Farmaditya Eka Putra Mundhofir
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) DOSIS BERTINGKAT PADA GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR TIKUS WISTAR YANG DINDUKSI FORMALIN Okta Hardianti Putri; Desy Armalina; Farmaditya Eka Putra Mundhofir; Akhmad Ismail; Ika Pawitra Miranti
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.553 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21188

Abstract

Latar Belakang: Formaldehida adalah anggota aldehida yang paling sederhana, namun sangat reaktif. Senyawa formalin akan didetoksifikasi dan dimetabolisme oleh hepar sehingga dapat merusak sel-sel hepar. Daun kelor di Indonesia memiliki berbagai manfaat dengan nilai gizi yang tinggi dan kandungan antioksidan yang diketahui dapat mengobati penyakit hati. Maka, daun kelor (Moringa oleifera) yang berperan dalam hepatoproteksi dapat mengurangi efek formalin pada hepar.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat pada gambaran mikroskopis hepar tikus wistar yang dinduksi formalin.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true eksperimental laboratorik dengan Post Test Only with Control Group Design. Sampel sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif diberi pakan dan minum standar, kontrol positif diberikan pakan standar dan  aquadest selama 5 hari dan dilanjutkan formalin peroral 100 mg/kgBB/hari selama 21 hari tanpa perlakuan. Kelompok P1, P2, dan P3 diberi pakan dan proteksi ekstrak daun kelor pada 5 hari pertama, dengan dosis 200, 400, dan 800 mg/kgBB/hari. Dilanjutkan pemberian formalin 100 mg/kgBB/hari dan ekstrak daun kelor sesuai dengan dosis proteksi selama 21 hari. Setelah 26 hari,tikus wistar dianestesi lalu dibedah kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi hepar berupa degenerasi dan nekrosis.Hasil: Rerata degenerasi sel hepar tertinggi pada kelompok kontrol positif. Pada degenerasi dan nekrosis terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada Kontrol negatif dengan P1, P2, P3 dan Kontrol positif dengan P1, P2, P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran mikroskopis hepar tikus wistar yang diinduksi formalin.
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val.) PADA KERUSAKAN SEL GASTER TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI FORMALIN Muhammad Rizki Bharadista; Farmaditya Eka Putra Mundhofir
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.75 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19377

Abstract

Latar Belakang: Formalin pada umumnya digunakan sebagai pengawet mayat, bahan baku industri, parfum dan lainnya. Namun formalin sering disalahgunakan sebagai pengawet makanan. Kunyit biasa digunakan sebagai bumbu masak dan obat tradisional. Pada ekstrak kunyit mengandung kurkumin yang berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi dan memperbaiki sel dari kerusakan radikal bebas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek pemberian ekstrak kunyit pada kerusakan sel gaster tikus wistar yang diinduksi formalin.Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan Post Test Only Control Group Design yang menggunakan tikus wistar sebagai hewan coba.Hasil: Pengamatan seluruh lapangan pandang dilakukan dengan perbesaran 100x lalu menentukan daerah yang diamati di mukosa gaster dengan perbesaran 400x untuk menentukan derajat kerusakan mukosa gaster. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya deskuamasi dan erosi. Pemeriksaan mikroskopis gaster pada kelompok kontrol negatif menunjukan sebagian besar sel gaster memiliki kerusakan berupa deskuamasi dan erosi. Tidak ada sampel yang mengalami ulserasi pada penelitian ini. Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang bermakna dari pemberian ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap kerusakan sel gaster akibat paparan formalin.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) DOSIS BERTINGKAT PADA GAMBARAN MIKROSKOPIS GINJAL: STUDI PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI FORMALIN Al-Haditsa Islam; Farmaditya Eka Putra Mundhofir
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (866.573 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19338

Abstract

Latar Belakang: Formalin adalah suatu senyawa kimia yang biasa digunakan sebagai bahan pengawet cadaver. Kini formalin banyak disalahgunakan sebagai bahan pengawet makanan, padahal formalin bersifat korosif pada tubuh termasuk menyebabkan kerusakan ginjal. Untuk mencegah efek toksik formalin dalam tubuh, diperlukan antioksidan yang dapat berasal dari alam, salah satunya adalah daun kelor (Moringa oleifera).Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat pada gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar yang diinduksi formalin.Metode: Penelitian true experimental dengan posttest only with control group design. Sampel sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan yang memenuhi kriteria dan  dibagi secara simple random sampling menjadi 5 kelompok. K(-) hanya diberi pakan dan minum standar; K(+) diberi formalin peroral 100mg/kgBB; P1 diberi formalin peroral 100mg/kgBB dan ekstrak daun kelor 200mg/kgBB; P2 diberi formalin peroral 100mg/kgBB dan ekstrak daun kelor 400mg/kgBB; dan P3 diberi formalin peroral 100mg/kgBB dan ekstrak daun kelor 800mg/kgBB (21 hari); P1, P2 dan P3 diberikan perlakuan preventif 5 hari sebelumnya dengan diberikan ekstrak daun kelor dosis bertingkat yang sesuai dengan dosis tiap kelompok perlakuan. Pada hari ke-27, tikus wistar dianestesi lalu dibedah kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis ginjal berupa degenerasi dan nekrosis. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar, dan analisa statistik.Hasil: Rerata degenerasi tertinggi sel epitel tubulus proksimal ginjal terdapat pada kelompok P1, sedangkan rerata nekrosis tertinggi pada kelompok K(+). Pada degenerasi, terdapat perbedaan yang bermakna (p<0.05) antara seluruh kelompok perlakuan, kecuali P1-K(+) dan P1-P2 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Pada nekrosis, didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0.05) antara seluruh kelompok perlakuan, kecuali P3-K(-) tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.Simpulan: Pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat bertingkat berpengaruh pada perubahan gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar yang diinduksi formalin.