukan merupakan faktor risiko kejadian ketombe pada polisi lalu lintas kota Semarang.
PENGARUH PERILAKU HIGIENE PERORANGAN TERHADAP PREVALENSI TERJADINYA PENYAKIT PITIRIASIS VERSIKOLOR DI PANTI ASUHAN DARUL YATIM DEMAK Melvi Zahra; Prasetyowati Subchan; Aryoko Widodo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.696 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23337

Abstract

Latar Belakang : Pitiriasis versikolor masih menjadi penyakit kulit yang memiliki insidensi tertinggi di Indonesia. Panti asuhan merupakan tempat yang sering didapati higiene perorangan yang kurang, tentu menjadi tempat yang mendukung penularan penyakit pitiriasis versikolor. Insidensi kejadian pitiriasis versikolor pada Polantas di Semarang 17,5%. Tujuan : Mengetahui pengaruh higiene perorangan terhadap angka kejadian penyakit pitiriasis versikolor di Panti Asuhan Darul Yatim Demak Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian adalah 36 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan chi-square. Hasil : 23 orang (63,9%) memiliki kebiasaan praktik higiene perorangan yang buruk dan 13 orang (36,1%) memiliki higiene perorangan yang baik. Dari 36 orang ditemukan 7 orang (19,4%). Dengan uji chi square didapatkan nilai p sebesar 0,382 (p<0,05) maka secara statistik tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dengan kejadian pitiriasis versikolor. Hasil perhitungan Prevalence Ratio ( PR ) diperoleh nilai 4,32 ( Confidence Interval (CI) 95% = 0,45-39,87).Kesimpulan : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara praktik higiene perorangan dan kejadian pitiriasis versikolor di Panti Asuhan Darul Yatim Demak.Kata kunci : pitiriasis versikolor, higiene perorangan, panti asuhan
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA TINEA PEDIS PADA POLISI LALU LINTAS KOTA SEMARANG Astri N. Napitupulu; Prasetyowati Subchan; Y.L. Aryoko Widodo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.918 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14245

Abstract

Latar Belakang : Tinea pedis merupakan salah satu dermatofitosis yang sering terjadi. Tinea pedis menginfeksi sekitar 10% populasi dunia. Tinea pedis menginfeksi daerah tumit, sela-sela jari dan telapak kaki. Angka prevalensinya ditemukan meningkat pada pemakaian sepatu yang tertutup. Polisi lalu lintas diperkirakan memiliki resiko lebih tinggi terinfeksi tinea tedisTujuan : Mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tinea pedis pada polisi lalu lintas Kota SemarangMetode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah 41 polisi lalu lintas kota Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Data diambil dengan kuesioner meliputi higiene, lama masa bekerja dan durasi kerjaHasil : Angka kejadia tinea pedis pada polisi lalu lintas Kota Semarang adalah 41,5%.Kesimpulan : Lama masa kerja, durasi kerja dan tingkat higiene tidak berpengaruh pada kejadian tinea pedis.