RB Bambang Witjahjo
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR MENCIT BALB/C JANTAN YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN Prasityvia Bakti Pratama; Akhmad Ismail; RB Bambang Witjahjo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.627 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i3.24494

Abstract

Latar Belakang : Rifampisin menimbulkan efek samping diantaranya yaitu demam, mual, dan muntah. Rifampisin diduga dapat mempengaruhi sel hepar dengan adanya mekanisme stress oksidatif. Temulawak memiliki zat kurkumin dan fenol yang bermanfaat sebagai hepatoprotektif. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan hepar yang disebabkan oleh paparan rifampisin.  Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis hepar pada mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Experimental Laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel sebanyak 25 ekor mencit balb/c jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan minum standar. Kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan, kontrol positif dan perlakuan diberi rifampisin 7mg/grBB. Kelompok perlakuan setelah 5 jam diberi ekstrak temulawak dengan dosis P1 2mg/grBB; P2 4mg/grBB; P3 8mg/grBB. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke 15, mencit diterminasi, diambil organ hepar, dan dilakukan pembuatan preparat histologi menggunakan pengecatan HE. Setiap preparat dibaca pada 5  lapangan pandang dan dinilai kerusakan sel heparnya menggunakan skor Manja Roenigk. Hasil : Rerata kerusakan sel hepar tertinggi pada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,000). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p< 0,05) antara K(+) dan K(-); K(+) dan P1, P2, P3 ; serta P1 dan P3. Simpulan : Pemberian ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) memberikan perbaikan terhadap gambaran mikroskopis hepar pada mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci : ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sel hepar , degenerasi perenkimatosa, degenerasi hidropik, nekrosis, rifampisin
HPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROKROPIS GINJAL MENCIT BALB/C JANTAN YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN Akhmad Ismail; RB Bambang Witjahjo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.144 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23395

Abstract

Latar Belakang: Rifampisin merupakan obat anti tuberkulosis yang memiliki efek nefrotoksik seperti penyakit acute tubulointerstitial nephritis dan tubular necrosis,. Hal tersebut karena terjadi stres oksidatif dan reaksi inflamasi pada ginjal. Temulawak mengandung kurkumin dan xanthorrhizol yang bermanfaat sebagai nefroprotektor, antioksidan, dan antiinflamasi. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan ginjal yang disebabkan oleh rifampisin. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis ginjal pada mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design. Sampel sebanyak 25 ekor mencit balb/c jantan yang memenuhi kriteria inklusi, diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif (K(-)) yang hanya diberi pakan standar, kontrol positif (K(+)) diberi per oral rifampisin 7mg/20grBB/hari. Kelompok I diberi per oral rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak 2mg/20grBB/hari. Kelompok II diberi per oral rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak 4mg/20grBB/hari. Kelompok III diberi per oral 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak 8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke 15, mencit diterminasi, diambil organ ginjal, dan dilakukan pembuatan preparat histologi. Setiap preparat dibaca pada 5 lapangan pandang dan dinilai dengan menggunakan skor kerusakan ginjal oleh Poernomo (1987). Hasil: Rerata kerusakan sel ginjal tertinggi pada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,000). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(+) dan K(-), serta K(+) dan I,II,III. Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dosis bertingkat memperbaiki gambaran mikroskopis ginjal pada mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci: ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sel ginjal, degenerasi hidropik, perdarahan, peradangan, nekrosis sel, rifampisin
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROKROPIS TESTIS MENCIT BALB/C JANTAN YANG DI INDUKSI RIFAMPISIN Rizki Amrizal; RB Bambang Witjahjo; Akhmad Ismail
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.299 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i3.24496

Abstract

Latar Belakang: Penggunaan rifampisin jangka panjang dapat meningkatkan ROS sehingga mengakibatkan stres oksidatif. Stres oksidatif di dalam sel dapat mengganggu proses respirasi sel sehingga menyebabkan hilangnya fungsi potensial membran mitokondria dan memicu terjadinya apoptosis sel. Stres oksidatif pada testis dapat mengganggu tahapan proses spermatogenesis pada tubulus seminiferus. Temulawak mengandung senyawa kurkumin yang diketahui mempunyai aktivitas antioksidan. Kurkumin mengatur penurunan stres oksidatif dan mengurangi kerusakan testis dan kematian germ sel secara apoptosis. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis testis mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Experimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel sebanyak 25 mencit balb/c jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apapun, kontrol positif diberi rifampisin per oral 7mg/20grBB/hari. Kelompok PI, PII, dan PIII diberi rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak per oral dosis bertingkat yaitu 2mg/20grBB/hari, 4mg/20grBB/hari, dan 8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari, kemudian dilakukan terminasi untuk pengambilan dan pembuatan preparat testis. Hasil: Rerata dan median pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,001). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(-) dan K(+), PI, PII, PIII, serta K(+) dan PII, PIII. Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis testis mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci : ekstrak temulawak, rifampisin, Spesi Oksigen Reaktif, spermatogenesis, tubulus seminiferus.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GASTER MENCIT BALB/C JANTAN YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN Teresia Maharani Paramita; RB Bambang Witjahjo; Akhmad Ismail
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.025 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23397

Abstract

Latar Belakang: Rifampisin menimbulkan efek samping pada saluran cerna diantaranya yaitu anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Rifampisin diduga dapat mempengaruhi gaster dengan mekanisme yang sama dengan kerusakan gaster akibat obat anti-inflamasi non steroid. Temulawak memiliki zat yang bermanfaat sebagai gastroproteksi, antioksidan, antiinflamasi. Temulawak berpotensi mencegah kerusakan gaster yang disebabkan oleh paparan rifampisin. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian True Experimental Laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Sampel 25 mencit balb/c jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari, diberi pakan dan minum standar. Kelompok kontrol negatif tidak diberi perlakuan apapun, kontrol positif diberi rifampisin per oral 7mg/20grBB/hari. Kelompok PI, PII, dan PIII diberi rifampisin 7mg/20grBB/hari dan ekstrak temulawak per oral dosis bertingkat yaitu 2mg/20grBB/hari, 4mg/20grBB/hari, dan 8mg/20grBB/hari. Perlakuan diberikan selama 14 hari. Pada hari ke-15, mencit diterminasi, diambil organ gasternya, dan dilakukan pembuatan preparat menggunakan pengecatan HE. Hasil: Rerata kerusakan mukosa gaster tertinggi pada kelompok kontrol positif. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,001). Uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara K(+) dan K(-), serta K(+) dan PI, PII, PIII. Simpulan: Pemberian ekstrak temulawak dosis bertingkat berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis gaster mencit balb/c jantan yang diinduksi rifampisin.Kata Kunci : ekstrak temulawak, mukosa gaster, rifampisin, skor Barthel Manja