Latar Belakang: Kejadian demam dan kejang demam adalah salah satu dari kejadian ikuta pasca imunisasi campak. Growth faltering merupakan salah satu indeks garis pertumbuhan yang dapat diinterpretasikan dalam Kartu Menuju Sehat.Tujuan: Membuktikan pengaruh growth faltering terhadap kejadian demam dan kejang demam pada anak pasca imunisasi campak.Metode: Jenis penelitian ini adalah cohort prospektif. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 96 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 adalah anak dengan riwayat pertumbuhan growth faltering, dan kelompok 2 adalah anak dengan riwayat pertumbuhan normal. Penelitian dilakukan di 4 puskesmas di Semarang pada bulan April – Mei 2016. Sampel diambil secara consecutive sampling. Data diperoleh secara observasi dan wawancara langsung kepada orangtua pasien. Analisis data dilakukan dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square.Hasil: Rerata usia anak yang diberi imunisasi campak dan pada sampel penelitian ini adalah 9,52 bulan. Kejadian demam pada kelompok anak growth faltering terdapat 18 anak (37.5%) sedangkan pada anak dengan pertumbuhan normal terdapat 11 anak (22.9%) (p=0.182;OR=2.018;95%CI=0.828-4.921). Kasus kejang demam pasca imunisasi campak ditemukan pada anak-anak dengan riwayat growth faltering sebanyak 4,2% (p=1.000;OR=2.043;95%CI=0.179-23.319) dan semua anak yang terkena kejang demam pasca imunisasi campak memiliki riwayat bayi berat lahir rendah.Kesimpulan: Riwayat growth faltering tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian demam dan kejang demam pada anak pasca imunisasi campak, walaupun jumlah anak demam dan kejang demam pada kelompok growth faltering lebih banyak.