Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komponen konservasi air yang perlu diberikan pada areal alih fungsi lahan, hingga didapatkannya model pengelolaan alih fungsi lahan yang tidak merusak lingkungan dan ekologis. Adapun hal yang melatar belakanginya adalah adanya fakta lapangan yang menunjukkan sulitnya menghentikan peristiwa alih fungsi lahan, semakin hari justru semakin menjadi jadi. Pada daerah penelitian yang terletak di Banyumanik dan Tembalang, telah terjadi alih fungsi lahan, dari yang semula berupa sawah produktif, menjadi areal permukiman, campus universitas swasta bahkan infrastruktur yang berupa jalan tol. Sebagai akibatnya, air hujan yang semula tertampung di areal persawahan (sebelum mengalami alih fungsi) tidak ada yang menampung, mengalir tanpa kendali dan menggenang pada tempat-tempat tertentu atau banjir. Sebaliknya, akibat areal sawah yang telah terurug, maka tidak ada lagi air hujan yang meresap kedalam tanah. Untuk mengatasi hal ini (banjir dan kekeringan) perlu dilakukan konservasi air pada areal alih fungsi lahan yang dimaksud. Mula-mula dilakukan pengukuran pada areal persawahan yang diurug menjadi areal permukiman dan infrastruktur, baik luasan, tinggi genangan air pada sawah, serta volume air hujan yang dapat tertampung. Selanjutnya dilakukan analisis dan perhitungan terhadap komponen-komponen yang dibutuhkan untk melakukan konservasi air (ruang terbuka hijau, sumur resapan, lubang resapan biopori serta embung buatan) sekaligus upaya menggantikan air yang hilang tanpa kendali. Dari jumlah maupun dimensi ruang terbuka hijau, sumur resapan, lubang resapan biopori maupun embung buatan yang dihasilkan dari analisis dan perhitungan, diharapkan mampu menangkap, meresapkan dan menyimpan air hujan, hingga didapatkan model alih fungsi lahan ekologis