Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Mikroskopis Preparat Mus Musculus Jaringan Ginjal yang Dideparafinisasi dengan Minyak Zaitun pada Pengecatan Hematoxylin Eosin (HE) Ela Nur Pratiwi; Desy Armalina
Jaringan Laboratorium Medis Vol 3, No 1 (2021): May 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jlm.v3i1.8005

Abstract

Deparaffinization is a stage before the staining process to remove/dissolve paraffin so that the absorption of color in tissue preparations is maximized. Deparaffinization is usually carried out using xylol and toluol. Xylol has toxic effects including acute neurotoxicity, heart and kidney damage, hepatotoxicity, fatal blood dyscrasias, skin erythema, dry skin, peeling skin, and also has a carcinogenic effect. The toxicity effect of olive oil is lower than that of xylol. Oils that have non-polar properties can remove the remaining paraffin contained in the tissue. The purpose of this study was to determine the microscopic appearance of the kidney tissue preparations of mice deparaffinized with olive oil on hematoxylin eosin (HE) staining. The type of research used is experimental research which is analyzed with a descriptive approach. The results of the assessment of preparations deparaffinized with xylol in 80 visual fields obtained 100% good preparations and preparations deparaffinized with olive oil in 80 visual fields obtained 0% poor preparations, 11.3% poor preparations, and 88.7% good preparation. So it can be said that better results are found in the microscopic picture of the kidney preparations of mice (Mus musculus) deparaffinized with xylol.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DALAM PEMAKAIAN DISPOSABLE DIAPERS PADA BATITA DENGAN KEJADIAN RUAM POPOK Ullya Ullya; Widyawati Widyawati; Desy Armalina
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.765 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20691

Abstract

Latar Belakang : Penggunaan “pampers”  pada batita seharusnya lebih berhati–hati karena dapat menimbulkan beberapa dampak negatif pada kulit salah satunya ruam popok. Ruam  popok merupakan salah satu masalah kulit berupa iritasi dan inflamasi pada area popok yang banyak ditemukan pada batita dengan frekuensi pergantian popok yang minimal. Untuk mencegah terjadinya ruam popok, dibutuhkan pengetahuan dan perilaku yang tepat dari orangtua, terutama para ibu, mengenai cara pemakaian dan lama pemakaian popok sekali pakai.Tujuan    : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemakaian popok sekali pakai pada batita dengan kejadian ruam popok di wilayah posyandu Kelurahan Meteseh.Metode    : Penelitian ini  merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Subjek penelitian ini adalah 40 ibu dengan batita yang menggunakan diapers dalam kegiatan posyandu di delapan RW di kelurahan Meteseh yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan teknik consecutive sampling . Analisa data menggunakan uji chi-square.Hasil    : Analisis data menunjukkan nilai ppengetahuan ibu mengenai pemakaian diapers dengan ruam popok sebesar 0,031 dan Prevalence Ratio (PR) 0,220. Sementara itu, nilai p perilaku ibu mengenai pemakaian diapers dengan ruam popok sebesar 0,048 dan Prevalence Ratio (Pr) 0,266.  Nilai p untuk hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku ibu terkait pemakaian popok sekali pakai pada batitanya sebesar 0,007. Kesimpulan : Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu, perilaku ibu dalam pemakaian diapers pada batitanya dengan kejadian ruam popok di wilayah posyandu kelurahan Meteseh.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) DOSIS BERTINGKAT PADA GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR TIKUS WISTAR YANG DINDUKSI FORMALIN Okta Hardianti Putri; Desy Armalina; Farmaditya Eka Putra Mundhofir; Akhmad Ismail; Ika Pawitra Miranti
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.553 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21188

Abstract

Latar Belakang: Formaldehida adalah anggota aldehida yang paling sederhana, namun sangat reaktif. Senyawa formalin akan didetoksifikasi dan dimetabolisme oleh hepar sehingga dapat merusak sel-sel hepar. Daun kelor di Indonesia memiliki berbagai manfaat dengan nilai gizi yang tinggi dan kandungan antioksidan yang diketahui dapat mengobati penyakit hati. Maka, daun kelor (Moringa oleifera) yang berperan dalam hepatoproteksi dapat mengurangi efek formalin pada hepar.Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat pada gambaran mikroskopis hepar tikus wistar yang dinduksi formalin.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true eksperimental laboratorik dengan Post Test Only with Control Group Design. Sampel sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif diberi pakan dan minum standar, kontrol positif diberikan pakan standar dan  aquadest selama 5 hari dan dilanjutkan formalin peroral 100 mg/kgBB/hari selama 21 hari tanpa perlakuan. Kelompok P1, P2, dan P3 diberi pakan dan proteksi ekstrak daun kelor pada 5 hari pertama, dengan dosis 200, 400, dan 800 mg/kgBB/hari. Dilanjutkan pemberian formalin 100 mg/kgBB/hari dan ekstrak daun kelor sesuai dengan dosis proteksi selama 21 hari. Setelah 26 hari,tikus wistar dianestesi lalu dibedah kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi hepar berupa degenerasi dan nekrosis.Hasil: Rerata degenerasi sel hepar tertinggi pada kelompok kontrol positif. Pada degenerasi dan nekrosis terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada Kontrol negatif dengan P1, P2, P3 dan Kontrol positif dengan P1, P2, P3.Simpulan: Pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dosis bertingkat bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran mikroskopis hepar tikus wistar yang diinduksi formalin.
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT EKSTRAK KULIT BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS PARU MENCIT Babl/c YANG DIBERI PAPARAN ASAP OBAT NYAMUK BAKAR Ina Marlina; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.667 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14477

Abstract

Latar belakang : Obat nyamuk bakar penggunaan masih cukup tinggi. Obat nyamuk bakar mengandung allethrin dan pembakarannya menghasilkan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon, karbonmonoksida, karbondioksida, oksida – oksida nitrogen, serta aldehydes. Asap obat nyamuk bakar memicu terjadinya infiltrasi sel radang, destruksi alveolus dan oedema alveolus sehingga menimbulkan kerusakan paru. Kulit buah naga putih kurang dimanfaatkan dalam penggunaannya padahal kaya akan antioksidan polifenol yang dapat mencegah proses kerusakan paru.Tujuan : Untuk menganalisis pengaruh pemberian dosis bertingkat ekstrak kulit buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap gambaran kerusakan mikroskopis paru mencit Balb/c jantan yang diberi paparan asap obat nyamuk bakar.Metode : Penelitian ini menggunakan True experimental post test only control group design. Sampel adalah 25 mencit Balb/c dengan kriteria tertentu, dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 tidak diberi perlakuan apapun, K2 diberi paparan asap obat nyamuk bakar 8 jam per hari, P1, P2, P3 diberi paparan asap obat nyamuk bakar 8 jam per hari dan diberi ekstrak kulit buah naga putih dosis 7,5 mg/mL, 15 mg/mL, 30 mg/mL. Penelitian berlangsung 21 hari. Hari 22 mencit diterminasi dan diambil parunya untuk diperiksa secara mikroskopis.Hasil : Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kelompok K1-K2, K2-P1 dan K2-P3 (p<0,05). Kelompok K2 ditemukan kerusakan paru yang lebih berat dari K1 dan P1, P3 ditemukan kerusakan paru yang lebih ringan dari K2. Tidak ada perbedaan signifikan kelompk P1-P2-P3 dan K2-P2.Simpulan : Ekstrak kulit buah naga putih berpengaruh mengurangi kerusakan gambaran mikroskopis paru mencit Balb/c jantan yang diberi paparan asap obat nyamuk bakar.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN BIANG KERINGAT PADA BAYI DAN BATITA Britya Maulidka Intar Luvilla; Widyawati Widyawati; Desy Armalina
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.14 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i3.24419

Abstract

Latar Belakang :Perubahan iklim dan suhu saat ini menimbulkan masalah bagi kesehatan, tak terkecuali masalah kesehatan kulit. Salah satu masalah kulit yang banyak dialami bayi yaitu biang keringat atau miliaria.Miliaria adalah kelainan kulit benigna yang sering terjadi pada kondisi panas serta kelembaban yang tinggi, serta kondisi yang menyebabkan keringat berlebihan. Biang keringat sering terjadi berulang sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kejadian biang keringat, misalnya pengetahuan dan perilaku ibu mengenai biang keringat, cara merawat, mencegah dan menangani biang keringat pada anak. Tujuan : Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku ibu dengan kejadian biang keringat pada bayi dan batita. Metode : Penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang dilaksanakan di Posyandu Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Subjek penelitian ini adalah ibu-ibu dari beberapa posyandu di Kelurahan Meteseh (n=35). Penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung ke tempat posyandu. Setelah mendapatkan informed consent, diagnosis biang keringat ditegakkan melalui supervisi dokter, selanjutnya dilakukan wawancara pada responden. Hasil: Pada penelitian didapatkan data sebanyak 15 responden memiliki pengetahuan yang baik dan sebanyak 20 responden memiliki perilaku yang benar mengenai biang keringat. Hasil analisis data menggunakanchi-square.Didapatkan hubungan pengetahuan dengan kejadian biang keringat nilai p sebesar 0,027, hubungan perilaku dengan kejadian biang keringat nilai p sebesar 0,069 dan hubungan pengetahuan dan perilaku nilai p sebesar 1.000. Kesimpulan : Pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian biang keringat, perilaku ibu tidak berhubungan dengan kejadian biang keringat dan pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku.Kata Kunci : miliaria, pengetahuan, perilaku.
HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL Priscilla Jessica; Widyawati Widyawati; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.52 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15646

Abstract

Latar belakang: Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi pada vulva dan/atau vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari jamur Candida sp., terutama Candida albicans. Salah satu faktor predisposisi yang diduga menyebabkan KVV adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Data statistik menunjukkan pengguna kontrasepsi hormonal jenis suntik sebanyak 48,56%, pil sebanyak 26,60%, dan implan sebanyak 9,23% dari total 8,5 juta perempuan pemakai kontrasepsi di Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan analisa hubungan antara terjadinya KVV dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan rancangan cross sectional, menggunakan sampel 51 pasien Puskesmas Mangkang Semarang yang memenuhi kriteria inklusi (merupakan pengguna kontrasepsi hormonal, berusia 20-30 tahun, mengalami keputihan). Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan pengambilan sekret/duh vagina pasien yang kemudian diperiksa secara mikrobiologis menggunakan pengecatan gram di Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square, dengan tingkat kemaknaan p<0,05.Hasil penelitian: Dari 51 subjek penelitian, 34 pasien (66,7%) di antaranya merupakan pengguna kontrasepsi hormonal jenis suntik, 13 pasien (25,5%) pengguna jenis pil, serta 4 pasien (7,8%) pengguna jenis implan/susuk. Tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian KVV (p=0,636).Kesimpulan: Jenis kontrasepsi hormonal yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah kontrasepsi jenis suntik (66,7%). Tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian KVV.
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI VITAMIN C DAN E TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIPAPAR GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PONSEL Destia Afta Nugroho; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.531 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23306

Abstract

Latar Belakang: Ponsel merupakan perangkat telekomunikasi yang memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan stres oksidatif sehingga menyebabkan kerusakan organ tubuh, salah satunya hepar. Vitamin C dan E diketahui sebagai antioksidan yang efeknya akan meningkat jika dikombinasikan. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian kombinasi vitamin C dan E terhadap gambaran histologi hepar tikus wistar yang diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis true experimental dengan Post Test Only Control Group Design dengan sampel 20 ekor tikus wistar jantan yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif hanya diberi pakan dan minum standar, kontrol positif diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari, perlakuan 1 diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari dan kombinasi 8 mg/hari vitamin C dan 0,54 mg/hari vitamin E, perlakuan 2 diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari dan kombinasi 16 mg/hari vitamin C dan 1,08 mg/hari vitamin E. Perlakuan dilakukan selama 14 hari, selanjutnya tikus wistar dianestesi kemudian diterminasi untuk diambil organ heparnya, lalu dilakukan pemeriksaan histopatologi hepar. Hasil: Rerata perubahan histologis sel hepar tertinggi terdapat pada kelompok kontrol positif. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif, perlakuan 1 dan perlakuan 2 dan antara kelompok kontrol positif dengan perlakuan 1 dan perlakuan 2, sedangkan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 tidak berbeda bermakna. Simpulan: Paparan gelombang elektromagnetik ponsel menyebabkan kerusakan sel hepar berupa degenerasi hidropik dan nekrosis yang dapat dihambat oleh kombinasi vitamin C dan E.Kata kunci: gelombang elektromagnetik ponsel, vitamin C, vitamin E, hepar, histopatologi
HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL Salsabella Indriana P.; Widyawati Widyawati; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.487 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15941

Abstract

Latar belakang : Keputihan merupakan hal yang sering dialami oleh wanita usia subur di Indonesia. Keputihan dapat bersifat fisiologisa dan patologis. Keputihan patologis dapat disebabkan oleh banyak hal salah satunya bakterial vaginosis (BV). BV dapat disebabkan oleh beragam hal mulai dari penggunaan celana dalam yang terlalu ketat, kurang menjaga kebersihan daerah kemaluan, penggunaan kontrasepsi, dan sebagainya. Pada penelitian ini dilakukan analisa hubungan antara terjadinya bakterial vaginosis dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.Metode : Penelitian ini adalah penelitian analitik korelatif dengan rancangan cross sectional dengan sampel 51 wanita pasien Puskesmas Mangkang usia 20-30tahun pengguna kontrasepsi hormonal. Data merupakan data primer dengan pemeriksaan sekret/duh vagina yang kemudian dicat dengan pengecatan gram dan dibaca di Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Kariadi. Analisis secara analitik korelatif menggunakan rancangan chi-square, dengan derajat kemaknaan p<0,05.Hasil penelitian : Kontrasepsi hormonal yang paling sering digunakan adalah jenis suntik (66.7%) kemudian disusul jenis pil (25.5%) dan yang terakhir adalah jenis implan (7,8%). Dari data tersebut didaptkan hasil p= 0,972 yang berarti tidak ada hubungan antara terjadinya bakterial vaginosis dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.Kesimpulan : Kontrasepsi hormonal yang paling sering digunakan adalah jenis suntik (66.7%). Tidak terdapat hubungan antara kejadian bakterial vaginosis dengan penggunaan kontrasepsi hormonal.