Y.L Aryoko Widodo
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EFIKASI TERAPI TRANSKRANIAL MAGNETIK STIMULASI (TMS) TERHADAP PERBAIKAN KLINIS PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Rian Dwi Kusuma; Trianggoro Budisulistyo; Y.L Aryoko Widodo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.243 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18657

Abstract

Latar Belakang : Terdapat berbagai macam terapi dalam menurunkan intensitas nyeri punggung bawah, seperti terapi farmakologis, fisioterapi, bedah dan TMS (Transkranial Magnetik Stimulasi). Namun seberapa besar pengaruh TMS terhadap perbaikan klinis nyeri punggung bawah masih belum diketahui.Tujuan : Untuk mengetahui efektifitas terapi TMS terhadap perbaikan klinis nyeri punggung bawah.Metode : Penelitian ini menggunakan metode kohort (prosfektif). Responden penelitian ini berjumlah 34 responden dan di bagi menjadi 2 kelompok yaitu TMS dan Non TMS. Responden di wawancarai sebanyak 2 kali yaitu sebelum terapi dan sesudah terapi yang meliputi kekuatan otot, gangguan fungsional, dan intensitas nyeri. Dilakukan analisa deskritif, univariat dan bivariat. Hasil di nyatakan bermakna apabila nilai p <0,05.Hasil : Dari penelitian didapatkan penurunan kualitas nyeri sebelum – sesudah terapi TMS sebesar 6.76 – 4.11, Sedangkan rata - rata penurunan kualitas nyeri Non TMS sebelum - sesudah 6.47 – 5.11 ini menunjukkan adanya perbedaan rata– rata penurunan kualitas nyeri pasien NPB pada kedua kelompok sebelum dilakukan terapi. Namun setelah dilakukan penghitungan mann-whitney untuk menguji tingkat keefektifitasan terapi TMS lebih efektif dalam menurunkan kualitas nyeri.Simpulan : Terapi TMS dan Non TMS sama sama dapat menurunkan intensitas nyeri. Namun terapi TMS lebih efektif dalam menurunkan kualitas nyeri pada pasien nyeri punggung bawah.
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA PEKERJA SALON Daisha Vika Audina; Asih Budiastuti; Y.L Aryoko Widodo
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.297 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i0.18801

Abstract

Latar Belakang: Dermatitis kontak merupakan reaksi peradangan pada kulit akibat bahan yang kontak dengan kulit. Dermatitis kontak akibat kerja dapat ditemui pada pekerja salon yang umunya timbul karena kontak dengan bahan penyebab ketika melakukan tugas seperti pewarnaan rambut, pelurusan, dan pengeritingan rambut.Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja salon di kota Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan studi hanya dilakukan satu kali. Teknik pengambilan sampel menggunakan cara cluster sampling dan didapat 41 pekerja salon di kecamatan Tembalang dan Banyumanik, kota Semarang. Data diambil dengan metode wawancara menggunakan instrument kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Data yang didapatkan berupa data karakteristik responden, faktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak dan data klinis. Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji chi square / uji fisher. Analisa data menggunakan uji regresi logistic dengan tingkat kemaknaan p<0,05; Interval Kepercayaan 95%.Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 41 responden, 23 diantaranya mengalami dermatitis kontak akibat kerja (56,1%).  Hasil analisa statistik didapatkan jenis pekerjaan (p=0,049), frekuensi paparan (p=0,037), memiliki hubungan yang bermakna terhadap terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Sedangkan penggunaan alat pelindung diri (p=0,228), tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.Kesimpulan: Jenis pekerjaan dan frekuensi paparan merupakan faktor penyebab terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja salon. Sedangkan penggunaan alat pelindung diri bukan merupakan faktor penyebab terjadinya dermatitis kontak pada pekerja salon.